Hai!
Apa kalian nonton konser? Atau ke venue?
Kebetulan aku dan 2 temenku (myhminhyun dan jahewan) bakalan buat freebies OngHwang yang akan dibagiin nanti, di venue sebelum konser dimulai.
Kalo berminat, please kindly visit my twitter. Preview freebies akan dipost fi twitter akhir pekan ini.
Satu set terdiri dari 1 hand banner, sticker set fanart buatan temenku sendiri, 2 pc, 1 bookmark, coklat dan permen.
We're waiting!! ^^
***
Minhyun membuka matanya, menatap Seongwoo yang tertidur di sisinya.
Seongwoo akhirnya melihat semua bekas luka Minhyun. Dan Seongwoo masih ingin berada di sisi Minhyun. Minhyun ragu, tentunya. Apa bisa dia membiarkan Seongwoo terbebani olehnya seumur hidup?
Untuk penyembuhan kakinya saja membutuhkan waktu bulanan atau mungkin tahunan. Setelah itu pun Minhyun tidak akan bisa melakukan banyak kegiatan berat.
Minhyun harus selalu bersandar ke orang lain. Menjadi beban orang lain.
Minhyun tidak mau, tentunya. Apalagi orang itu Seongwoo.
Minhyun ingin membuat Seongwoo merasa dilimpahi cintanya. Minhyun ingin Seongwoo selalu mendapatkan yang terbaik.
Dan dirinya tidak masuk dalam daftar hal terbaik yang pantas Seongwoo dapatkan. Bahkan untuk seks saja Minhyun kelimpungan. Kondisi tubuhnya sekarang berbeda, jadi sulit baginya bergerak sebebas dulu.
Minhyun menghela nafas. Minhyun tau Seongwoo ga puas dengan hubungan badan mereka semalam. Karena pada dasarnya, mereka berdua bener-bener berhati-hati.
Seongwoo takut kaki Minhyun jadi lebih buruk, dan Minhyun takut Seongwoo jijik dengan kondisi barunya.
"Udah bangun?"
Minhyun menoleh, menatap suaminya yang masih memejamkan matanya.
"Hm. Sudah. Kamu istirahat. Aku buatkan sarapan untukmu." Minhyun mengusap kepala Seongwoo hingga Seongwoo kembali memasuki alam mimpi.
Minhyun meraih pakaiannya, lalu meraih alat bantu jalannya. Minhyun menuju dapur, berusaha menyiapkan sarapan untuknya dan suaminya.
"Bagaimana semalam? Memuaskan?" Jinyoung mengeluarkan beberapa bahan makanan dari kulkas, membantu Minhyun membuat sarapan.
"Aku rasa tidak. Aku tau ini membuatku memiliki banyak keterbatasan. Tapi aku baru tau kalau ternyata keterbatasanku separah ini."
Jinyoung menghentikan gerakannya, menatap Minhyun sekilas. "Hyung, kalau hyung merasa bersalah, jangan membuat hal lebih sulit dari ini. Kalian berdua tau jawaban mengenai hubungan kalian. Jangan membuat hal semakin rumit."
Minhyun menatap mentega yang mulai meleleh di penggorengan panasnya.
"Apa aku boleh memiliki orang sesempurna Seongwoo?" Tanya Minhyun. Bukan kepada Jinyoung, lebih kepada dirinya sendiri.
"Toh dia mau hyung miliki. Hyung tidak memaksa siapapun. Berhenti membuat hidup kalian rumit. Nikmati saja apa yang kalian miliki. Dengan begitu hidup kalian akan sedikit lebih mudah." Jinyoung memberikan beberapa telur pada Minhyun. "Goreng telurnya ya hyung. Aku ke toilet sebentar."
Jinyoung pergi setelahnya. Meninggalkan Minhyun yang bergantian memandang telur dan penggorengannya.
"Sialan. Percuma aku membayar anak itu kalau akhirnya aku yang mengerjakan semuanya sendiri." Minhyun menggerutu, memecahkan beberapa butir telur sebelum menggorengnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unification [OngHwang]
Fiksi PenggemarOng Seongwoo, putra presiden Korea Selatan, Ong Jae In. Hwang Minhyun, putra presiden Korea Utara, Hwang Jong Un. Saat Korea Utara dan Selatan menyatu, kedua presiden sepakat untuk menjodohkan anak mereka. Akhirnya Seongwoo harus menikah dengan oran...