Side Story [BAB 3B]

2.8K 146 1
                                    

Terima kasih untuk vote, komen serta masukan cerita ini ke reading list dan sudah follow akun aku. Happy reading dan semoga suka ya. Oh iya ebook My Stranger's Bride masih promo ya di playstore sampai akhir bulan ini harganya masih 42.500 dan bisa dibeli pakai pulsa biasa juga. Jadi buat yang belum baca buku pertamanya bisa cus baca dulu, oh iya buat yang mau beli buku cetaknya juga bisa kok 😊

🦋🦋🦋

"Itulah yang aku rasakan," Alan menyelesaikan cerita sambil diiringi hembusan napas lelah. Ia melirik wajah ibunya yang terlihat sangat tenang, bahkan ketenangan wanita paruh baya itu nyaris membuatnya ngeri. Sementara di sisi lain, saat ia melirik ke arah Peter untuk melihat reaksi adiknya tersebut, Peter sepertinya tidak memiliki banyak ketenangan seperti yang dimiliki ibu mereka.

Adiknya itu terlihat seperti orang yang tengah menuduh Alan sudah tidak waras. Alan sebetulnya tidak peduli dengan penilaian orang lain, lagipula ibunya yang meminta dirinya agar bercerita. Tapi tetap saja jauh di dasar hatinya, ia merasa sangat jengkel karena Peter terus menatapnya dengan tatapan menuduh. Adiknya itu bersikap seperti orang asing yang baru pertama kali bertatap mata; dengan seorang pasien sakit jiwa dan memiliki tiga kepala di tubuhnya.

Peter sialan.

"Peter tutup mulutmu, Nak!" Lady Morag memberi perintah tanpa menoleh ke arah anak bungsunya. Sejak tadi ia sibuk menyimak dan menatap anak sulungnya—Alan—tapi insting wanita itu sangat tajam, sehingga ia bisa mengetahui jika Peter tengah menatap Alan sambil menganga.

"Apa kau percaya itu, Bu?" Peter menanyakan hal tersebut dengan nada menuduh. Membuat Alan jengkel dan nyaris meninggalkan ruangan.

"Aku percaya kakakmu, Peter." Jawaban Lady Morag membuat Alan bertahan di sana.

"Tapi kenapa bu?" Alan kembali duduk tegak dan menatap ibunya dengan sorot mata bertanya.

"Karena Ayahmu juga datang dari masa lalu," jawab Lady Morag. Membuat Peter terbahak dan Alan menatap ibunya dengan sorot mata yang seolah mengatakan; aku-sedang-tidak-ingin-bercanda-Bu. "Dan itu termasuk Ayahmu juga," ia menoleh untuk menatap Peter yang sedang tertawa. Tatapan Lady Morag yang terlihat serius membuat tawa di wajah Peter menghilang dengan sendirinya. "Ayah kalian bukanlah seseorang seperti laki-laki pada umumnya, dan aku rasa kejadian ini terulang padamu."

Lady Morag kembali membawa wajahnya berpaling untuk menatap Alan. "Sepertinya sudah saatnya aku menceritakan semuanya kepada kalian."

"Apa kau sedang bercanda, Bu?" Peter masih berusaha mencari tanda-tanda kebohongan di wajah Ibunya. Tapi wanita yang sudah melahirkannya itu malah terlihat semakin bertekad.

"Peter," Lady Morag menatap Peter dengan seksama. "Kau bisa meninggalkan ruangan jika tidak ingin mendengarnya. Karena sekalipun kau tidak bisa percaya, tapi ini adalah hal yang sangat penting bagi kakakmu."

"Aku akan tetap tinggal."

Peter memilih untuk tetap berada di sana dan mendengarkan apapun yang akan ibunya katakan. Meskipun itu adalah omong kosong, setidaknya ia tidak ingin menyesal karena melewatkan sesuatu. Dan ibunya itu terlihat sangat yakin dan mempercayai semua cerita konyol yang keluar dari mulut Alan.

"Aku harap kalian bisa menerimanya dengan baik, karena yang akan aku katakan adalah kebenaran yang sebenar-benarnya." Lady Morag memperingatkan kedua anaknya. Setelah melihat Alan dan Peter mengangguk setuju, ia mulai menceritakan kisah cintanya bersama Ayah—kedua anak laki-laki yang ada di hadapannya tersebut.

🦋🦋🦋

Alan menatap kosong wajah wanita yang sudah melahirkannya ke dunia itu. Ibunya bercerita dengan lancar bahwa ayah mereka—dirinya dan Peter—adalah pria yang datang dari masa lalu, wanita itu menolak memberitahukan rincian pastinya bagaimana semua itu bisa terjadi. Wajah ibunya yang sudah paruh baya merona saat Peter berusaha mendesak agar diceritakan bagaimana kisahnya sampai mereka bisa menikah.

Alan menyadari ada sesuatu yang membuat wanita itu malu dan tidak bisa diceritakan kepada anak-anaknya. Ia berusaha menengahi dengan bijak, dan mempersilakan ibunya untuk kembali melanjutkan. 

"Akhirnya kami menikah, Ayah kalian belum jujur sampai akhirnya kejadian naas itu terjadi," wajah Lady Morag menerawang dengan suram. Seolah mengingat hal tersebut sudah cukup untuk menghancurkan hatinya. "Dia menghilang dalam sebuah kecelakaan mobil, mobil tersebut tergelincir dari tebing dan berakhir masuk ke dalam laut yang ada di bawahnya. Semua orang sempat menolak melakukan evakuasi, tapi aku tetap menunggu dan setelah satu bulan berlalu sejak kejadian," ia menarik napas sejenak untuk menguatkan diri.

"Saat itu air laut mulai surut dan ombak tidak lagi besar seperti biasanya. Aku membayar orang-orang terlatih dan profesional untuk melakukan evakuasi mobil dan jasad ayah kalian," tiba-tiba saja Lady Morag menoleh ke arah Alan dan Peter sambil menampilkan senyum lemah. "Tapi Begitu mobil diangkat, Ayah kalian tidak ada di dalamnya. Padahal semua pintu mobilnya terkunci dan tidak bisa dibuka karena rusak saat terjadi benturan. Sampai mobil itu selesai dilucuti satu persatu, kami tidak menemukan sedikitpun tanda-tanda keberadaan Ayah kalian."

"Lalu siapa yang selama ini hidup dengan kita?" Peter menatap ibunya dengan sorot mata bertanya. "Bukanlah kau bilang kalau Ayahku adalah orang yang sama dengan Ayahnya Alan?"

"Itu memang benar," Lady Morag menjawab tenang.

"Tapi bagaimana bisa?" Peter mulai memasukan nada tidak percaya dalam perkataannya. "Bagaimana kau bisa mengandungku dan siapa laki-laki yang selama ini menemani aku dan Alan tumbuh?"

"Peter sebaiknya kau diam." Alan menegur saat melihat tatapan sedih di wajah ibunya.

"Kenapa? Apa kau takut mendengar sesuatu yang tidak—"

To Be Continued....

My Stranger's Bride [Stranger's Series #2] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang