12. Kencan Impian

2.4K 125 0
                                    

Bulan ini Mario sedang sibuk mempersiapkan skripsinya. Ia sering tidur larut malam. Tak jarang Filah selalu mengingatkannya untuk tidak terlambat makan dan menjaga kesehatannya. Mario benar-benar super sibuk kali ini. Tak jarang juga ia sering absen di studio musik miliknya bersama teman-temannya. Sekarang mereka berdua sudah pindah ke rumah mungil sederhana namun indah dan asri. Rumah itu dibangun dari kerja keras Mario dari penghasilannya sebagai pengisi berbagai acara dengan menyanyi dan bermain musiknya juga membuat lagu. Rumah itu dipersiapkan untuk keluarga kecilnya nanti. Melihat wajah Mario yang serius menatap layar laptop di depannya dengan kaca mata yang membingkai mata indahnya membuat Filah semakin jatuh cinta setiap harinya kepada suaminya itu. Mario seorang bocah kecil yang mengusilinya dulu kini telah bertransformasi menjadi seorang pria dewasa dengan karisma dan ketampanan yang membuat gadis mana pun meleleh hanya dengan sekali kedip, termasuk Filah. My hot husband, tawa Filah dalam hati.

"Rio, sayang... Ayo bangun! Udah siang, nanti kamu terlambat." Filah mengusap lembut pipi suaminya yang masih terlelap pulas di balik selimut tebalnya.

"Enghh...." Mario menggumam tidak jelas sambil terus memejamkan matanya. Filah hanya menghela nafas berat. Suaminya benar-benar susah untuk dibangunkan karena semalam Mario begadang hingga jam 3 pagi dengan tugasnya. Saat Filah sedang asyik menatap wajah tampan suami yang begitu dipujanya tersebut, lengan kokoh itu menyambarnya dan menjatuhkan tubuh Filah di atasnya membuat Filah memekik kaget.

"Ri—hmmpph...." bibirnya langsung dibungkam begitu saja oleh Mario dan dilumatnya dengan liar membuat Filah hampir kehabisan nafasnya. Lama-lama Filah menikmatinya seiring dengan ciuman Mario yang melembut. Ia semakin mendekap erat tubuh suaminya yang berada di bawahnya.

"Kamu harus cepet bangun." ucap Filah lembut di sela-sela ciuman mereka. Mario melepaskan bibirnya. Matanya menatap intens Filah.

"Bentar lagi." jawab Mario dengan suara serak. Filah merasakan sesuatu yang keras menekan bagian tubuh bawahnya. Ia paham itu. Ia harus segera menghentikan suaminya meskipun ia ingin mengingat suaminya yang hampir setiap hari menyentuhnya namun akhir-akhir ini agak jarang karena kesibukannya sebagai mahasiswa tingkat akhir. Ia tahu suaminya juga merindukannya. Namun mereka harus bisa menahannya untuk saat ini, karena ia tidak ingin suaminya terlambat dalam acara yang paling menentukan dalam hidupnya ini. Mario makin liar menciumnya dan tangannya sudah menjalar ke dada dan perutnya.

"Sayang, kamu harus cepet siap-siap. Jadwal sidangnya jam 8. Ini sudah jam 7 lebih. Kamu mau gak lulus, huh?!" Filah mendesah dan bersusah payah menahan tangan nakal Mario yang sudah merambat di area bawah tubuhnya. Mario melirik jam dinding, lalu ia beranjak duduk dan memeluk istrinya sambil menenggelamkan wajahnya di leher istrinya serta mengendus wanginya, aroma strawberry yang selalu menjadi favoritnya. Filah melepas perlahan pelukan suaminya.

"Sekarang kamu cepet mandi dan bersiap-siap. Aku udah siapin sarapannya." Filah mengecup bibir Mario sekilas, lalu beranjak meninggalkan Mario yang masih terduduk di ranjang dengan wajah yang cemberut persis seperti anak kecil yang ditinggalkan oleh ibunya. Filah terkikik geli melihat tingkah menggemaskan Mario.

***

Filah sedang duduk santai sambil membaca novel roman favoritnya di bangku panjang yang ada di tengah-tengah taman kampus. Ia sedang menunggu suaminya selesai sidang. Kebetulan ia sedang tidak ada jadwal sekarang. Seluruh kampus sudah mengetahui status hubungan mereka, tepatnya setelah insiden dengan Shelby, si wanita ular yang menghinanya di hadapan Mario dan orang-orang yang ada di kantin saat itu. Ada yang percaya ada yang tidak. Bahkan beberapa hari setelah insiden itu, Filah sempat menjadi korban bullying yang dilakukan oleh gadis-gadis yang mengincar Mario, termasuk Shelby. Mereka tidak rela pangeran pujaan mereka berpasangan dengan gadis seperti Filah. Namun Filah tak takut sedikit pun karena ia tahu, ia dan Mario saling mencintai dan ia tak peduli dengan apa yang orang katakan karena yang menjalaninya adalah ia dan Mario. Mario benar-benar murka saat mengetahui hal itu dan ia mengancam siapa saja yang berani menyakiti istrinya. Ia akan mendapat ganjarannya dan setelah itu tak ada yang berani meneror Filah lagi. Mario juga semakin menjadi protektif dan posesif terhadap istrinya.

Colorful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang