Semakin hari kesibukan Gracia makin bertambah. Dia yang awalnya terlalu santai kini harus terbiasa bekerja keras.
Seperti hari ini, dia telah melahap tumpukan berkas yang entah kapan habisnya. Dia memang pintar, tapi ya gak begini juga. Dikira dia makan tumpukan berkas apa. Untung saja Shani selalu membantunya, jadi dia bisa sedikit ringan.
Terlintas di kepalanya untuk menelepon Shani. "Kamu ke ruangan aku sekarang ya"
"..."
Tak lama Shani pun masuk ke ruangan Gracia. "Ada yang bisa saya bantu bu?"
Gracia menghela nafasnya. "Tolong aku, yang kini tak bisa kikiskan wajahmu, tatapmu, harummu" malah nyanyi lagi si Gracia.
Shani pun terbahak. Sungguh lucu disaat yang penat seperti ini, Gracia malah nge absurd gini. Ah bukannya Gracia selalu lucu ya dimata Shani.
"Kamu ngapain berdiri disitu sini duduk"
Shani pun duduk di kursi yang bersebrangan dengan Gracia. "Siapa yang suruh disitu, sini dipangkuan aku"
Shani mendengus, tapi tetap menurutinya. Saat sudah di pangkuan Gracia, dia memutar kursi. Sehingga menghadap pemandangan kota yang terlihat jelas.
Shani mengalungkan tangannya di leher Gracia. Lalu Mengecup dahinya. "Tuh dahi jangan sering mengerut. Aku tau kamu pasti capek. Tapi jangan terlalu sering kerutin dahi. Nanti wajah kamu cepet terlihat kerutannya"
Gracia tertawa. Lalu dia memejamkan matanya. Dia tidak kuat menatap mata Shani terlalu lama. Dia terlalu lemah pada Shani.
Gracia menghela nafasnya. "Gimana yah agar tuh tumpukan berkas habis dan gak datang lagi"
"Ya tinggal tutup aja nih kantor cabang. Beres" jawab Shani enteng.
Sontak saja Gracia membuka matanya dan menarik hidung Shani. "Iya terus pas pulang aku digantung di pohon toge sama papa"
Shani tersenyum, lalu memijat pelipis Gracia. Sungguh pacar idaman sekali. "Namanya orang kerja ya gini sayang. Kamu pikir enak jadi bos? Malah lebih berat tau. Aku sebenarnya kagum sama kamu, kamu mampu nyelesaiin pekerjaan lebih cepat dari seharusnya. Aku tau kamu pinter"
"Tapi sayang, meskipun aku pinter aku juga punya titik jenuh juga kali"
"Justru itu tantangannya. Aku bakal selalu nemenin kamu kok. Tapi kamu harus semangat dong" Shani menjawil hidung Gracia lalu tersenyum.
"Senyum mulu daritadi kamu. Sengaja mau bikin aku makin cinta ya." selanjutnya Shani malah terbahak.
Bahagia banget Gracia tuh kalo udah lihat Shani tertawa gini. Seakan semua lelahnya menguap entah kemana. Dia tak bisa membayangkan hidupnya akan bagaimana bila Shani tak ada.
"Berdiri dong ci" pinta Gracia. Lalu dia menyetel lagu romantis dari hapenya dan diarahkannya tangan Shani ke pinggangnya. "Kita dansa ya" bisik Gracia tepat di telinga Shani. Membuat Shani menegang.
Mereka berdua dansa dengan kompak. Seakan sudah terlatih sebelumnya. Atau mungkin tubuh mereka sudah di program untuk selalu kompak? Entahlah.
Shani menatap dalam mata Gracia. Merasakan debaran yang memenuhi rongga dadanya. Debaran yang tak pernah dia rasakan. Musik pun berakhir tapi mereka belum berganti posisi. Tenggelam dalam tatapan masing masing.
Shani lalu memeluk Gracia. "Terima kasih telah bersamaku beberapa bulan ini. Maaf kalau aku gak pernah nyiapin kejutan buat anniv kita. Karena aku gak tau gunanya ngerayain anniv itu buat apa, buat pengingat cukup aku sama kamu aja yang tau. Ya, kamu boleh nganggap aku manusia kaku. Terserah kamu. Maaf kalo aku gak sesuai sama apa yang kamu harapkan. Maaf--"
KAMU SEDANG MEMBACA
I (Can't) REFUSE
FanfictionKamu yang aku butuhin, bukan dia -Shani- Kamu player, kamu juga suka bohong. Ah, tapi juga sayang -Gracia-