Chapter 12

1.2K 48 7
                                    

 Alyssa sedang berkutat dengan semua bahan masakan yang ia sendiri tak tahu untuk apa. Dia hanya menerima itu semua saat tadi ada yang mengantarnya ke apartement Mario yang kata si pengantar itu semua merupakan pesanan Mario. Alyssa hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan pria itu yang semakin tidak bisa ia tebak apa maunya.

Bunyi deringan handphone membuat Alyssa mengalihkan pandangannya. Dia melirik sekilas dan menghembuskan nafasnya secara kasar, ada panggilan dari pria yang sedari tadi di pikirkannya. Kemudian tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Alyssa menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan tersebut.

"Ya ??" Ucap Alyssa dengan malas.

Mario yang masih berada di ruangannya sedang duduk di atas kursi kejayaannya hanya terkekeh mendengar nada suara Alyssa yang terdengar malas di telingannya.

"Pagi sayang."

"Gak usah basa basi. Jadi basi tahu gak."

"Sensi banget sih, gara-gara bahan masakan yang aku kirim tadi ??"

"Pasti ada maunya."

"Enggak banyak kok. Cuma ingin kamu dateng ke kantor dengan membawa makanan buatanmu aja. Maka dari itu, aku nyiapin bahan masakannya supaya kamu tinggal masak sayang."

"Sejak kapan aku bisa masak Mariooo."

"Jangan pernah lupa kalau kamu pernah masakin aku sesuatu sayang."

"Okey okey. Fine. Siang nanti aku ke kantor bawain masakan buat kamu."

Mario terkekeh pelan. "Okey sayang. Aku tunggu. Love you."

Alyssa tersentak mendengar kalimat terakhir dari Mario. Kemudian dia menggeleng gelengkan kepalanya supaya tidak usah dimasukkan ke dalam hatinya. Bahaya jika kalimat tersebut tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.

"Daripada gue mikir yang enggak enggak. Mending gue langsung masak aja deh."

**********

Dering ponsel membuat Mario yang tadinya sedang berkutat dengan laporan-laporannya menjadi terfokus menatap ke handphone.nya, menatap malas saat menemukan nama ayah kandungnya yang menelepon. Dia menghiraukan panggilan itu hingga dering ponselnya mati dan berdering kembali untuk kedua kalinya. Mario memutar bola matanya malas kemudian terpaksa mengangkat panggilannya.

"Ada apa pah ?"

"Rio lagi banyak pekerjaan. Gak bisa sekarang Rio kerumah."

"Ini salah satu sifat Papa yang Rio gak suka."

Mario membanting ponselnya begitu saja ke atas meja kerjanya. Lagi-lagi ayah kandungnya meminta dia untuk ke rumah sekarang juga dengan ancaman-ancaman yang membuat Mario mau tidak mau harus datang ke rumah saat ini juga.

Dengan malas dia bangkit seraya memgambil jasnya yang digantung di sandaran kursi kemudian melangkah keluar kantor untuk menuju ke rumahnya.

Mario menyenderkan tubuhnya pada sofa ruang keluarga dengan malas. Dia menatap saja ayah kandungnya yang sedang berdiri di hadapannya dengan menatap tajam dirinya. Mario siap mendengarkan apa saja yang ayahnya ingin bicarakan dengannya.

"Kamu keterlaluan udah buat keluarga rekan bisnis Papa menunggu kamu terlalu lama Mario. Papa bisa terima kalau kamu hanya sekedar terlambat. Tapi kenyatannya kamu gak datang Mario, dan kamu tidak memberi kabar dengan rekan bisnis Papa itu."

"Papa lagi bicara sama kamu."

Mario menegakkan tubuhnya yang semula menyender kemudian menatap Papanya dengan wajah malasnya. Dia sudah lelah dengan pekerjaan kantor, dan sekarang harus membahas masalah yang sama sekali tidak ia suka.

LOVE IN DANGER (RIFY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang