"Mah."
"Suka deh."
"Apanya ?"
"Panggilan kamu. Pertahanin ya," Ghani memutar bola matanya jengah. Punya ibu modelan zaman now, tidak bisa di sepelekan. "Napa tuh mata muter-muter ? Kelilipan ?"
"Males." Asta melongo, menatap puteranya dengan tampang yang sangat-sangat menyebalkan.
"Why ?"
"Nggak tau." Dasar ya keturunan bapaknya. Di tanya, jawabnya apa. Kalau bukan anak, udah Asta lempar ke korea. Eh tapi boleh juga Ghani di lempar ke korea, siapa tau jadi boyband.
"Udah ah ngambek mulu. Samperin tante Dewi, tadi mama pesan makanan buat kamu."
"Makanan ?" Asta mengangguk. "Ghani baru makan 34 menit yang lalu mama."
"Ya Allah, sampe di hitung. Itu makanan camilan sayang, buruan ambil. Kenapa tuh muka di jelekin ?"
"Ish si mama." Tapi tetap saja Ghani melangkah keluar dari ruangan Asta. Meninggalkan ibunya yang cekikikan. Punya anak yang sudah tumbuh gede, luar biasa emang bikin Asta was -was. Anaknya itu susah di godain, duh gimana kalau ada cewek yang naksir Ghani ? Oke, Asta harus siap siaga agar anaknya tidak boleh kena kutukan cinta. Males banget nanti kalau harus lihat Ghani di mabuk cinta. Duh Asta mikir apaan coba ? Kepalanya di getok dengan keras.
"Aduh" ringisnya, kalau ia tidak sadar memukul kepalanya kekecengan. Gara-gara mikirin nasib Ghani sih.
Ghani datang dengan decakan dan kepala menggeleng. Punya ibu modelan kayak Asta, harus tahan malu. Lihat, ibunya malah gigitin penggaris, yang tadi Ghani lihat, di pake untuk menggambar. Tapi, Ghani bangga pada Asta. Ibunya, memiliki bakat yang sangat menakjubkan. Punya banyak rancangan yang begitu unik.
"Mah, ini." Asta mendongkak dengan senyuman yang hangat. Ia berdiri dan berjalan menghampiri Ghani.
"Tunggu jam 5 sore ya, mama anterin."
"Jadi, aku nggak boleh nginep di tempat mama ?"
Asta menghela nafas berat. Sejak tadi, Ghani memang meminta ijin untuk menginap di tempatnya. Alasannya, kesepian. Dasar bocah ngibul. Bilang aja kangen emaknya.
"Hmm gimana ya ? Gini, tempat mama tuh sempit. Kamu nggak bakal betah, percaya deh sama mama."
"Musyrik."
Asta melotot, mulutnya membentuk huruf O. "Kok musyrik ?"
"Percaya sama Allah, bukan sama mama."
"Mama jadi terharu." Ghani membiarkan dirinya di dekap sang ibu. Gengsinya terlalu tinggi, duplikat Adrian. Lalu keduanya duduk di sofa, membuka pelastik yang berisi burrger. Tadi Ghani di cekokin hokbend. Sekarang, burrger. Ya ampun, ini Ghani makan paling banyak 2 centong. Asta malah memberikan makanan dengan 3 porsi. Ghani nggak serakus itu kayaknya. Dasar emak zaman now.
"Mah,"
"Hmm ?" Asta memberikan minum pada Ghani.
"Minggu depan papa buka cabang baru."
"Wah bagus dong." Asta masih sibuk menunduk, mengambil sayuran di dalam burrger. Ghani dan sayuran ; musuh bubuyutan.
" mMama datang kan ?"
Asta duduk tegak, di usapnya kepala Ghani. " Mama doain aja, nggak papa ya sayang ? Mama nggak mau hancurin impian papa kamu. Dulu, dia memang sudah bermimpi ingin membuka usaha. Sekarang, terwujud."
"Ada tante Kesha. Mama,.nggak cemburu ?" Asta justru menggeleng dengan kekehan. Bohong, iyah Asta bohong. Sejujurnya ia sangat dan sangat cemburu. Tapi, mau di apakan ? Bukankah Asta juga yang menghindari Adri. Atas kejadian di mana Asta kesakitan, ia mencoba bersikap tenang. Namun, esok harinya Asta menjauhi Adri. Dan itu kejadian 2 minggu yang lalu. Bahkan, Ghani ke sini aja di jemput Dewi, staffnya. Asta bukan tidak berani menampakan diri ke rumah sang calon mantan suami, akan tetapi Asta tau diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Istri
ChickLitPrasta Savira, datang secara tiba dan mengacaukan kehidupan Adrian. Apalagi sudah mantan suami. Ralat, mereka belum cerai di mata hukum Negara. Asta berjuang, demi anak dan suaminya. Asta minta kembali, namun Adrian menolaknya. Hingga ternyata Asta...