Sembilan Belas

8.4K 770 75
                                    

Lamaran mendadak, rujuk mendadak, dan viral mendadak.

Yang membuat semuanya pada tau, adalah ; Giandra Bagaskoro. Lelaki yang masih bersetatus lajang, tapi katanya sebulan lagi akan menikah.

Rasanya Adri ingin membunuh Gian sekarang juga. Panji, teman pria Asta tersebut tidak pernah lagi menemui Asta. Entahlah, Adri tidak ingin mengetahuinya. Mungkin saja Asta yang sudah menjelaskan semuanya.

" Dri, please. "

" Lo temui istri gue aja sana. "

" Songong banget lo. " kata Gian dengan gaya tengilnya. " Mentang - mentang udah rujuk alias nikah lagi. "

Seperti kata Gian, memang ada benarnya. Asta dan Adri sudah menikah sebulan yang lalu. Jika mengingat acara pernikahannya, rasanya hati Adri menghangat tanpa sinar matahari sekalipun. Acaranya memang megah. Dan itu semua kemauan ibu. Katanya sih, anggap saja bayar pernikahaan mereka dulu saat pertama kali.

Bilang saja mau pamer.

" Lo juga bakal punya istri, Giandra. Jangan bikin gue kesel sumpah. Sana samperin istri gue. "

" Biar calon istri gue aja lah. "

" Terserah. " Adri berdiri. " Gue mau jemput Ghani, lo masih mau di sini ? "

" Kebiasaan lo. Gue juga mau pulang, membicarakan tema pernikahaan. "

" Oh yaudah. " dan Gian di buat melongo oleh tingkah Adrian. Main pergi aja tuh pria tua.

Adri membiarkan Gian yang sedang mendumel di ruangannya. Biarkan saja pria yang katanya bakal jadi setatus suami itu, ribet sendiri. Toh sekarang Adrian juga punya acara sendiri. Apalagi dapat tugas dari sang istri ; jemput Ghani dan jangan lembur.

Tapi meskipun begitu, Adri senang dengan hal yang sudah mereka jalani. Karena pada akhirnya mereka kembali. Pada dasarnya memang mungkin mereka berjodoh. Hanya saja sang pencipta tengah menguji cinta mereka.

Sejak keluar dari restoran, Adri tidak berhanti tersenyum. Sampai di sekolah Ghani, senyuman di bibir Adri tidak pudar. Pun saat di mana Ghani sudah masuk ke dalam mobil, Adri masih tetap senyum.

Ghani tau kok, papa dan mamanya sudah kembali berkumpul dengannya. Hanya saja, apa harus orangtuanya bertingkah seperti remaja ? Ghani saja yang melihatnya sedikit geli.

" Pah, "

" Hmmm. "

" Bakal melototin hape terus ? " sindiran maut dari Ghani menghentikan Adri menatap layar ponsel. " Kapan jalannya ? Keburu maghrib. Ghani lapar. "

" Oke - oke, maaf. Mama tadi wa, nanya mau makan apa. Ya papa balas lah. "

" Lebay. Biasanya juga masak, ya masak aja. "

" Kan beda dek, sekarang udah ada papa yang harus muji masakan mama. "

" Oh, " Adri tidak mau ambil pusing dengan jawaban simple dari anaknya. " Btw tolong ya pah, jangan panggil dedek atau apalah itu kayak anak kecil. "

" Lho kenapa ? " Adri membelokan mobilnya ke arah perumahan. " Kan kamu memang anak kecil papa. "

" Udah umur 13 tahun kurang papa. Masa di panggil adek, malu lah. "

Tidak lama mobil berhenti di depan rumah, Adri menoleh. " Oh udah malu toh ? Oh udah gede ? Oh Ghani sekarang sud--

" Brisik. " setelah itu Ghani meninggalkan Adri yang tengah tertawa terbahak di dalam mobil. Adri tau, sebenarnya Ghani bahagia ketika ia memutuskan kembali lagi pada Asta. Adri tau bahwa anaknya ikut merasakan kebahagian seperti dirinya.

Mantan IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang