3; a hammer

3.4K 833 262
                                    

(+) sanha, hyunjin, shuhua

guanlin menarik tangan bomin menjauh lapangan dan menuju lorong perpustakaan yang sangat gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

guanlin menarik tangan bomin menjauh lapangan dan menuju lorong perpustakaan yang sangat gelap. bomin membelalakan matanya terkejut saat guanlin melakukan itu,

tunggu, itu artinya guanlin percaya sama dia 'kan?

"guanlin!" panggil bomin, membuat guanlin berhenti di koridor kelas ips. guanlin mneoleh dengan nafasnya yang memburu.

"lo percaya sama gue?" tanya bomin nyaris berbisik.

namun, rupanya guanlin mendengar. dengan tipis, cowok itu tersenyum lalu mengangguk. "gue percaya." katanya.

setelah itu mereka pun berlari lagi menuju lorong perpustakaan yang memang agak jauh dari lapangan.

sesampainya disana, mereka berdua bersandar pada tembok dan bersembunyi dalam kegelapan. bomin menatap tangannya yang digenggam erat oleh guanlin, dan dia bisa merasakan tangan guanlin gemetar.

"guanlin, maaf." katanya membuat guanlin menoleh padanya.

"maaf?"

"gue yang gak sengaja nekan tombol itu." desisnya menunduk.

terjadi jeda sebelum akhirnya guanlin terkekeh. "gak sengaja 'kan? udahlah, jangan dipikirin."

"gimana gak kepikiran? itu artinya gue ngebunuh mereka semua!" balas bomin dengan suara yang cukup keras.

bertepatan dengan itu, suara orang berjalan pun terdengar. membuat guanlin dan bomin sontak diam.

suara sepatu yang mengeset pun menggema di sekitarnya.

ini 'kan lorong perpustakaan? yang tentunya jauh dari kelas-kelas ataupun tempat terekspos lainnya.

suara sepatu itu semakin mendekat, sampai akhirnya suara itu berhenti tepat di ujung lorong itu. dan bodohnya, guanlin dan bomin bersembunyi di tengah-tengah lorong.

dengan memberanikan diri, bomin pun melihat kesana. tidak ada yang bisa dilihat, hanya saja, sebuah bayangan yang bomin pun tidak yakin terlihat disana.

sebuah palu.

bomin tersentak, untungnya dia tidak menimbulkan suara.

cukup lama orang yang diyakini bomin itu seorang betrayer ada disana. sampai akhirnya, suara sepatu mengeset itu menjauh.

menghasilkan helaan napas lega dari masing-masing keduanya.

menghasilkan helaan napas lega dari masing-masing keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
red button ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang