BAB [5]

12.2K 590 20
                                    

"Tunggu!" Lilian berhasil menjauh ke sudut ruangan saat Alan menurunkannya ke atas kasur. "Kau tidak boleh mendekat!" Perintahnya saat melihat Alan berusaha untuk meraih tubuhnya.

"Kenapa?" Senyum geli terlihat di wajah Alan yang memesona. Jika wanita lain pasti akan langsung menyerahkan diri kepada laki-laki itu, tapi Lilian bukanlah wanita seperti itu. Ia masih memiliki harga diri, dan dirinya tidak ingin diperbudak oleh gairah yang bisa menyesatkan.

"Karena kita belum saling mengenal," Lilian berkata pelan. Dan sebisa mungkin ia menatap Alan dengan tatapan memohon. "Dan aku belum siap untuk tidur denganmu," lanjutnya.

"Benarkah?" Alan menatap setiap senti tubuh Lilian dengan intens.

"Ke-napa... kenapa kau menatapku seperti itu?" Mau tidak mau Lilian merasa terancam. Bahkan ia tidak bisa mengendalikan suaranya yang tiba-tiba saja menjadi gagap.

"Jika kau belum siap," Alan mendekat dengan suara menggoda, "setidaknya kau harus kesini agar tubuh kita bisa saling mengenal."

Lilian membuka mulut. Lalu menutupnya kembali saat melihat suaminya mendekat dengan sorot mata mantap, seperti predator yang sudah menentukan target buruannya. Hal tersebut tanpa sadar sudah membuat Lilian semakin merapatkan tubuhnya ke dinding. Bahkan ia berharap bisa memiliki kekuatan magis, misalnya bisa menghilang, atau bisa menembus dinding juga tidak apa-apa. Dalam situasi mendesak seperti ini; kekuatan apapun akan ia terima selama dirinya bisa menghilang dari hadapan Alan.

"Kemarilah," bujuk Alan. "Setidaknya tolong biarkan aku memberi kenyamanan padamu," suaranya terdengar manis dan meyakinkan. Membuat Lilian nyaris menyerah andai ia tidak memiliki sifat keras kepala yang sulit untuk ditaklukan.

"Tidak," Lilian tetap memasang pertahanan diri. "Aku tidak bisa melakukannya sekarang. Tolong beri aku waktu," pintanya sambil berusaha bersikap setegas mungkin.

"Peri kecilku yang malang," komentar Alan saat melihat Lilian mencengkram kedua tangannya di depan dada. "Kemarilah dan aku janji tidak akan menyakitimu. Kau pasti lelah, sebaiknya kau berbaring dan biarkan aku mengurusmu."

Lilian mengernyit saat mendengar Alan memanggilnya dengan sebutan peri kecil. "Aku tidak suka kau memanggilku seperti itu," protesnya. Meskipun sisi dirinya yang lain merasa panggilan tersebut sangat manis.

"Lalu apa yang harus aku gunakan sebagai panggilan sayangku padamu? Haruskah aku memanggilmu mungil? Gadis kecil? Atau mungkin kau lebih menyukai panggilan seperti bantet? Pendek? Atau kerdil?" Perkataan yang diucapkan dengan wajah datar tersebut sudah sukses membuat darah Lilian mendidih.

Maclawry sialan!

"Aku tidak sependek yang kau bayangkan! Bagaimana kau bisa mengkategorikan tinggi badanku sebagai bantet atau kerdil?" Lilian menatap Alan dengan marah. "Asal kau tahu saja ya, Laird. Aku tidak pendek ataupun kerdil, aku hanya kurang tinggi dan masalahnya di sini adalah tubuhmu yang terlalu tinggi!"

"Aku tidak terlalu tinggi, manis. Apa kau tidak lihat jika sepupuku memiliki tinggi badan yang luar biasa?" Alan menyinggung tinggi badan Arnold yang cukup menjulang.

"Tapi aku kan sedang tidak membicarakan sepupumu," komentar Lilian galak.

"Tapi kita sedang membahas tinggi badan, cintaku. Dan aku rasa kau tidak bisa menuduhku memiliki tubuh yang terlalu tinggi, dan melupakan fakta bahwa sepupuku Arnold 13 centimeter lebih tinggi dariku."

Dan terkutuklah mulut manis Alan yang terus memanggilnya dengan berbagai sebutan sayang.

"Tapi saat ini hanya ada kita berdua. Jadi aku rasa tidak adil jika kau membawa sepupumu dalam percakapan ini." Lilian membuktikan jika dirinya bukanlah wanita yang mau mengalah.

My Stranger's Bride [Stranger's Series #2] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang