Unification [OngHwang]

11th unification

"Hyung, lagi apa?"

Jihoon meletakkan kopi panas sesuai kesukaan Hyunbin yang lagi sibuk bergelut dengan ponselnya. Entah ngapain.

"Hm? Job sampingan." Hyunbin mengunci ponselnya sebelum memasukkan benda persegi panjang itu ke dalam saku celananya.

Jihoon menganggukkan kepalanya, duduk di samping Hyunbin.

"Selama disini belum pernah kemana-mana kan? Mau aku temenin jalan-jalan?" Tanya Jihoon.

"Jalan-jalan? Boleh juga. Biar gue ajak Seongwoo. Dia katanya mau jalan tapi belum sempet juga." Ucap Hyunbin.

"Seongwoo hyung sedang berada di ruangan kerja Minhyun hyung. Tadi aku mau mengajak Seongwoo hyung juga, tapi kayanya.. jangan. Mereka lagi.. sibuk."

"Sibuk apa?"

Jihoon menggaruk lehernya yang sebenernya ga gatel. "Sibuk.. itu."

"Apa?"

"Seks."

"Ah.." Hyunbin terkekeh, menundukkan kepalanya menatap kopi yang selalu dibawain Jihoon setiap pagi selama mereka berada di Korea Utara.

Jihoon yang tau Hyunbin lagi badmood langsung menutup mulutnya. Ga mau mood Hyunbin lebih buruk lagi dari ini. Jadilah Jihoon cuma diem liatin halaman istana kepresidenan yang tertata indah dari gazebo, tempat kesukaan Hyunbin setiap pagi dan sore hari.

"Lu sendiri ga kemana-mana? Ga kuliah?" Tanya Hyunbin.

Jihoon menggeleng. "Aku tidak penting. Penerus aboji itu Minhyun hyung. Jadi hanya dia yang diwajibkan memiliki pendidikan tinggi. Aboji tidak peduli tentangku."

"Apa-apaan. Anaknya kan dua. Kenapa yang dipeduliin cuma anak pertamanya aja?" Gerutu Hyunbin.

Orang tua Hyunbin, meski savage af tapi tetep peduli sama anaknya. Meski Hyunbin kadang begonya kelewatan pun appanya tetep usaha bujuk Hyunbin buat sekolah tinggi. Karena pendidikan itu penting menurut kedua orang tuanya.

Nah ini? Anak presiden loh. Masa ga dipeduliin soal pendidikannya.

"Aboji hanya peduli soal Minhyun hyung. Minhyun hyung diharuskan mendapat pendidikan terbaik. Supaya bisa menjadi penerus aboji nantinya." Jawab Jihoon.