16. Thanks For All Your Love

2.1K 115 0
                                    

Filah sedang duduk sendiri di kantin sambil mengaduk-ngaduk es tehnya tanpa minat. Naura dan Jessica sudah duluan karena mereka ada tugas yang belum selesai di perpustakaan. Hari ini adalah ulang tahun pernikahannya dengan Mario yang pertama. Ia bingung memikirkan hadiah apa yang akan ia berikan untuk suaminya. Alat musik? Sudah banyak koleksinya. Kaset game? Ia bisa dapatkan di mana pun dia mau. Filah ingin memberikan sesuatu yang tidak bisa dia dapatkan sendiri. Bukan sembarang hadiah, bukan barang mewah atau sejenisnya yang menurutnya basi dan terlalu biasa. Filah melihat sekelompok gadis yang berpakaian terbuka di sampingnya yang rata-rata cantik. Apa aku harus tampil seperti itu di depannya? Filah tertawa pelan. Dia sudah biasa melihatku tanpa pakaian, dan dia lebih senang melihatku polos seperti itu. Filah menjadi tertawa sendiri mengingat tingkah nakal dan mesum Mario jika di dekatnya. Saat Filah sedang asyik dengan pikirannya, tiba-tiba sebuah tangan menyambar gelasnya.

"Haduhh, seger banget, hah!" Filah melihat Adnan yang tiba-tiba saja sudah duduk di depannya.

"Habis dari mana?"

"Biasa, latihan sama junior. Kamu sendiri? Ke mana teman-teman kamu?"

"Udah ke perpus duluan, ada tugas yang belum selesai. Berapa lama kamu di sini?" Filah merasa tak enak bila terus berdekatan dengan Adnan. Ia tak mau terus berdebat dengan Mario gara-gara Adnan yang tak takut mendekati Filah meskipun aura membunuh sudah terpancar jelas dari wajah Mario. Adnan tak peduli dan seperti nekat ingin merebut Filah dari Mario. Filah benar-benar risih dan tak betah dengan kondisi ini.

"Sekitar satu bulan atau lebih. Aku jadi punya kesempatan buat deket terus sama kamu." Adnan mengedipkan sebelah matanya menggoda. Filah memutar matanya malas.

"Udah deh, jangan mulai. Inget! Aku udah punya suami." Adnan mendengus tak suka. Ia masih belum bisa menerima kenyataan jika gadis yang sudah lama dicintainya itu kini telah resmi menjadi milik lelaki lain.

"Fi, kenapa kamu nikah duluan sih? Aku udah bekerja sebagai pelatih karate sekarang dan uang itu aku kumpulkan untuk modal buat nikahin kamu. Kamu tahu kan aku selalu ada buat kamu termasuk saat kedua orang tua kamu meninggal dan kamu butuh orang di samping kamu. Aku selalu ada untuk menyodorkan bahuku untuk tempatmu menumpahkan tangismu. Aku tulus mencintaimu dan menyayangimu." Adnan menatap lembut Filah sambil menggenggam tangan Filah. Filah berusaha untuk melepaskan genggaman tangannya. Ia takut Mario melihatnya dan perang dunia tidak bisa terelakkan lagi. Filah akui ia terharu dengan kejujuran Adnan yang bisa ia lihat dari sorot matanya saat memandangnya, tapi ia juga tak mungkin membalasnya karena perasaannya hanya sayang sebagai sahabat dan takkan pernah lebih. Filah bahkan merasa aneh dan lucu jika ia dan Adnan menjadi sepasang suami istri yang akan menghabiskan waktu tak hanya sekedar curhat atau kegiatan yang biasa mereka lakukan dulu saat masih bertetangga, tapi di kamar untuk bercinta. Filah tak bisa membayangkan ke arah sana. Tiba-tiba sebuah ide muncul begitu saja saat ia mengingat kata-kata Adnan yang terakhir. Seperti bola terang yang menerangi pikiran rumitnya. Diam-diam Filah tersenyum.

"A-aduhh..., kepalaku pusing banget. A-aku gak kuat." Filah hendak berdiri, namun tiba-tiba tubuhnya limbung dan hampir terjatuh. Adnan seketika panik dan menangkap tubuh Filah dengan cepat.

"Astaghfirullah! Fi-Filah, kamu kenapa?" Adnan langsung menggendong Filah dengan panik melewati kerumunan orang-orang setelah melihat Filah sudah tak sadarkan diri. Yang ada dipikirannya sekarang adalah keselamatan Filah.

***

"APA YANG TERJADI DENGAN ISTRIKU??!!!" Mario berteriak dengan emosi yang hampir meledak saat melihat Adnan menggendong Filah yang pingsan di depan pintu rumahnya.

"CEPAT TUNJUKKAN KAMARNYA!!! BUKANNYA MALAH BERTERIAK SEPERTI ORANG BODOH. KAU TIDAK LIHAT DIA!!!" Adnan balas berteriak tak kalah garangnya. Filah menahan tawanya melihat adegan konyol mereka. Kalau bukan karena sedang berpura-pura demi rencananya, ia sudah tertawa terbahak-bahak.

Colorful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang