Tiga

10.3K 857 30
                                    

Tidak ada hal yang lebih bahagia bagi Asta kala melihat Adri yang menjemput mereka ke sekolah. Tumbenan. Asta sih senang, bukankah awal bagus untuk mengambil hati Adri ? Ide bagus.

"Udah pulang Mas ?" Adri melirik sekilas lalu mengangguk.

"Papa." Suara Ghani dari jok belakang, menggangu siasat Asta. "Mau ajak jalan, ya Pah ?"

"Iyah, Ghani minta ke mana ?"

"Pengen ke Ancol sih, Pah" Adri mengangguk yang kini sibuk menyetir. "Tapi nanti hari minggu aja, Ghani fokus belajar dulu, kan lagi UN."

"Siap. Ke Ancol doang, masa Papa nggak bisa wujudin."

"Asta boleh ikut kan, Mas ?"

"Iyah." Asta tersenyum senang. Semoga saja awal yang baik. Asta jadi bingung, cara mendapatkan perhatian suami. Baiklah Asta harus mencari tau di internet.

Asta memainkan ponsel, sibuk dengan pencariannya, sampe sosok Ghani yang lagi kepo saja tidak di pedulikan.

"Cara menarik perhatian suami." Suara Ghani begitu keras saat mengucapkannya, sedangkan Asta mendengus. Ganggu aja. "Mau narik perhatian Papa ? Ya ampun tante, sampe searching google."

"Kamu harus dukung, ini Mama lagi usaha lho biar Papa kamu nempel sama Mama."

"Nggak segitunya kali, ah kalah sama tante Kesha."

"Bukannya dukung Mama." Asta menyimpan ponsel tersebut, Adri diam saja tidak ikutan nimbrung obrolan anak dan ibu tersebut. "Apa Mama ke dukun kali ya Dek, pasti Papa kamu gampang di taklukin."

Ghani menggeleng, tidak sedikitpun Ghani berpikir bahwa ibunya ini punya sifat aneh.

"Nggak sekalian pelet aja ?"

"Pendapat Adek bagus. Bisa Mama coba,"

"Ya sainganya curang. Tante Kesha kalah,"

"Bagus dong, Mama pemenangnya." Ghani dan Asta sibuk membahas soal persaingan. Adri hanya menghela nafas jengah. Adri sudah hafal sifat Asta yang memang di luar penilaian orang.

Tipikal heboh.

Absurd

Ceroboh

Dan pastinya tingkah laku Asta membuat siapapun menggeleng takjub.

Mobil Adri sudah terparkir di depan Rumah, Asta dan Ghani siap akan keluar.

"Ya tante kalah, tuh udah ada saingan." Asta melihat dari kaca, ada Kesha yang tengah berbincang dengan ibu mertuanya. Kesha baik, dan ramah. Asta tidak perlu khawatir jika Adri memilih Kesha, perempuan itu juga menyayangi Ghani.

"Kayaknya Mama harus segera bertindak ke dukun, Dek." Lagi Ghani hanya diam. Adri sudah keluar, menyapa Kesha. Ketika pintu mobil Adri terbuka, semuanya menoleh dengan diam. Asta tersenyum, bersalaman pada Kesha dan ibunya.

"Kalau gitu, Adri langsung jalan ya, Bu." Ghani melihat ke arah Asta yang diam mematung. Papa lebih milih pergi dengan tante Kesha daripada memberi peluang untuk Mamanya.

"Iyah, jangan pulang malam." Adri mengangguk.

"Dek, Papa jalan ya." Yang Ghani lakukan hanya mengangguk, melihat papanya pergi dengan Kesha. Papa sibuk dengan kerja, setelah pulang kerja Papa sibuk sama pacarnya.

"Ayok, katanya mau bantuin Mama." Setidaknya ada sosok perempuan yang masih terlihat baik, dan mengaku ibunya. Ada dia yang mau nemenin Ghani.

"Ayok, ada hadiahnya ya tante."

"Mau hadiah apa ?" Lisa menatap Ghani dengan bingung, cepat banget dekat sama Asta. Padahal Ghani kalau pulang sekolah langsung masuk kamar, boro-boro main, di ajak ngobrol aja susah.

Mantan IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang