5. He's Player

2K 117 2
                                    

Sudah sebulan lebih Filah tinggal di keluarga Farhan dan Estelle. Sedikit demi sedikit, Filah belajar beradaptasi dengan lingkungan barunya. Sekarang Filah sudah mulai terbiasa memanggil Farhan dan Estelle dengan sebutan Mama dan Papa. Filah masuk perguruan tinggi yang sama dengan Mario atas saran mereka. Tujuannya supaya Filah lebih aman dan terawasi dengan adanya Mario jika mereka satu kampus. Ia masuk jurusan sastra, sedangkan Mario sudah semester 5 di jurusan seni musik. Mario merupakan lelaki populer di kampusnya. Ia menjadi incaran para perempuan di kampusnya ataupun dosen perempuan yang masih single. Ia mempunyai sebuah grup musik yang selalu tampil di berbagai acara yang diadakan di kampus. Siapa yang tak mengenal Mario Lucky Kaisar Lubis, putra dari Farhan Kaisar Lubis, seorang pengusaha sukses yang berkiprah di bisnis perhotelan? Talenta yang bagus di bidang musik didukung oleh wajah rupawan yang agak kebarat-baratan membuat para wanita tak mampu menolak pesona sang pangeran. Filah juga mengakui bahwa dirinya memang mengagumi sosoknya. Mario juga terkenal sering berganti pacar. Filah merasa minder saat dirinya berjalan bersisian dengan Mario. Ia hanya seorang gadis biasa dengan penampilan sederhana dan apa adanya, bahkan bisa disebut nerdy. Mario selalu tampil keren, seksi, dan mempesona. Apalagi setiap di kampus, ia selalu melihatnya dikelilingi oleh gadis-gadis cantik yang begitu modis dan seksi. Filah hanya bisa menyimpan rasa kagumnya rapat-rapat dalam hati.

"Rio, bisa gak berhenti di depan warung itu?" pinta Filah pada Mario yang sedang fokus menyetir. Mario menolehkan wajahnya.

"Kenapa gak sampai kampus aja?" Mario mengernyit bingung pada Filah.

"Enggak, kok. Aku gak enak aja kalau sampai dilihat orang-orang kampus. Mereka kan gak ada yang tahu kita tinggal satu atap." Filah memang meminta Mario untuk merahasiakan tentang mereka yang tinggal serumah. Ia tak mau mencari masalah mengingat popularitas Mario di kampus. Mario hanya tertawa.

"Haha... Jadi kamu takut diserang para ondel-ondel itu? Santai aja kali. Hmm..., atau kamu iri ya sama mereka?" tanya Mario sambil tersenyum menggoda. Filah memukul ringan lengannya.

"Ih, PD amat, sih! Pokoknya aku mau turun di situ!" kukuh Filah sambil memanyunkan bibirnya.

"Kalau aku gak mau?" Mario tetap asyik menggodanya.

"Aku loncat, nih." jawab Filah sambil mencoba membuka pintu mobil. Mario tertawa.

"Iya, iya, aku turunin. Jangan suka marah-marah, nanti cepet tua dan gak cantik lagi." Filah hanya mendengus kesal.

"Bodo amat." ucap Filah sambil turun dan memeletkan lidahnya, lalu ia berjalan menuju kampus. Mario hanya tersenyum santai, lalu mengemudikan mobilnya ke arah gerbang kampus.

Filah langsung menuju kelasnya dan disambut oleh dua sahabat barunya, Naura dan Jessica. Ia langsung melemparkan tasnya dan menjatuhkan pantatnya di sebelah Naura.

"Santai aja kali, Fi. Pagi-pagi udah badmood aja. Abis dikejar rentenir apa?" ucap Naura yang sedang mengerjakan tugasnya.

"Lebih dari rentenir, Ra. Dikejar setan, setan tampan, sih." lanjut Filah dalam hati.

"Di mana? Jangan ngaco lo, ah! Mana ada setan di pagi yang cerah begini. Setannya juga yang ada pada tidur." timpal Jessica yang sedang memainkan gadget-nya.

"Iya, nih. Kebanyakan nonton film horror kali kamu." timpal Naura.

"Ah, terserah kalian aja. Aku mau lanjutin tugas Pak Fikri. Aku pinjem bukumu Jess, aku lupa ketinggalan." Jessica hanya mendengus, lalu menyerahkan bukunya.

Waktu istirahat telah tiba. Filah dan kedua sahabatnya menuju kantin dan mereka langsung menempati tempat duduk sebelum tidak kebagian tempat. Saat mereka sedang mengobrol sambil menungggu pesanan, Filah tak sengaja melihat Mario di pojok sana bersama seorang gadis berambut coklat dengan baju yang agak terbuka. Gadis itu sengaja merapat-rapatkan tubuhnya yang seksi itu pada Mario. Mario sendiri terlihat tidak nyaman dengan sikap gadis itu meskipun gadis itu cantik. Filah merasa risih dan jijik. Jangankan berdekatan seintim itu, berpegangan tangan saja sudah tak nyaman meskipun pernah memeluk Adnan, itu pun refleks dan hanya sebentar juga ia hanya menganggapnya pelukan sahabat. Sangat bertolak belakang dengan dirinya yang memakai pakaian yang begitu tertutup dan tak pernah melepas hijabnya. Ia mendengar suara gadis itu berbicara dengan sengaja didesah-desahkan.

Colorful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang