12. Akhir dari semuanya

2.9K 117 4
                                    

Maaf baru update part-nya. Ini sekalian dua Part kok. Dua part terakhir untuk Cerita ini.
*********

Aku,Nenek Ani, dan Pak yoga menuju rumah Rangga untuk mengunngkap apa yang dulu telah Ia perbuat. Sebelumnya, aku sudah menelfon Bibi untuk segera pulang, Bibi sempat khawatir dengan kondisi kami karena aku menlfonya masih dalam keadaan menangis tapi akhirnya bibi mengiyakan dan katanya langsung jalan menuju kembali ke desa ini. Saat ini jam menunjukan pukul 24.35, tak terasa ternyata sudah di pertengahan malam. Kami terus berjalan, Wajah nenek Ani nampak mulai risau, beliau tau malam ini ia akan bertemu dengan jasad cucunya sendiri yang sudah terpisah dengan kepalanya. Akhirnya setelah beberapa lama, kita pun sampai di rumah Rangga. Pintu Rumah Rangga nampak terkunci rapat, kita bertiga sudah berusaha memanggil nya,namun tak ada jawaban sama sekali dari Rangga. Dengan sedikit kesal akhirnya pak yoga mendorong pintu rumah rangga dengan kuat..

Bruuakk..

Pintu rumah Rangga langsung terbuka karena dorongan dari pak Yoga. Setelah itu kami segera bergegas mencari Rangga dan Sintia. Kita bertiga berpencar menelusuri rumah Rangga,namun tak ada tanda-tanda Rangga ada dirumah. Ku masuki sebuah kamar, nampak nya kamar Rangga. Terlihat sudah berantakan dengan bekas tali yang sepertinya untuk mengikat seseorang, disini juga kutemukan tetesan darah segar, aku semakin yakin ini adalah tetesan dari darah Sintia. Aku segera bangkit lalu berjalan keluar dari kamar.

"Gimana nek? ada rangga nya?" tanya ku kepada nenek ani

"Gak ada sepertinya disini" jawab nenek ani

"Gak ada dia disini, sepertinya sudah pergi" Sahut pak yoga dari belakang kami.

Aku berfikir lari kemana Rangga? Bagaimana dia tau jika aku akan kesini. Namun tiba-tiba aku teringat bahwa halaman belakang belum kita cek.

"pak coba kita cek di halaman belakang rumah ini" ujar ku ke pak yoga

Tanpa jawaban pak yoga segera berlari ke menuju halaman belakang. Aku dan Nenek Ani mengikuti nya dari belakang. Setelah kita membuka pintu belakang, ternyata benar Rangga ada disana. Rangga memegangi leher Sintia sambil mengacungkan pisau kepada Sintia.

"jika kalian mendekat, maka dia akan mati" ancam Rangga kepada kami

"Ternyata ini sifat kamu selama ini?" ucap pak Yoga karena heran melihat rangga seperti ini.

"lepasin sintia sekarang!" tegas ku sambil melangkah ke depan

"jangan mendekat!" sahut Rangga yang membuat ku kembali mundur

"Didapur sebelah mana jasad  Sahara kamu kubur?" tanya ku

"kamu gak akan pernah tau" ucap Rangga

"jangan-jangan kedua orang tua mu mati karena kamu juga?" kata nenek Ani yang langsung membuat kami menengok ke arah nya..

"tolong aku.." kata sintia lirih. sungguh pedih melihat Sintia dalam keadaan seperti itu. Rangga justru semakin mengeratkan tangan nya ke leher Sintia.

"Iyaa saya yang membunuh ke dua orang tua ku! mereka berdua tidak pergi meninggalkan ku,tapi aku lah yang membunuh nya, dan aku kubur jasad mereka berdua di kebun kami!" tegas Rangga dan membuat nenek Ani memegangi dadanya. Hati seperti teriris mendengar jawaban Rangga. Bagaimana mungkin dia tega membunuh orang tua nya?

"anak biadap kamu!" seru nenek ani sambil menunjuk ke arah rangga
"ha hahahahahahahaha"  Rangga tertawa

Tiba-tiba angin tertiup kencang, Pohon-pohon di sekitar rumah Rangga bergerak dengan kencang, dan daun-daun yang tua berguguran di atas kami. Aku melihat ke atas, langit tak mendung tapi dari mana asal Angin ini. Pak yoga panik begitupun dengan nenek Ani. Rangga nampak juga merasakan kepanikan, tanpa dengan dia melepaskan Sintia dari eratan nya.

MAWARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang