10. Another lies

6.1K 494 55
                                    

Ceklek

Gracia menoleh ke pintu. Melihat
Jimy memasuki ruangan Gracia dengan tergesa. Dengan penampilan acak acakan dan kantung mata yang bengkak. "Kamu bisa bantuin om?"

Gracia mengernyit, ada angin apa om nya ini datang dan meminta bantuannya. Gracia lalu menghampirinya dan menggandeng lengan Jimy. Mengajak duduk di sofa. Jujur saja dia rindu dengan Jimy yang dulu, yang selalu memanjakannya. Dia sudah di anggap orang yang paling dia sayangi setelah papanya.

Gracia memandangi omnya. "Ada apa om?"

Jimy menghela nafas, tak ada raut semangat diwajahnya. "Kantor cabang om terancam rugi 20 milyar Gracia, bantuin om. Om gak tau apa penyebabnya. Om mau gila rasanya" Jimy mengacak rambutnya frustasi.

Gracia mengelus punggung Jimy. "Om tenang dulu ya, om cerita dari awal biar aku tau masalahnya. Tenang dulu ya om" tutur Gracia dengan lembut.

Setelah merasa tenang, Jimy mulai menceritakan permasalahannya dari awal. Tentang ketidak beresan proyek yang ditanganinya. Gracia memperhatikan dengan serius.

"Om tanda tangan aja dan langsung kerjain -"

"- meskipun dana belum turun dan om udah ngerjain. Setelah itu proyek diputus sepihak" tebak Gracia.

Jimy menghela nafas. "Iya, om akuin emang ini salah om. Kamu mau kan bantu om?"

Gracia tersenyum. "Aku akan bantu om. Om kirim aja berkasnya, nanti aku bakal cariin klien baru buat om. Kasih waktu aku seminggu"

Jimy terbelalak. "Cuma seminggu? Kamu gak bercanda kan?" bagaimana Jimy tidak heran. Jika dia yang mengerjakan, paling cepat dua minggu.

Gracia meringis. "Kurang cepat ya om? Soalnya aku juga lagi ada proyek sih om"

Langsung saja Jimy memeluk Gracia. "Makasih ya Gracia, itu udah cepet banget buat om. Gak salah papa kamu milih kamu" Jimy melepas pelukannya dan menatap Gracia sendu. "Maafin om ya, om salah sangka sama kamu" tambahnya.

Gracia tersenyum makin lebar. "Aku udah maafin om kok. Jangan berubah sama Gre ya. Gre sakit tau lihat om kayak gitu kemarin" Gracia cemberut.

Dengan gemas Jimy mencubit kedua pipi Gracia dan tertawa. "Iya, om gak akan berubah sama ponakannya om yang gemesin ini. Tetep jadi Gracia nya om ya. Uunnchh unch"

"Geli tau om hahaha" merekapun tertawa bersama. Ah, sungguh Gracia rindu momen seperti ini. Saat semuanya masih terasa sederhana, tidak ada embel embel harta di dalamnya.

Setelah curhat dan mengobrol dengan Gracia, akhirnya Jimy kembali ke kantornya. Sedangkan Gracia masih termenung di sofa.

Ceklek

Gracia menoleh, kali ini Shani yang masuk ke ruangannya. Dia menaruh berkas di meja Gracia, lalu menghampirinya dan duduk disampingnya.

Shani tersenyum melihat muka kusut Gracia. Langsung saja Gracia peluk Shani dari samping. Menghirup dalam aroma Shani. Ah, dengan begini dia bisa sedikit tenang.

"Ada apa sih? Kok kusut gitu? Itu tadi siapa?" ujar Shani seraya mengelus rambut Gracia.

Gracia menghela nafasnya. "Om aku. Minta bantuan tadi. Kamu udah selesai?"

Shani mengangguk. "Mau pulang sekarang?" tanya Shani.

Gracia mengangguk dan berdiri. Shani menyusul dan menggandeng lengan Gracia. Kalian tentu bingung kenapa mereka masih akur bukan?.

Flashback on

"Kemana kamu seharian ini?"

Deg

I (Can't) REFUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang