Enam Belas

8.3K 819 64
                                    

Adri masih diam memperhatikan Asta yang tengah tertawa lepas dengan seorang pria. Tadinya Adri berniat ingin menjemput Asta yang sedang bertemu dengan client. Tapi, begitu melihat Asta yang tengah duduk berhadapan dengan pria, Adri memutuskan untuk cukup memperhatikan dari luar. Setelah Adri yakin bahwa Asta masih mencintainya, lelaki yang sudah tidak muda lagi itu melangkahkan kakinya ke dalam restoran. Begitu sampe di depan pintu, lagi Adri harus menyaksikan tawa lepas Asta. Selama ini Asta tidak pernah tertawa selepas itu. Apa Adri salah mengartikan tawa lepas tersebut. Kemudian Adri menunduk dengan suara hembusan nafasnya.

Adri sadar, bahwa dirinya yang mengekang Asta. Dirinya yang menahan Asta untuk menemukan kebahagian. Barangkali bahagianya Asta bukanlah dirinya. Ya ampun, kenapa Adri bisa tidak sadar bahwa selama ini dirinya lah yang jahat. Pasti jadi beban Asta juga kalau Adri terus menempel. Bahkan, Asta berhak memilih kebahagiannya. Salahkah dirinya menyerah. Lagipula, selama ini Adri yang tidak mengerti. Asta butuh teman, jalan, dan suasana berbeda. Jika Asta dulu ikhlas saat Adri bersama Kesha, lantas mengapa dirinya tidak bisa.

Pada akhirnya Adri memutuskan kembali ke dalam mobil. Ya dirinya sadar. Semua yang Asta lakukan adalah hak Asta. Bukankah sudah mantan, lalu untuk apa Adri terus menahan Asta. Perempuan berhak memilih, bukan hanya lelaki saja.

Lama Adri terdiam di dalam mobil, kemudian melajukan mobilnya dengan pelan.

Asta bahkan tidak melanjutkan kuliah demi menjaga anaknya.

Dan Asta tidak memiliki pengalaman seorang ibu, tapi Asta bisa menjalaninya.

Selama ini yang berjuang adalah Asta.

Lebih baik mungkin seperti ini keadaannya, fokus menjadi orangtua Ghani.

" Lho ? Kok balik lagi bos ? Nggak jadi jemput ? "

" Nggak. "

" Why ? " Adri berbalik, menaikan satu alisnya. Apaan deh Giandra, so inggris banget. " Kenapa sih liatin gue segitu amat ? "

" Lo bukannya kuliah dan kerja di Malaysia, kenapa ngomong pake bahasa inggris ? "

" Pamer aja gue. Kan gue mau memperlihatkan hasil kuliah gue. Btw kok balik lagi ? "

" Pengen balik aja. "

" Ambigu lo. " Giandra Bagaskoro, teman yang tau segalanya tentang Adri. Meski keduanya LDR, tapi tetap setia. Kadang sampe ada yang mengira kalau mereka homo. " Buatin kopi dong Dri, "

" Bikin sendiri. Ngelunjak. "

" Ini kan restoran lo. Gue ke sini jadi pembeli. "

" Nggak ingat hutang ? Bikin sana. "

" Yah Dri, kok lo ungkit jaman dulu sih !? Gue kan---

" Papa. " keduanya menoleh, melihat Ghani yang tengah berjalan sendirian. Adri lupa, anaknya sudah gede. Pantas saja tidak mau di jemput, udah bisa pulang sendiri ternyata.

" Hallo Argha. " cuma Giandra doang yang manggil Ghani dengan nama yang beda. Nggak tau deh alasannya apaan. Yang jelas pria yang sudah tua ini mendadak so jadi paman yang baik.

" Om Gian ? " Ghani menyalami Giandra dan Adri. Gian mah cengar - cengir aja kayak orang gila. Lah emang dia gila kan. " Kapan pulang ? Kata papa kerjanya di Malaysia. "

" Emang. Om pulang kan mau melihat keadaan tanah airku. Lagian Om asli Indonesia. " Ghani angguk - angguk kepala. Beginilah Ghani jikalau ada orang yang menjelaskan, ia hanya akan merespon dengan anggukan. Tatapannya beralih pada sang papa yang tengah melayani para pembeli. Gimana nggak banyak cewek nongkrong, pemiliknya aja tebar pesona.

Mantan IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang