6. Mimpi Itu Lagi

773 67 10
                                    


'Terkadang aku seringkali merasa sangat merindukanmu...'

...

 Aku mendengar suara seekor kucing yang tidak biasa. Suaranya seperti sedang dalam bahaya. Aku pun mengikuti arah suara membawaku.
Suara itu membawaku masuk ke dalam hutan yang rimba, sekitarnya sangat petang dan dingin. Pohon-pohon tumbuh begitu tinggi, begitupun rumput-rumput di sekelilingnya. Suara seekor kucing itu terdengar semakin keras.
Aku menemukannya. Terlihat seekor kucing yang tengah berjuang melepaskan diri dari seekor ular yang berhasil menggigit ujung kakinya. Segera aku mengambil sebuah ranting kayu yang panjang, aku sedikit memukul kepala ular yang berhasil melahap bagian kaki si kucing. Tapi tak sampai hati aku memukulnya dengan keras, aku hanya menggoyang-goyangkan bagian kepala si ular agar ia melepaskan mulutnya dari kucing.
Ah aku berhasil, ularnya segera pergi. Begitu juga kucing, ia lari sangat kencang.
"Awasss!!!" saat akan berbalik untuk pergi, seseorang dari arah belakang meneriakiku.
Seseorang itu menunjuk ke arah bawah, aku melihat seekor ular yang tadi akan siap untuk mematukku. Aku berteriak sangat keras. Seseorang itu dengan cepat menyeret ular dan membuangnya sangat jauh...

Ah, aku bernafas panjang. Lagi-lagi mimpi yang sama, juga dengan seseorang yang sama. Sorot mata itu, sangat teduh dan menenangkan segala kepanikanku. Setiap aku akan terjaga untuk memastikan siapa dirinya, seseorang itu selalu mengalihkan pandangannya dariku. Beberapa kali sudah benar-benar aku siapkan jika aku bermimpi seperti itu lagi, aku harus menangkap wajahnya.

Satu nama yang ada di pikiranku, Mas Arhim. Mas Arhim punya sorot mata yang teduh, sama seperti seseorang dalam mimpiku itu. Hanya saja saat aku di dekatnya, aku tidak selalu merasa tenang. Berbeda dengan pertemuan pertama kita.

Tapi aku begitu yakin jika seseorang itu adalah Mas Arhim. Saat kita pertama bertemu di Masjid, aku merasa sangat tenang di dekatnya. Seperti dia memiliki ribuan jiwa ketenangan yang menghampiri setiap raga yang ada di dekatnya.

Belakangan ini aku jadi sering bertemu dengan Mas Arhim, di jalan dan di Masjid. Aku maupun dia jadi sering saling menyapa. Aku tidak tahu dimana persis letak rumahnya, hanya saja dia pernah bilang bahwa di sini dia hanya menginap di Villa saudaranya.

Terakhir kali kita bertemu adalah satu minggu yang lalu, di Masjid saat selesai sholat Maghrib. Waktu itu, dia bilang akan kembali pulang ke rumahnya di kota karna ada urusan dalam pekerjaannya.

Mas Arhim, jika kamu membaca ini. Terkadang aku merasa sangat merindukan pertemuan pertama kita waktu itu, waktu subuh di Masjid. Entah hanya perasaanku saja atau bagaimana, aku sering merasa aneh dengan kamu yang sekarang. Aku seperti bertemu dengan orang yang baru.

Aku ini jadi sok tahu tentang hidup kamu yah, Mas. Mudah menilai perkenalan kita.

Tapi inilah keganjalan itu, sangat mengganggu pikiranku. Kadang kalau mengingat waktu itu, aku merasa sangat konyol dan ingin tertawa sendiri.

---

"Biar saya saja." Arham meraih beberapa kantung kresek berisi segala macam buah dan sayuran dari genggaman Radit, Arham paham kalau Radit sedang kesusahan membawanya.

Arham dan Radit tepat berada di tengah-tengah pasar raya Sidamanik, dikelilingi puluhan orang dengan menyengatnya terik matahari. Ini baru pukul 9 pagi, tapi seperti sudah pukul 12 siang. Orang-orang berlalu lalang dengan beberapa yang tergesa-gesa, juga tidak sedikit yang bersantai ria.

Assalamualaikum Subuh [Tahap Revisi, Lebih Baik Jangan Dibaca Dulu Hehehe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang