17. Honeymoon Dadakan

2.3K 118 0
                                    

Filah terbangun dan menggeliat saat ia sudah membuka mata sepenuhnya. Dilihatnya jam di dinding yang menunjukkan sudah jam setengah 5 lebih, hampir jam 5 pagi. Ia mendapati tempat di sebelahnya yang kosong. Biasanya saat terbangun, ia selalu merasakan sebuah lengan kokoh yang melingkari perutnya dan mendekap tubuh mungilnya erat, menyalurkan kehangatan di pagi yang dingin. Lalu Filah berbalik dan menelusuri setiap lekuk wajah Mario yang masih tidur atau pura-pura masih tidur untuk mengerjai Filah yang akan berakhir dengan morning kiss atau kadang berlanjut dengan aktivitas panas suami istri ala mereka. Namun hari ini Filah tidak mendapatkan itu semua. Kemarin sore, Mario berangkat ke Bali bersama teman satu grup musiknya yang juga rekan kerjanya di perusahaan rekaman milik mereka bersama. Mereka akan mengerjakan sebuah proyek pembuatan video klip musik dari seorang penyanyi muda yang baru terkenal dan dipercaya oleh Mario dan rekan-rekannya untuk bekerja sama dengan perusahaan rekamannya untuk meluncurkan single lagunya tersebut ke tengah-tengah publik. Filah merasa hampa dan seperti ada yang hilang saat dirinya berjauhan dengan Mario. Ia benar-benar sangat merindukan Mario walau mereka baru berpisah kemarin dan sementara. Filah mengambil bantal Mario dan menghirup aroma suaminya yang tertinggal sambil memejamkan matanya, meresapi setiap kehangatannya seakan ia sedang memeluk Mario, lalu ia memeluknya erat dan menciumnya. Filah segera beranjak dari ranjang menuju kamar mandi.

Filah sedang duduk santai sambil memakan roti bakarnya ditemani secangkir teh manis hangat. Setelah menunaikan shalat subuh tadi, ia langsung membereskan rumah dan menenggelamkan dirinya dalam aktivitas hariannya untuk mengusir kegalauan karena terlalu merindukan Mario. Ia berkali-kali mengecek ponselnya dan tak mendapati satu pesan atau panggilan pun dari Mario. Filah menghela nafas berat. Apakah sesibuk itu pekerjaannya? Filah menepis bayangan-bayangan negatif yang mulai berkecamuk menganggu pikirannya. Suamiku gak mungkin kayak gitu. Saat Filah sedang tenggelam dalam pemikirannya, tiba-tiba ponselnya berdering. Filah segera mengangkatnya dengan semangat berharap itu suaminya. Tapi saat melihat siapa yang memanggil, senyumnya langsung pudar. Ada raut kecewa, kesal, dan marah di wajahnya.

"Halo, Ra?" sapa Filah lesu.

"Datar banget suaranya, Fi. Pagi-pagi udah galau. Berantem sama Mario?" Filah mencebikkan bibirnya masih dengan mode kesalnya.

" Dia lagi ke Bali ada urusan pekerjaan di sana. Dia berangkat kemarin sore." jelasnya.

"Oh... Pantesan tidur gak ada yang meluk semaleman. Orang baterainya belum di-charge. Pantesan jadi error gini." Filah mendengus. Suara di seberang sana tertawa keras.

"Oh iya, Fi. Hari ini kelas sastra akan mengadakan liburan ke Bali buat refreshing setelah lulus sidang skripsi. Kalau mau ikut, nanti jam 2 siang kamu sudah ada di kampus. Kamu ikut, ya?! Aku dan Jessica juga ikut." mendengar kata Bali, Filah langsung bersemangat kembali. Ia jadi punya kesempatan untuk menyusul Mario ke sana. Lagian ia bosan sendirian di rumah, tak ada kegiatan apa-apa karena ia sudah selesai studi di kampus dan tinggal menunggu wisuda serta kelulusan.

"Oke. Aku ikut." Filah tersenyum membayangkan bagaimana nanti pertemuannya dengan Mario. Memikirkan itu, Filah menjadi tak sabar untuk segera berangkat.

"Yaudah. Sampai ketemu di kampus nanti, ya! Aku mau siap-siap dulu, mau ke supermarket bentar buat bekal nanti di sana." lalu tak lama panggilan berakhir. Filah bersiap-siap untuk berkemas. Tunggu suamiku! batinnya senang. Ia tak sabar ingin segera melihat kembali wajah tampan pangerannya itu.

***

Filah menghempaskan tubuhnya ke ranjang empuk itu. Ia merasa tubuhnya remuk dan sangat lelah setelah perjalanan di pesawat tadi. Mereka baru saja sampai di sebuah hotel di daerah Ubud. Filah sekamar dengan Naura dan Jessica.

Colorful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang