Rinaya maureen adinaya
Waktu berjalan dengan begitu cepat, perlahan aku menjadi dekat dengan teman-teman sekelasku, bukan karena aku yang mau. Namun, eskul yang sepertinya menuntut agar aku dekat dengan mereka.
Aku lebih dekat dengan vania. Ya, dia sekelas juga se-eskul denganku. Hal itu menuntut aku untuk terus bersamanya, meski bukan sebuah keinginan tapi ini adalah pertemuan yang berujung pada pertemanan.
Kenaikan kelas pun tiba, aku sempat mendengar dari salah satu murid bahwa kenaikan kali ini kelas akan di acak. Katanya, sekolah baitul qur'an akan memisahkan kelas antara laki-laki dan perempuan. Kecuali, satu yaitu kelas unggulan.
Ya, kelas unggulan. Dimana kelas tersebut laki-laki dan perempuan akan dicampur dan itu adalah orang-orang yang terpilih karena akhlaknya.
Satu hal yang aku takutkan adalah aku dan Vania akan berbeda kelas. Namun, aku pasrahkan pada keputusan yang ada.
***
Adibah Ashila (Author)
Kelas unggulan? Satu kalimat yang berhasil mengacaukan pikiranku.
Bagaimana tidak? Jika salah satu diantara kita bertiga ada yang masuk ke kelas unggulan itu?Aku tak bisa membayangkan bila harus berpisah dengan Gita dan Devi. Aku sudah sangat nyaman berteman dengan mereka, bukan hanya aku saja tapi mereka juga.
"Udah jangan ngelamun.. Mendingan kamu mikirin mau liburan kemana." kata Gita padaku yang melihat aku melamun
"Liburan? Haha, aku mah liburannya dirumah mulu gak pernah kemana-mana" jawabku pada Gita
"Hhehe, sama dong." kata Gita
"Tapi kan bukannya anak tahfidz itu biasanya kalo liburan tetep masuk ya?" tanya Gita beberapa saat kemudian
"Hhe, aku mah udah keluar dari sebulan yang lalu." kataku cengengesan
"Kenapa? Sayang banget tauu." tanya Gita
"Udah ah aku mah gak kuat, nanggung semuanya sendiri. Kalo bilang mamah takut dimarahin, yaudah jalan satu-satunya keluar." jelasku pada Gita
"Yaudah deh, gimana kamu aja."
"Terus kamu? Bukannya taekwondo juga kalo liburan suka masuk?" kataku balik bertanya pada Gita
"Hhe, aku juga mau keluar." kata Gita cengengesan
"Hhaha, kenapa?" tanyaku sambil tertawa
"Sama kayak kamu, tapi bedanya kata mamah jangan dulu ikut yang kayak gituan dulu, soalnya lagi krisis."
"Oh" jawabku singkat
"Iya.. Eh Devi kemana ya? Tumben gak keliatan batang idungnya?" tanya Gita
"Kayaknya udah pulang deh, tadi aku liat dia dipukul neneknya pake raport." kataku keceplosan
"Hah? Kenapa dipukul?" tanya Gita
"Mungkin kecewa, kan biasanya dia peringkat satu. Ehh sekarang disusul sama kamu." kataku datar
"Ihh, jadi ngerasa bersalah beuhh." kata Gita sambil memegang raport nya erat
"Udahlah, gak usah dipikirin, mungkin Devi nya lagi lengah sampe ke susul gitu."
Di percakapan itu kami membahas tentang peringkat. Ya kami bertiga mendapat peringkat tapi aku yang paling jauh diantara mereka berdua.
Gita mendapat peringkat satu dikelas dan Devi mendapat peringkat kedua sedangkan aku mendapat peringkat ke empat dikelas. Haha lucu, padahal dari SD aku gak pernah mendapat peringkat. Satu hal yang oranglain heran padaku, sebuah perubahan yang benar-benar drastis.Tapi, yang aku pikirkan lagi adalah semua yang mengikuti eskul tahfidz rata-rata mendapat peringkat. Beberapa temanku yang satu eskul denganku dulu mendapat peringkat adalah Rinaya mendapat peringkat kedua dikelas 7B juga Vania yang mendapat peringkat keempat dikelas 7B juga. Juga Lisa yang mendapat peringkat kedua dikelas 7E. Selebihnya aku tidak tahu, karena mereka tidak satu tim denganku dieskul. Tapi aku sering melihat mereka yang hilir mudik dimesjid untuk menyetor hafalan qur'an mereka. Ya, alu rasa kebanyakan peringkat diborong sama anak-anak tahfidz.
Pengumuman tentang libur panjang selama dua minggu telah membuat murid-murid bersorak senang. Namun, pengumuman belum semuanya tersampaikan, yaitu tentang pembagian kelas. Dan itu akan diumumkan saat masuk sekolah nanti.
Buat pemeran Rinaya maaf ya kalo sedikit. Emang sedikit sihh, soalnya aku chatt lama balesnya yaudah itu mah setaunya aku aja😂✌
Yang baca jangan lupa voment yaa, terus maaf kalo typo bertebaran soalnya lagi kurang mood🙏😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Friendship
Non-FictionSebuah luka dalam hati, pahitnya perjuangan, dan kesabaran membuat mereka berdua saling menutup diri untuk memiliki sahabat. Mereka lelah untuk terus memperjuangkan sesuatu yang sia-sia. Tapi dibalik semua itu Allah mempunyai rencana yang begitu ind...