Ong Seongwoo, putra presiden Korea Selatan, Ong Jae In. Hwang Minhyun, putra presiden Korea Utara, Hwang Jong Un.
Saat Korea Utara dan Selatan menyatu, kedua presiden sepakat untuk menjodohkan anak mereka. Akhirnya Seongwoo harus menikah dengan oran...
Seongwoo udah menyelesaikan seluruh kelasnya. Cuma tinggal skripsinya yang menggantung manja. Kesel rasanya kalo inget. Seongwoo sampe ga mood ngapa-ngapain.
Apalagi pas dua hari lalu judulnya ditolak sama dosen pembimbingnya. Hasrat hidup Seongwoo langsung hilang entah kemana. Udah ogah ngapa-ngapain.
Jadilah dua hari terakhir, Seongwoo di kasur seharian.
Sampe Minhyun yang baru pulang kerja bengong ngeliatin suaminya. Perasaan yang habis pingsan kan Minhyun. Kenapa Seongwoo yang lemes terus?
Apa jangan-jangan Seongwoo hamil?
Oiya proses membuahinya aja belum dilakuin. Ya kali bisa langsung punya anak. Emangnya Seongwoo pohon pisang apa? Tau-tau anaknya muncul di sampingnya.
"Seongwoo? Kamu sakit?" Tanya Minhyun.
Seongwoo menoleh sekilas sebelum kembali bengong. Makin khawatir lah Minhyun. Biasanya kalo dia pulang kerja Seongwoo bakalan langsung lompat ke arahnya.
"Seongwoo? Sakit? Aku panggilkan dokter ya." Minhyun menurunkan tasnya, mengeluarkan ponsel untuk menghubungi kepala asisten rumah tangga kepresidenan.
"Ga. Jangan."
"Lalu kamu kenapa?" Minhyun memegang kepala Seongwoo. Ga panas sih, tapi tetep aja Minhyun khawatir.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Judul skripsiku ditolak. Padahal kemarin dosenku bilang iya iya aja. Sekalinya udah sampe bab 3 aku disuruh ngulang dari awal. Aku mau nangis rasanya." Seongwoo ngadu.
Biar aja dosennya tau pelajaran. Beraninya dia main-main sama menantu presiden Korea Utara. Dikasih bom nuklir tau rasa nanti itu dosen nyebelin.
"Ah.. aku kira kenapa." Jawab Minhyun kalem.
"Loh kok jawabnya begitu sih?"
"Lalu aku harus menjawab bagaimana?" Minhyun mengusap kepala Seongwoo. "Mau bagaimana lagi. Mau tidak mau harus kamu lakukan. Kalau kamu mogok kerja, skripsimu tidak akan selesai. Dia tidak akan bisa mengerjakan dirinya sendiri, Seongwoo."
"Iya aku tau. Tapi kan sebel. Kerja kerasku berbulan-bulan. Ah kesel pokonya."
Minhyun tertawa, menarik Seongwoo ke dalam pelukannya.
"Semua pasti akan selesai dengan baik. Karena selama ini kamu sudah melakukan semuanya dengan baik juga. Kamu hanya perlu bekerja sedikit lebih keras lagi dan sedikit lebih lama lagi. Aku yakin semua akan baik-baik saja."
Seongwoo memejamkan matanya. Berada di pelukan Minhyun, dengan Minhyun yang menenangkannya, dengan tangan Minhyun yang menenangkannya, Seongwoo ga mungkin ga tenang.
"Nanti aku bantu kamu. Kamu tenang aja."
"Beneran? Asik!" Seongwoo mengangguk senang. "Kamu mau apa? Sebagai hadiahnya?"