7. Will You Marry Me?

1.9K 127 0
                                    

Filah sedang berkutat dengan segudang buku di perpustakaan kampus. Wajahnya begitu serius menatap layar laptop di depannya yang menampilkan segudang tugas yang minta untuk diselesaikan. Tak terasa hari sudah sore. Kedua sahabatnya Naura dan Jessica sudah pulang duluan siang tadi. Satu per satu teman-temannya beranjak pulang, tinggal Filah yang sendiri di sana.

"Fi, gue duluan, ya?! Udah sore, nih." pamit Gabriel teman sekelasnya. Filah menolehkan wajahnya sekilas.

"Oh iya, El. Hati-hati, ya!" jawab Filah masih fokus dengan laptopnya.

"Lo yang mestinya hati-hati. Di sini kan tinggal lo doang. Katanya, di sini ada penunggunya lho, hiii...." ucap Gabriel dengan wajah menakut-nakuti. Filah melempar bulatan kertas ke arahnya.

"Udah pulang sana! Ganggu aja." Gabriel lari keluar sambil terus tertawa-tawa. Tapi bener juga aku sendirian di sini sekarang. Ah, dasar... Gara-gara si Gabriel iseng, aku jadi merinding disko kaya gini, ucap Filah dalam hati. Filah mencoba menepisnya dan melanjutkan kembali pekerjaannya. Saat ia sedang asyik dengan tugasnya, ada suara derap langkah kaki yang berjalan menuju ke perpustakaan. Filah menghentikan ketikannya. Ia merasa derap langkah kaki itu semakin mendekat. Ia mencoba menoleh keluar. Matanya membulat kaget, ternyata Mario. Mau apa ya dia ke sini? Tumben. Filah pura-pura tidak melihatnya dan fokus kembali pada tugasnya hingga sebuah suara membuat Filah mendongak.

"Kamu belum pulang?" Filah melihat sosok Mario yang berdiri tegap di hadapannya menatap wajahnya.

"Belum. Aku masih ngerjain tugas banyak soalnya." Filah mencoba untuk santai meski jantungnya luar biasa berpacu.

"Oh. Kita pulang sekarang, yuk! Udah sore. Nanti lanjutin aja di rumah." Filah mengerutkan keningnya. Tumben dia ngajak bareng. Emang ceweknya ke mana, ya?

"Tumben ngajak pulang bareng. Biasanya kan kamu suka bareng pacar kamu."

"Emang ada aturan ya aku harus pulang sama siapa dulu?" tanya Mario santai. Filah terdiam sejenak.

"Bukan gitu. Aku cuma gak mau ada yang salah paham nantinya. Kamu ngerti, 'kan?" Filah memang jarang dan dibilang hampir tak pernah pulang bersama Mario karena dia selalu bersama dengan pacarnya atau teman kencannya yang lain dan Filah tak peduli akan hal itu. Menurutnya, itu adalah privasi Mario dan ia tak berhak untuk tahu lebih dalam karena ia sadar ia hanya orang baru di rumah keluarganya. Pagi juga kadang-kadang mereka berangkat bersama meski dari rumah mereka selalu terlihat bersama di depan kedua orang tua Mario karena mereka ingin Filah pergi ke kampus bersama Mario. Setelah menjauh dari gerbang, kadang Filah mencari alasan supaya tidak pergi bersama Mario di mobilnya. Ia merasa itu berbahaya untuk jantungnya jika ia selalu berada di dekat Mario setiap saat. Semenjak ia masuk di keluarga itu dan mengenal Mario, hidupnya tak pernah sama lagi seperti sebelumnya, bahkan saat bersama Adnan pun ia tak pernah merasakan hal ini. Makanya ia berusaha sebisa mungkin untuk menghindar mengingat popularitas Mario dan predikat player-nya di kampus juga dirinya yang hanya seorang gadis biasa, seorang kutu buku yang selalu menyembunyikan wajahnya di balik hijabnya. Jadwal Mario yang berbeda dengannya juga menjadi salah satu alasannya.

"Kamu tumben pulang jam segini?"

"Aku abis latihan band dulu dan kebetulan aku lihat kamu di sini, jadi ya aku mau ngajak kamu bareng." sebelum Filah menjawab, Mario sudah mengatakan sesuatu yang mau tak mau Filah harus menurut.

"Bentar, aku beresin dulu!" Filah membereskan peralatan belajarnya, lalu meninggalkan perpustakaan dan mengikuti Mario sampai ke parkiran. Tak lama, mobil mereka mulai melaju dan hilang melewati gerbang kampus yang sudah sepi.

***

"Filah, kita dipanggil Kakek ke ruangannya sekarang!" sahut Mario dari balik pintu dapur yang membuat Filah hampir menjatuhkan gelas licin yang sedang dipegangnya saking kagetnya.

Colorful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang