Epilog

3.1K 138 1
                                    

"Sayang hati-hati, nanti jatuh!"

"Iya, Bunda."

Filah memperhatikan putri kecilnya yang kini sudah berusia 3 tahun setengah yang sedang belajar bersepeda di halaman belakang rumahnya yang luas bersama ayahnya. Waktu tak terasa berlalu dengan cepat. Kini Camilla tumbuh menjadi gadis kecil yang ceria, aktif, dan banyak bicara seperti ayahnya. Kecantikannya persis seperti Filah waktu kecil, imut dan menggemaskan. Filah mengelus perutnya yang membuncit. Filah sedang mengandung anak kedua dan usianya kini sudah menginjak bulan ketujuh. Ia masih memperhatikan putri dan suaminya yang sedang tertawa riang di bawah langit biru yang cerah tak peduli keringat sudah membasahi tubuh mereka.

"Kakak, Ayah, ayo istirahat dulu!" lalu ayah dan anak itu menghampiri Filah.

"Capek, Bunda." Camilla menyandarkan kepalanya di pangkuan Filah. Filah mengelus sayang rambut hitam putrinya.

"Ahh, segarnya... Bagaimana keadaan jagoan kita hari ini?" Mario menyentuh perut Filah dan mengelus lembut. Menurut dokter, bahwa jenis kelamin anak kedua mereka adalah laki-laki. Filah ikut mengelus perutnya.

"Baik, Yah. Dia aktif nendang-nendang terus."

"Bunda, adek bayinya gelak-gelak!" Camilla antusias mendengar tendangan-tendangan kecil dari perut Filah. Ia semakin merapatkan telinganya untuk mendengar setiap reaksi adiknya dari dalam sana.

"Iya, sayang. Kakak mau adek cewek apa cowok?" Camilla terlihat berpikir sejenak.

"Cewek Bunda, bial Kakak bisa dandanin adek kaya boneka balbienya Kakak." Mario dan Filah tertawa mendengar penuturan putri mereka.

"Hmm..., kalau adeknya cowok gimana, Kak?" Camilla terlihat berpikir mendengar pertanyaan ayahnya.

"Emm..., gak apa-apa, asal jangan pukul-pukul Kakak aja." Mario dan Filah tergelak kembali mendengar jawaban polos Camilla.

"Ya enggak lah, sayang. Dia pasti bakalan jagain dan lindungin Kakak kalau sudah besar nanti." Camilla tersenyum senang.

"Benelan, Bun?" tanyanya dengan mata yang berbinar. Filah tersenyum dan mengelus rambut putrinya.

"Iya, sayang."

"Horee...! Adek cepetan lahil ya! Nanti kita maen sepeda sama-sama Ayah dan Bunda." Filah tersenyum masih sambil mengelus rambut putrinya. Mario ikut tersenyum melihat keantusiasan putrinya untuk menyambut kehadiran adiknya yang sebentar lagi akan hadir ke dunia.

Banyak yang telah berubah dengan kehidupan keluarga kecil itu. Menjadi lebih matang dan dewasa tentunya. Perselisihan dan kesalahpahaman pasti ada. Filah dan Mario pernah bertengkar hebat yang menyebabkan Filah pulang sementara ke Bandung ke rumahnya dulu yang ditinggali oleh sepupunya sambil membawa Camilla yang masih berusia 2 tahun saat itu. Penyebabnya adalah gosip yang merebak di masyarakat tentang hubungan gelap Mario dengan salah satu penyanyi yang terikat kontrak dengan perusahaan rekamannya. Penyanyi itu menyebarkan berita bahwa ia dan Mario memiliki hubungan khusus, dan kini ia tengah mengandung anak hasil hubungan mereka. Sontak berita itu menjadi berita terpanas dan perusahaan Mario bersama teman-temannya mengalami masalah yang besar. Berita itu juga sampai di telinga Filah dan Filah marah besar. Mario bersumpah bahwa itu tidak benar dan ia difitnah. Tak mungkin ia tega menduakan Filah sementara ia begitu mencintai istri dan ibu dari anaknya tersebut. Mario berjuang keras untuk mengembalikan nama baiknya yang sempat tercemar dan juga hubungannya dengan Filah yang sempat retak. Ia bagaikan mayat hidup tanpa Filah dan putri mereka di sisinya. Dengan bantuan teman-temannya, akhirnya ia mendapat informasi bahwa motif di balik penipuan itu adalah saingan bisnis yang bertujuan ingin menjatuhkan reputasi perusahaan mereka. Mereka menggunakan penyanyi itu yang bertujuan untuk eksistensi di depan publik sebagai alat untuk menghancurkan mereka dengan menyebarkan berita bohong tersebut. Setelah berjuang keras, akhirnya ia bisa mengatasi masalah yang merupakan masalah terbesar dalam hidupnya dan juga rumah tangganya setelah kejadian saat Filah hampir mati waktu melahirkan Camilla. Ia sempat diacuhkan oleh kedua orang tuanya juga. Dengan susah payah, akhirnya ia bisa membawa kembali kedua malaikatnya di sisinya dan meluruskan kesalahpahaman itu.

Kini Adnan telah menikah dengan Salma, gadis yang pernah diceritakannya dulu yang menjadi pacarnya dan kini istrinya tersebut tengah mengandung anak pertama mereka. Begitupun Adiba yang menyusul menikah tak lama 3 bulan setelah kelahiran Camilla dan mempunyai seorang putra yang baru berusia satu tahun lebih. Ia menikah dengan kakak kelasnya dulu waktu SMA. Kedua sahabat Filah waktu kuliah, Naura dan Jessica. Naura sudah menikah dua tahun lalu dan dikaruniai sepasang anak kembar laki-laki dan perempuan yang sangat lucu yang baru berusia 7 bulan. Filah senang sekarang Naura sudah mengikuti jejaknya untuk berhijab. Mungkin karena sekarang ia sudah menikah dan punya anak serta ingin menjadi istri yang sholehah dan ibu yang baik. Jessica rencananya akan menikah minggu depan di Medan, tempat kelahirannya. Meskipun berbeda keyakinan, tapi Jessica sudah menganggap Naura dan Filah sebagai saudaranya dan persahabatan mereka tetap terjalin dengan baik hingga saat ini. Dua hari yang lalu, Naura dan Jessica berkunjung ke rumahnya untuk memberikan undangan pernikahan Jessica sekaligus reuni. Mereka berdua begitu antusias mendengar berita kehamilan kedua Filah tersebut.

"Akhirnya kita bisa melewati setiap kerikil dan badai yang menghadang jalan kita untuk mempertahankan keluarga kecil kita." Mario menerawang masa-masa sulitnya membangun rumah tangga yang sempurna bersama Filah. Filah mengangguk.

"Iya. Aku bersyukur mempunyai suami seperti kamu yang selalu ada di sampingku. Kita bisa melewati semua ini karena kita selalu bersama-sama dan tetap berpegangan tangan dalam keadaan apa pun." Mario menoleh dan tersenyum kepada Filah.

"Aku berjanji akan selalu menjaga kalian meski dengan nyawaku untuk selalu mempertahankan kebahagiaan ini sampai maut memisahkan kita." Filah balas tersenyum.

"Aku percaya padamu suamiku, ayah dari anak-anakku." Mario memeluk Filah dan Camilla yang kini masih tertidur di pangkuan Filah.

Bahagia itu sederhana. Cukup dengan melihat kehadiran orang-orang yang kamu sayangi ada di sampingmu dengan menyunggingkan senyuman hangatnya yang akan selalu menjadi kekuatan untukmu dalam menjalani hidup ini.

Colorful DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang