4. Pertemuan Pertama

1.9K 120 0
                                    

Filah telah sampai di sebuah rumah mewah. Setelah tertidur cukup lama, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Kita sudah sampai ya, Tan?" tanyanya sambil menguap.

"Iya, sayang. Ini rumah kami. Ayo kita turun!" ajak Estelle sambil menarik tangan Filah untuk turun. Filah melangkahkan kakinya menuju rumah yang lebih besar dan mewah dari rumahnya tersebut. Setelah sampai di pintu gerbang, mereka disambut oleh satpam rumah.

"Siang Bu, Pak, Mbak?" sapa satpam itu ramah. Filah hanya tersenyum canggung.

"Siang juga, Di. Di rumah ada siapa?"

"Cuman ada Bi Minah aja, Pak. Abang belum pulang."

"Oh, baiklah."

Lalu, mereka melanjutkan untuk masuk rumah. Setelah pintu rumah terbuka dan disambut oleh pembantu rumah tersebut. Filah takjub dengan kemewahan interior rumah itu, begitu asri dan menenangkan. Ia melihat ke sekeliling ruangan di rumah itu. Ia menemukan sebuah foto keluarga Farhan, Estelle, dan seorang lelaki remaja yang tampan mirip dengan Farhan. Lalu, ia mengikuti Estelle ke sebuah kamar. Ia memasuki sebuah kamar yang bernuansa putih biru laut yang menenangkan. Begitu menakjubkan. Filah ingin segera melemparkan badannya ke ranjang empuk itu.

"Sayang, ini kamar kamu sekarang. Sebenarnya ini kamar tamu. Sekarang kamu istirahat dulu, ya! Nanti saat makan malam Tante panggil kamu lagi." Filah mengangguk.

"Iya, Tan. Makasih banyak Tante. Kalian udah banyak banget bantu Filah. Ini terlalu bagus." ucap Filah sambil memeluk Estelle. Estelle tersenyum.

"Kamu udah kami anggap sebagai anak kami sendiri. Kamu berhak mendapatkan semua ini, sayang. Bi, bereskan barang-barang Filah, ya!" pintanya kepada pembantunya.

" Baik, Bu."

Setelah mereka pergi, Filah langsung merebahkan badannya di ranjang. Matanya terasa berat dan lelah sekali setelah perjalanan panjang tadi. Ia bersyukur masih bisa diberikan kesempatan untuk merasakan hidup yang layak dan nyaman mengingat di luar sana masih banyak orang yang kedinginan tidur di jalanan karena kehilangan tempat tinggalnya. Matanya tertutup perlahan dan mulai terbang ke alam mimpi.

***

Filah perlahan membuka matanya dan mengerjapkan melihat ruangan sekelilingnya. Ia mengambil ponselnya di nakas, sudah jam 5 sore. Ia bergegas ke kamar mandi yang ada di kamar itu. Ia mandi, lalu mengambil wudhu dan menunaikan shalat ashar. Setelah itu terdengar bunyi ketukan pintu dan panggilan Estelle.

"Sayang, kita makan malam dulu! Kami sudah menunggumu di meja makan." sahut Estelle dari balik pintu.

"Iya, Tante. Sebentar lagi Filah turun menyusul." tak lama, Filah turun menuju ruang makan. Di sana sudah ada Farhan, Estelle, dan seorang kakek. Tadi ia tidak melihatnya saat masuk rumah itu. Filah menghampiri mereka dan mengambil tempat duduk di seberang Farhan dan Estelle. Ia menyambut tangan sang kakek untuk menyalaminya.

"Pa, kenalkan, ini Hafilah, anak dari sahabatku yang meninggal karena kecelakaan itu. Dia sudah yatim piatu. Kami ingin merawatnya seperti anak kami sendiri." lelaki tua itu melirik Filah.

"Oh. Siapa namamu anak cantik?" tanya sang kakek sambil tersenyum ramah. Filah tersenyum tipis.

"H-Hafilah, Kek." jawab Filah gugup.

"Nama yang indah. Mulai sekarang, rumah ini adalah rumahmu dan anggaplah mereka sebagai orang tua kamu. Jangan sungkan-sungkan, anggaplah rumah sendiri." ucap sang kakek masih dengan senyum ramahnya.

"I-iya. Terima kasih banyak, Kek." Filah hanya tersenyum canggung.

"Betul, sayang. Sekarang, kamu bisa panggil kami dengan sebutan Papa dan Mama. Iya kan, Pa?" tanya Estelle sambil menoleh suaminya sekilas.

Colorful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang