12.Hangat

4.7K 225 6
                                    

Happy Reading 😊

Dave terkekeh kecil dengan sikap panik Rafael, ia benar benar senang karena Rafael sangat mengkhawtirkan dirinya.
"Lo butuh sesutu? Ngomong atuh Dave" ucap Rafael mulai frustasi.
Rafael benar benar kesal karena sendari tadi Dave hanya diam saja bahkan Dave terus menatap kearahnya membuat dirinya merasa aneh dengan sikap Dave seperti itu.

"Gue cuma butuh lo ada disini Raf, gue nggk butuh apa pun. Cukup lo disini, disamping gue"

***

"Dav ...Dav...lawakan lo garing tau gak, lo pikir gue bakalan ketawa gitu sama lawakan receh lo" ucap Rafael dengan nada mengejeknya.
"Sekarang waktunya serius, lo butuh apa?"

"Ambil obat demam dilantai bawah didalam kulkas"

Rafael segera melangkahkan kedua kakinya keluar kamar untuk mengambil obat demam yang berada dilantai bawah, didalam hati Rafael merasa aneh dengan ucapan Dave tadi. Dave seperti mengucapkan kalimat itu dari lubuk hatinya yang terdalam, namun. Sebisa mungkin Rafael tetap berpikir positif karena mungkin saja Dave sedang ngelantur karena demam yang tinggi.

Sementara itu Dave merasa ingin melempar tubuh Rafael dari atas balkon yang ada dikamarnya kebawah karena Dave merasa kesal. Padahal itu kode keras yang sudah Dave berikan kepada Rafael namun tetap saja Rafael tidak peka dengan ucapannya barusan.
Dave menghela napas panjang, ia membutuhkan kesabaran yang lebih untuk membuat Rafael peka dengan perasaan aslinya.

Ceklek..

Suara pintu terbuka menampilkan sosok Rafael yang membawa nampan yang berisikan obat demam dan satu gelas air putih hangat, Rafael meletakan namapan itu diatas nakas lalu membantu Dave agar bangun dari tidurannya.
Rafael memberikan obat yang berbentu tablet itu kepada Dave lalu disusul air minum yang langsung dihabiskan oleh Dave sampai tidak ada sisa sedikit pun.

"Lo kaya orang yang nggak minum selama 1 bulan" ucap Rafael dengan wajah polosnya.

Dave memutar bola matasnya dengan malas.
"Lo bisa nginep dirumah malam ini juga?" Tanya Dave menyenderkan tubuhnya dibahu ranjang.

"Dave bahu lo nggk sakit?, dikasih bantal dulu biar punggung lo nggk sakit"perintah Rafael karena khawatir melihat Dave menyender tidak menggunakan bantal.
Rafael mulai meletakan beberapa bantal disana suapaya Dave merasa nyaman saat bersandar dibahu ranjang.
"Tuh udah, kalau ginikan lo nyaman" ucap Rafael tersenyum.

Dave menyenderkan tubuhnya, ia merasa sangat senang sekali karena Rafael memberikan perhatian kepadanya,walaupun perhatian sekecil itu tapi merasa sangat senang.
"Padahal nyender didada lo lebih nyaman dari pada dibantal" ucap Dave ngode.

"Hah? Lo ngomong apaan si?"

"Gue nggk ngomong apa apa, biasalah kepala gue lagi pusing" ucap Dave memberi alasan.

Rafael hanya mangut mangut lalu menatap isi kamar Dave yang tampak rapih, tidak seperti dirinya. Kamarnya selalu berantakan bahkan Mamahnya hanya bisa geleng geleng saat melihat kamarnya yang seperti kapal pecah.Lalu Rafael mengambil sebuah gambar yang menarik perhatiannya sendari tadi, Rafael menatap poto tersebut dengan kening berkerut.
"Ini siapa?" Tanya Rafael sembari menujukan poto yang berada dibingkai poto.

Bonus PIC Dave dan Liam⬇️⬇️

Bonus PIC Dave dan Liam⬇️⬇️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue sama Liam"jawab Dave. " aduh gue lupa nyingkirin poto gue sama mantan gue lagi"(Suara Hati Dave).

"Kok mesra banget? Kalian saudaraan ya"

Dave hanya diam saja, membiarkan Rafael meletakan kembali poto dirinya bersama Liam yang menjadi mantan kekasihnya.

"Raf, gue boleh nanya?"Dave mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Apa?"

"Kalau misalnya lo pacaran sama orang yang lo cintai tapi nggk diretui sama nyokap bokap lo gimana?"Tanya Dave kepo.

Rafael terdiam mencoba berpikir kalau ia sedang berada disituasi seperti itu.
"Gue bakalan tetap perjuangin cinta gue lah"

Kalimat yang baru saja diucapkan oleh Rafael tadi membuat Dave tanpa sadar menarik ujung sudut bibirnya sehingga terbentuklah sebuah senyuman indah.
Rafael menatap Dave dengan wajah bingungnya.
"Lo kenapa senyam senyum? Lo udah nggk waras hah? atau perlu malam ini juga gue masukin lo kerumah sakit jiwa"

"Nggk, gue cuma lagi mikirin ucapan lo tadi. Bener bener romantis"

"Oh, gue mah emang orangnya romantis"Jawab Rafael sambil memperlihatkan senyuman sombongnya.

"Iya tau"jawab Dave malas.

"Sipp lah kalau lo tau"

Rafael kembali melihat lihat poto poto Dave, Rafael sangat yakin kalau Dave pasti digilai oleh semua kaum hawa. Terbukti jika Alice mau mendekatinya lagi karena ia memiliki tujuan ingin mengenal jauh Dave melalui Rafael(Nyesek emang).Rafael menghela napas kasar, apa Alice menyukai Dave?. Kalau dugaannya memang benar, Rafael mungkin hanya bisa pasrah dan diam melihat wanita yang dicintainya bisa bersama seorang pria yang jauh segala galanya dari dirinya.

"Raf, kok badan gue mendadak dingin ya" ucap Dave dengan nada begetar menahan dingin yang luar biasa yang tiba tiba saja menjalar ditubuhnya.

"Meriang kali" ucap Rafael dengan nada acuhnya.

"Rafff, dingin Raf" ucap Dave.

Rafael menoleh, kedua matanya langsung melotot saat melihat wajah Dave tampak pucat sekali.
Rafael langsung menghampiri Dave yang sedang berbaring itu, ia lantas meletakan punggung tangannya dikening Dave. Ia kaget, saat suhu tubuh Dave tambah dingin dari pada tadi.

"Raff dingin" gumam Dave dengan nada lemahnya sambil memejamkan matanya..

Rafael benar benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menangani orang yang sedang sakit.

"Ya Tuhan, gue harus ngapain coba?" Tanya Rafael sambil menggaruk garuk kepalanya dengan gemas.

"Raf, peluk gue Raf"

Rafael langsung terbelalak kaget atas ucapan Dave tadi
"Raf gue mohon, peluk gue Raf. Bunda gue sering meluk gue kalau gue lagi demam" ucap Dave dengan nada lemasnya.

"Tapi Dave, nggk ada cara lain gitu"

"Kalau ada cara lain mungkim gue nggk bakalan minta kaya gitu" ucap Dave dengan nada sedikit jengkel.

"Beneran?"

"Iya Rafael"

"Yaudah deh" ucap Rafael.
Dengan ragu Rafael naik keatas kasur tempat Dave berbaring. Lalu membaringkan tubuhnya disisi Dave.
"Terus gue ngapain lagi?"

"Buka baju lo"suruh Dave.

Rafael menelan ludanya susah payah, apa telingannya tidak bersalah.
"Hah?" Tanya Rafael.

"Buka baju lo Rafael"perintah Dave sekali lagi dengan nada memaksa.

"Lo becanda kan?"Rafael benar-benar bingung dengan permintaan Dave,tapi disisi lain dia tidak mau Dave kedinginan.

"Nggk Raf"

"Lo yakin? Lo pasti becandakan"

"Cepatan Rafael, gue dingin"

Dengan ragu ragu Rafael melepaskan kaus hitam yang sedang dikenakan olehnya, sehingga terpangpanglah tubuh sixpack Rafael.

Dave langsung saja tenggelam kepelukan Rafael, memeluk tubuh lelaki itu dengan erat lalu membenamkan wajahnya didada Rafael.
Diam diam Dave menarik kedua sudut bibirnya sehingga membentuk sebuah senyuman manis sekali.

"Rela deh gue kalau sakit tiap hari kalau kaya gini" (ucap Dave di dalam hatinya).
























jangan lupa "Vote",Pesan!!jangan jadi pembaca Ghoib 😊

My possessive GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang