[Chapter 7]

8.8K 1.3K 72
                                    

ǁ Try Again ǁ

.

0-0-0

.

Kim Doyoung
Jung Jaehyun
Mark Lee
Lee Jeno

.

.

.

Mark kecil melangkahkan kakinya dengan gembira. Senyum di wajahnya tidak pernah luntur, sementara tangan kecilnya di genggam erat oleh sang ibu.

“Jadi, hadiah apa yang kau inginkan di hari ulangtahunmu minggu depan, hm?”

Anak kecil itu mendongak, menatap ibunya―Kim Doyoung. “Hadiah?”

“Hm-hm, hadiah. Ulangtahunmu minggu depan, kan? Eomma akan mengabulkan apapun yang kau inginkan.” Ujarnya, masih dengan senyuman hangat yang selalu menjadi favorit Mark semenjak dia di adopsi oleh Jung Jaehyun dan Kim Doyoung.

“Ngg~ bolehkah aku memikirkannya nanti?”

“Wae?”

Tapi setelahnya, tanpa menunggu jawaban, Doyoung kemudian mengangguk. Ia menggunakan satu tangannya yang lain untuk mengusak rambut Mark yang berwarna hitam seraya bergumam ‘anak baik’ dengan begitu bangga.

Ini adalah kantor ayahnya; Jung Jaehyun. Tadi, sepulang sekolah, Mark di jemput tepat waktu oleh Doyoung. Ibunya itu berkata, “Ayo ke kantor appa, dan eomma akan memberitahu kalian berdua sebuah kabar gembira”.

Mark bingung, tapi ia tetap mengangguk dengan patuh. Ia sibuk mengagumi gedung kantor ayahnya yang sangat tinggi dan luas, tidak menyadari jika langkahnya sudah berhenti sejak beberapa detik yang lalu karena seseorang di sampingnya pun melakukan hal yang sama.

“Eo?”

“Sayang, kita pulang saja, ya?”

Mark mengerutkan dahinya bingung. Ia menoleh ke samping, menatap ibunya yang terdiam dengan ekspresi wajah yang tak terbaca. “Kenapa, eomma? Bukankah kita akan bertemu appa dan memberitahunya kabar gembira?”

“Kita pulang!”

Mark bisa merasakan tangannya di genggam lebih erat, lalu di tarik dari sana. Tapi ketika itu, Mark sempat melihat pada pintu sebuah ruangan yang terbuka… dan mendapati ayahnya sedang berdua bersama orang lain.

“Eomma, appa sedang apa?”

Anak kecil itu tidak pernah mendapatkan jawaban apapun meskipun ia bertanya berulang kali. Tapi ia tidak pernah lupa dengan apa yang matanya lihat di dalam ruangan tersebut.

Mark―umurnya enam tahun, dan ia melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat di ruangan kerja ayahnya, hanya beberapa bulan setelah ia di adopsi oleh keluarga yang amat sangat baik hati tersebut.

Mark meremas bantal yang di tidurinya begitu erat. Ingatan hari itu kembali menghantuinya; setiap malam memang selalu seperti itu. Seakan apa yang liat, tidak pernah bisa ia hapus begitu saja.

“Dari awal aku tahu, eomma tidak pernah melakukan kesalahan sama sekali.”

Ia tahu, semuanya berawal dari sana. Kenapa ayahnya bersikap begitu kasar, kenapa ibunya pergi begitu saja meninggalkannya, kenapa ia tidak pernah mendapatkan hadiah ulangtahunnya saat itu, dan kenapa… ia tidak mengetahui bahwa ia memiliki seorang adik.

Try AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang