7; he/she

2.6K 755 153
                                    

jaemin dan jeno segera berlari menuju ruang drama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jaemin dan jeno segera berlari menuju ruang drama. ada yang perlu dipastikan disana.

apa lagi kalau bukan tombol merah itu?

berkali-kali jaemin merutuk dirinya sendiri karena tidak berpikir sedekat ini. tombol merah.

ada yang janggal dari tombol itu.

"menurut lo apa yang aneh?" tanya jaemin pada jeno. sedangkan matanya masih menelusuri tiap tombol itu.

jeno mengernyit, entahlah, cowok itu pun tidak tau. "gak tau jaem." jawabnya, tidak membantu sama sekali.

jaemin mendecak lalu membenarkan posisi jongkoknya. "kalau diliat-liat nih tombol masih baru,"

"maksud lo?"

jaemin menoleh pada jeno yang kebingungan. "lo 'kan logician, masa gak tau?" jaemin pun mengarahkan telunjuknya ke tombol itu lalu menunjukkan telunjuknya pada jeno.

"gak ada debu." jelas jaemin, sekarang telunjuknya berpindah pada sisi lemari. "sedangkan lemari ini, berdebu sekali."

"itu artinya?"

"itu artinya tombol ini masih baru. tombol ini dibuat."

"emang iya 'kan? ada pelaku utama dibalik semuanya." desis jeno.

jaemin mengangguk membenarkan. tombol itu terlihat masih baru, tidak berdebu. saat sekelilingnya berdebu, tapi tombol itu masih terlihat bersih.

jaemin menyandarkan tubuhnya ke tembok di belakangnya. "palu dengan huruf 's', bacaan di bawah meja kantin."

"jen, 'mahal, uang, berharga', menurut lo apa?" tanya jaemin pada jeno yang juga bersandar di sampingnya.

jeno tampak ragu. "hmm, harta karun?" membuat jaemin lantas menoyor kepalanya.

"jangan bercanda bego. gue serius."

"ya mana gue tau! harta karun itu kan sumbernya uang, berharga, mahal juga!"

jaemin menggaruk pelipisnya, dalam hati ada benarnya juga perkataan jeno. "hubungan harta karun sama pelakunya apaan?"

jeno mendesah. "mana gue tau."

jaemin benar-benar tidak habis pikir dengan cowok di sampingnya ini. bukannya membantu, jaemin malah stress sendiri.

benar-benar bukan jeno yang seperti biasanya.

mendengar perkataan hyunjin di bawah meja beberapa jam yang lalu, jinyoung segera naik ke lantai dua bersama eunbin juga hyunjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

mendengar perkataan hyunjin di bawah meja beberapa jam yang lalu, jinyoung segera naik ke lantai dua bersama eunbin juga hyunjin.

menemukan nancy tergeletak penuh darah di dalam kelas.

eunbin dan hyunjin dengan segera menghampiri mayat nancy. bahkan, eunbin sudah bergetar menahan tangisnya melihat nancy dibunuh dengan cara seperti ini.

lain dengan hyunjin, cowok itu menarik rambutnya frustrasi. tidak pernah terpikir olehnya kalau ini bisa terjadi.

berbeda dengan kedua temannya, jinyoung segera mengambil beberapa kertas yang ada di lemari kelas itu dan menutupi wajah nancy.

"gak ada waktu buat nangisin apa yang udah terjadi, kita harus gerak cepat." ujar jinyoung, menyadarkan eunbin juga hyunjin.

"bin, dimana memo yang nancy dapat?"

eunbin menarik napasnya, dan merogoh kantung seragam yang nancy kenakan. dan mengeluarkan sebuah memo disana, memberinya pada jinyoung.

jinyoung mengernyit membaca bacaan di memo itu.

🔝 garden
➡ toilet
⬅ drama room

with a hallway 🔫

"young, lo solver atau logician?" tanya hyunjin.

jinyoung mendongak dan menghembuskan napas kasarnya.

"gue bukan karakter jahat young, gapapa lo jujur aja." lanjut hyunjin.

eunbin dapat menangkap jelas bahwa jinyoung ragu dengan apa yang akan dikatakannya.

bahwa, cowok itu menyimpan sesuatu.

pada akhirnya, cowok berkepala kecil itu menggeleng. "sayangnya, bukan."

shuhua kembali bersembunyi di bawah meja tempatnya bersembunyi sejak sesi pertama permainan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


shuhua kembali bersembunyi di bawah meja tempatnya bersembunyi sejak sesi pertama permainan. entahlah, dia tidak mempercayai siapapun, namun cewek itu mempercayai tempat persembunyiannya.

"mahal, uang, berharga. apaan coba?!" keluh cewek itu. sedaritadi ia mencoba mengingat apa saja yang diketahuinya untuk memecahkan clue itu.

"kalo gue solver mungkin gue udah bisa ngeluarin mereka semua dari permainan kayak gini." desis shuhua, ia mendudukkan bokongnya ke lantai.

"mahal-uang."

"uang, ya pasti berharga."

"berharga?"

shuhua mengacak rambutnya frustrasi. "iq jongkok gininih." keluhnya lagi.

namun bukan shuhua namanya kalau cepat menyerah. "mahal. yang mahal itu mobil, rumah, computer, tiket konser bias, terus, terus apa ya?" cewek itu menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"uang, semua harus dibeli pake uang!"

"berharga—nah ini yang paling gak gue ngerti." decak cewek itu, mengarahkan pandangannya pada gedung-gedung sekolahnya ini yang memang cukup luas.

lantas, ingatan tentang betapa normalnya hidupnya sebelum sebuah suara di gedung itu menjerumuskannya ke permainan gila ini berkelebat.

berteman dengan teman-teman yang cukup berpengaruh di sekolahnya. memiliki banyak pengagum. ya itu normalnya hidup shuhua—kecuali satu.

alunan lagu itu.

shuhua kenal betul.

dan entah kenapa, pikirannya mulai tidak masuk akal. mungkinkah pelakunya dia?

entah kenapa pengen cepat kasih tau endingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

entah kenapa pengen cepat kasih tau endingnya.......  ;3

red button ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang