BAB [1]

19.3K 763 23
                                    

"Ya Tuhan," Lilian sudah sampai di tepi tepi sangai, dan ia sedang menatap sesorang yang mengambang. Dan tubuh—yang sepertinya milik seorang laki-laki itu—bergerak maju. Ia melihat arus mengalir cukup deras di bagian hulu, tapi di tengah danau yang ada di hadapannya... air danau tersebut tampak sangat tenang. Bahkan cukup tenang hingga membuatnya ngeri saat melihat mayat mengapung itu terus bergerak maju ke tepian.

"Menjauhlah dari sana, Lilian!" Marcus sudah datang mendekat dan mendorong adiknya itu berdiri di belakangnya. "Oh. Sial!" Maki Marcus saat melihat sesuatu muncul dari bagian bawah laki-laki yang dikira mayat tersebut.

"Oh Tuhan." Lilian berseru kaget, dan seruannya diikuti beberapa prajurit yang tadi ikut turun saat melihat Marcus berlari.

Di sana, di hadapan mereka. Seekor kura-kura berukuran raksasa menampakan diri, dan di atas tempurungnya terdapat laki-laki berambut pirang. Mereka tidak bisa melihat wajah orang tersebut, karena posisinya telungkup dan tidak sadarkan diri. Semua orang terkesima, mereka semua tidak ada yang mampu bergerak, sampai akhirnya Marcuslah yang pertama kali sadar akan situasi tersebut.

"Lilie," suara Marcus terdengar bergetar saat memanggil nama adiknya tersebut. "Cepat kembali ke dalam kereta!"

"Tapi...."

"Jangan membantahku, Lilie!" Marcus berkata tegas.

"Aku hanya ingin tahu, apa yang sebenarnya—" ucapan Lilian diintrupsi oleh teriakan para petarung Maclawry yang menyerbu ke arah mereka.

"Sial!" Marcus mendorong Lilian dan melindungi tubuh mungil adiknya itu dengan dirinya. "Lindungi, My Lady," perintahnya. Dan dalam sekejap Lilian sudah berada di tengah perisai tubuh yang dibentuk oleh Kakaknya dan beberapa petarung Campbell.

"Bagaimana dengan Ibu?!" Tanya Lilian panik.

"Aku tidak tahu," jawab Marcus kasar. "Seharusnya kita tidak berhenti dan meninggalkan kereta!" Kata-kata tersebut ditujukan untuk Lilian. Membuat gadis mungil bermata abu-abu kehijauan itu meringis ketakutan.

Lilian bukan takut kepada Kakaknya. Ia hanya takut jika ini adalah kesempatan terakhirnya untuk melihat Marcus dan Ibu mereka. Jika pertumpahan darah itu terjadi,  lalu klan Maclawry membiarkannya selamat, Lilian sudah mengambil keputusan, ia akan memilih membunuh dirinya sendiri, daripada harus menikah dengan Alan Maclwary yang mengerikan.

Saat Marcus berpikir para prajurit Maclwary berniat menyerang mereka. Semua kegaduhan dan ketegangan tersebut seketika mereda. Para prajurit yang bergerombol berlari menuju sungai, dan bukannya menyerbu kelompok kecil mereka. Dari arah berlawanan, kura-kura raksasa tadi tengah bergerak maju dengan masih membawa seorang pria tidak sadarkan diri di tempurungnya. Semua itu terasa tidak nyata, bahkan Lilian dan Marcus saling memandang dengan tatapan penuh tanya. Seolah mereka butuh untuk saling meyakinkan; jika pemandangan yang ada di hadapan mereka memang nyata. Dan bukannya hasil imajinasi semata.

Lalu beberapa saat kemudian dua orang petarung masuk ke dalam air, mendekati kura-kura raksasa yang tengah berusaha melaju menuju tepian. Begitu mereka sudah cukup dekat, salah satu dari mereka berteriak—dan tidak jelas—ditujukan untuk siapa.

"Tolong berikan dia kepada kami, Simon," kata petarung yang memiliki perawakan tinggi besar. Sosoknya membuat Lilian begidik, demi tuhan ia bisa remuk jika laki-laki itu berusaha untuk memeluknya.

"Nah, anak pintar," kata petarung yang lebih pendek.

Lalu pria yang lebih besar mendorong lelaki asing berambut pirang yang masih telungkup di atas kura-kura raksasa tersebut. "Tarik dia, Peter!" Perintahnya.

"Aku hampir menangkapnya, sebaiknya kau berjalan kesini, Sepupu!" Kata petarung yang sepertinya bernama Peter tersebut.

"Tahan dia sebentar," jawab si petarung raksasa, dan detik berikutnya kedua orang tersebut berhasil menurunkan pria asing berambut pirang dari tempurung si kura-kura.

My Stranger's Bride [Stranger's Series #2] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang