Adibah Asilah=Author
Waktu terus berjalan. Beberapa bulan kulewati dengan terus menanggung beban sendirian, tanpa memberitahu ibuku maupun kakakku.
Dalam beberapa bulan itu pula aku dan Gita mendapat teman baru yang biasa disebut dengan panggilan Devi.
Dia menjadi dekat dengan kami, karena beberapa minggu kebelakang dia sempat dilabrak oleh kakak kelas yang bermana Azkia. Dia melabrak Devi karena laki-laki yang Azkia sukai ternyata dekat dengan Devi.
Yahh.. Itulah kisah singkat Devi yang menjadi dekat dengan kami, karena dia bilang sudah salah memilih teman. Disaat dirinya membutuhkan semua teman-temannya, saat itu pula teman-temannya pergi tak menghibur dirinya.
Maka dari itu, Devi mulai mendekati kami, kami pun menerimanya karena berteman itu bebas dengan siapa saja.
Tapi seiring dengan barjalan waktu aku mulai tidak menyukai pertemanan antara Devi dan Gita, mereka sering mengobrol sedangkan aku? Aku diabaikan. Aku benar-benar tak menyukai itu. Aku marah. Yahh itulah aku dulu, pikiran yang masih kekanak-kanakkan dan gampang emosi meski dengan hal yang begitu kecil.
"Diba.. Kamu kenapa?" tanya Gita padaku, saat aku mulai menjauh dari mereka berdua.
"Pikiran ku olangan." (pikirin aja sendiri) kataku ketus pada Gita
"Ishh, ku naon sih? Meuni jug baeud? Dasar GJ." (ishh, kenapa sih? Tiba-tiba marah? Dasar GJ) Devi mulai gerah melihat sifatku yang tiba-tiba saja begitu. Dia megatakannya dengan keras.
Aku mendengar kata-kata Devi, tapi aku menghiraukannya dan duduk didepan sedangkan mereka berada tepat dibelakangku.
***
Bel pulang pun berbunyi. Tapi, aku masih mempunyai kewajiban untuk sholat berjamaah disekolah ini.
Aku pergi ke toilet sendirian, tak seperti biasanya aku selalu bersama dengan Gita dan Devi. Tidak. Jika mereka bersamaku mungkin aku akan diabaikan lagi, lebih baik aku menjauh dari mereka daripada harus menahan rasa sakit hati ini. Batinku
Setelah dari toilet aku langsung ke mesjid dan duduk. Aku merasakan ada seseorang yang mendekatiku, namun aku rasa itu hanyalah perasaan saja.
Namun tiba-tiba ada yang memegang bahuku lembut. Membuat aku menoleh ke arah belakang.
"Hy.. " sapa gadis itu padaku. Ingin aku membalasnya tapi niat itu aku urungkan karena aku melihat Devi yang berada disamping Gita. Aku memutar bola mataku lalu membalikkan lagi badan ke depan.
"Kenapa sih Diba sekarang teh asa ngajauh? Cerita atuh lamun aya masalah teh." (kenapa sih Diba sekarang ngejauh? Kalo ada masalah tuh cerita aja.) kata Gita lembut padaku.
"Heeh, lain ujug-ujug baeud, dasar cigah budak leutik." (iya, bukan malah tiba-tiba marah, dasar kayak anak kecil.) kata Devi masih dengan nada ketusnya.
Tapi aku hanya diam tak mau bicara dengan mereka, hingga akhirnya Gita membujukku. Itulah aku, tidak bisa menolak permintaan sahabatku. Mungkin karena aku sudah menyayanginya.
"Aku ngejauh bukan karena alasan. Aku teh gak mau kalo kalian berdua ngobrol sedangkan aku teh dikacangin. Gak enak tau kayak gitu teh, aku teh cape terus didiemin. Aku teh bukan patung. Aku manusia, punya perasaan. Aku teh sakit hati." kataku pada mereka dengan airmata yang hampir tumpah, namun aku masih bisa menahannya.
"Yaudah deh, aku minta maaf kalo misalkan kamu merasa diabaikan. Dimaafin gak?" kata Gita padaku dan aku hanya mengangguk sebagai jawaban tanpa aku melihat wajah Gita, karena aku takut dia tahu bahwa aku sedang menahan airmata yang akan tumpah itu.
"Aku oge heeh." (aku juga ya.) kata Devi dan aku hanya mengangguk untuk kedua kalinya.
Tanpa aku sangka mereka memelukku. Sungguh lebay. Batinku, tapi aku menyambutnya dan mulai tersenyum.
Kadang suka aneh denger cerita seseorang yang udah jauh tapi las ketemu lagi ngomongin sikap kita dulu kayak gimana, rasanya antara lucu sama gak nyangka.. Ngakak juga sihh😅😅
Okee terus voment ya jangan lewat aja, butuh dukungan juga tauu
Tunggu part selanjutnya yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Friendship
Non-FictionSebuah luka dalam hati, pahitnya perjuangan, dan kesabaran membuat mereka berdua saling menutup diri untuk memiliki sahabat. Mereka lelah untuk terus memperjuangkan sesuatu yang sia-sia. Tapi dibalik semua itu Allah mempunyai rencana yang begitu ind...