[Chapter 20]

8.8K 1.3K 120
                                    

ǁ Try Again ǁ

.

0-0-0

.

Kim Doyoung
Jung Jaehyun
Mark Lee
Lee Jeno

.

.

.

Pada kenyataannya, malam pertama Doyoung kembali tidur di kamarnya itu menjadi sesuatu hal yang sangat menakutkan baginya. Matanya enggan terpejam, alam mimpi enggan menjemputnya walau hanya satu menit untuk beristirahat.

Sebisa mungkin, Doyoung tidak bergerak berlebihan. Ia tidak ingin mengganggu tidur Jaehyun yang tampak lelap di sampingnya.

Satu yang tidak pernah bisa Doyoung percaya adalah… sekarang ia kembali ke Seoul, ke rumahnya dengan Jaehyun, dan bahkan tidur diatas ranjang yang sama dengan laki-laki itu.

“Apa aku sudah mengambil keputusan yang benar?” Doyoung selalu bertanya dalam hatinya. Tapi ia sadar, jawabannya tidak akan ia temukan sekarang. Dirinya hanya perlu untuk yakin, maka itulah jawaban yang ia cari.

Doyoung melirik pada jam digital yang ada di nakas, lalu membuang nafas pelan karena sekarang baru saja tengah malam. Sebisa mungkin, ia menyingkirkan tangan Jaehyun yang melingkari pinggangnya tanpa membuat lelaki itu terganggu, beranjak dari posisinya dan keluar dari kamar.

Rumah besar itu sepi sekali. Bahkan ketika ia ke lantai bawah, tidak ada suara apa-apa.

Kakinya melangkah masuk ke kamar Jeno dengan pelan. Bisa ia lihat, anaknya itu tidur dengan nyenyak. Selimut tebal menutupi hampir seluruh tubuhnya dengan sebuah lampu tidur yang di biarkan menyala untuk membuatnya tetap terang.

“Kau senang berada disini? Bersama dengan kakak dan juga ayahmu, huh?” Doyoung berbisik pelan, dengan mata yang menatap lekat pada Jeno yang terpejam tenang. Tangannya bergerak untuk mengusap dahi putranya penuh sayang.

“Maaf karena eomma tidak pernah memberikan kebahagiaan ini sejak kau lahir.” Tubuhnya sedikit merunduk untuk memberikan Jeno sebuah kecupan hangat di puncak kepala. “Selamat malam, jagoannya eomma…”

Setidaknya, Doyoung merasa lega sekali sekarang. Jeno―putranya yang kini tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang tampan itu benar-benar telah mendapatkan kebahagiaannya sebagai seorang anak di keluarga yang utuh.

Doyoung sadar, ia tidak bisa egois lagi. Cukup Jeno yang terus merasa sedih karena merasa dirinya tidak memiliki seorang ayah. Maka ketika Jeno telah menemukan ayahnya, dan keduanya saling menginginkan, Doyoung yang harus mengalah.

Rasa sakitnya… akan terbayar dengan senyuman bahagia putranya. Itu yang Doyoung harus yakinkan dalam dirinya.

Setelah menutup pintu kamar Jeno, pandangan Doyoung teralihkan pada kamar di sampingnya. Itu kamar yang di tempati oleh Mark―lampunya terlihat masih menyala, membuat Doyoung mengernyit bingung.

“Mark?”

Yang di panggil melonjak kaget. Ia menoleh ke belakang, mendapati ibunya sedang berdiri di ambang pintu. “Eoh, eomma… Sedang apa?” Tanyanya dengan sedikit masih terkejut.

“Kau belum tidur? Ini sudah tengah malam, hei!” Bisa Doyoung lihat banyak sekali buku yang berserakan diatas meja belajar, laptopnya terbuka dan menyala, begitupun beberapa pensil yang berantakan disana.

Try AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang