11.Care

4.4K 232 5
                                    

Happy Reading😊


Tubuh Dave mendadak mengigil, ia tidak menyangka efek hantaman bola basket dikepalanya memberikan efek yang luar biasa. Bahkan sekarang Dave beberapa kali meringis menahan pusing dikepalanya, tubuhnya pun terasa dingin bahkan Dave sudah memastikan kalau sekarang dirinya sedang demam.
Dave kembali menarik selimutnya, menyembunyikan wajahnya dibalik selimut tebalnya.

Tubuh Dave terasa begitu lemas sehingga ia sulit untuk mengambil obat yang berada dilantai bawah, kalau saja dirumahnya ada orang selain dirinya mungkin Dave sebisa mungkin berteriak tapi malam ini hanya ada didirinya saja. Orang tuanya sibuk dengan urusan mereka.

Tiba tiba Dave mengulurkan tangannya , meraba raba mencari hpnya yang selalu ia simpan diatas nakas. Beberapa kali Dave berdecak kesal karena tangannya belum juga menemukan keberadaan hpnya, berhasil. Dave langsung saja membawa hpnya lalu membuka lacar kunci hpnya setelah itu ia mencari kontak Rafael agar pria itu kerumahnya. Ia tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa pun karena diotaknya hanya ada Rafael saja.

"Hallo Dave? Ada apa? Tumben lo nelepon gue"

"Raf, lo bisa kerumah gue nggk?"

"Eh lo kenapa Dave? Lo sakit"

"Gue demam"

"Yaudah gue Otw kesana, jangan mati dulu ya". Jawab Rafael lalu memutuskan telepon sepihak.

Dave mendengus kasar karena ucapan Rafael barusan, tapi ia senang karena Rafael peduli kepadanya. Buktinya Rafael mau datang kerumahnya malam begini, Dave tersenyum kecil lalu meletakan hpnya diatas nakas lagi.

******

Rafael melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena ia benar benar khawatir dengan kondisi temannya itu, padahal tadi Rafael sempat akan tidur tapi ia harus terbangun kembali karena Dave meneleponnya. Rafael sangat kaget ketika mendengar suara lemah Dave disebrang telepon.

"Shitt" umpat Rafael kesal karena jalanan tampak macet.
Ya, jalanan ibu kota memang selalu macet. Rafael benar benar sangat kesal sekali, beberapa kali Rafael mengumpat dengan kata kata kasarnya karena melihat mobil yang ada didepannya belum juga berjalan. Beberapa kali Rafael menekan klakson mobilnya dengan kesal, namun percumah karena mobil yang ada didepannya tidak dapat bergerak.

Rafael menoleh kesamping luar jendela mobil nya, kerutan dikeningnya seketika muncul saat melihat mobil berlalu lalang dengan lancarnya. Rafael memilih untuk keluar dari dalam mobilnya, seketika kedua mata Rafael melotot saat melihat mobil yang ada didepannya adalah mobil mogok yang berhenti ditepi jalan.

"Kenapa mas? Mogok juga?" Tanya pria yang sedang bersender dikap mobilnya.

Rafael tidak menjawab karena ia terlalu kesal, Rafael memilih untuk masuk kedalam mobilnya lalu menjalankan mobilnya mengikuti mobil mobil lain yang sedang membelah jalanan ibu kota dimalam hari.

Sepanik inikah Rafael , sampai sampai ia harus menahan malu karena menganggap jalanan ibu kota sedang macet.
Rafael benar benar kesal sekali, rasanya Rafael ingin membuat jalan tol sendiri untuk keluarganya nanti. Tapi itu tidak mungkin karena ayahnya pasti akan mengaggap dirinya gila.

Rafael menaikan laju kecepatannya lagi, ia benar benar sedang kalap bahkan Rafael tidak peduli dengan keselamatan jiwa dan raganya. Yang ada dipikirannya adalah hanya Dave, Dave dan Dave.

Akhirnya Rafael bisa bernapas lega saat mobilnya sudah berhenti didepan rumah Dave yang tampak sepi seperti tidak ada penghuninya. Rafael keluar dari dalam mobilnya lalu berlari kencang menuju pintu rumah Dave, tanpa mengucapkan salam atau pun mengetuk pintu Rafael langsung saja nyelonong asal. Untungnya pintu rumah sedang tidak dikunci.

Rafael mulai menaiki beberapa anak tangga disana, karena Rafael yakin kalau kamar Dave berada dilanta dua.
"DAVE DAVE LO DIMANA" teriak Rafael dengan nada kencangnya.

"Gue disini"

Rafael langsung membuka pintu kamar yang Rafael yakini kalau itu adalah pintu kamar Dave.
Dan benar saja, baru saja Rafael membuka pintu kamar Dave sedikit. Rafael bisa melihat seorang pria sedang berbaring diatas ranjang sambil memejamkan kedua bola matanya.

Rafael menghampiri Dave yang sedang terbaring lemah diatas kasur.
"Lo datang?" Tanya Dave dengan nada lemahnya.

"Ya gue bakalan datang lah, lo bego atau tolol si. Mana mungkin gue diem ajah saat teman gue sakit kaya gini" ucap Rafael.

"Jadi lo bakalan panik juga kalau Rangga sama James juga sakit?"

"Nggk juga si, malah belum pernah. Karena mereka berdua nggk pernah sakit"
"Eh malah bahas dua curut itu, lo udah minum obat? Terus apa yang sakit? Kepala lo pusing? Atau kita perlu kerumah sakit ajah"

Dave terkekeh kecil dengan sikap panik Rafael, ia benar benar senang karena Rafael sangat mengkhawtirkan dirinya.
"Lo butuh sesutu? Ngomong atuh Dave" ucap Rafael mulai frustasi.
Rafael benar benar kesal karena sendari tadi Dave hanya diam saja bahkan Dave terus menatap kearahnya membuat dirinya merasa aneh dengan sikap Dave seperti itu.

"Gue cuma butuh lo ada disini Raf, gue nggk butuh apa pun. Cukup lo disini, disamping gue"














Jangan lupa "Vote"ya guys, jan jadi pembaca ghoib🤣

My possessive GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang