BAB [6]

12.1K 579 27
                                    

Alan berdiri di depan pintu untuk mengantar kepulangan Arnold, sementara Livya sedang berbincang dengan Lilian. Kedua wanita itu tampak seperti teman lama yang akan berpisah, dan pemandangan tersebut diam-diam membuat Alan tersenyum. Tapi suasana haru tersebut seketika diganti oleh ketegangan, saat seorang petarung berlari mendekat dan mengabarkan ada iring-iringan klan lain yang mendekat.

"Siapa mereka?" Tanya Alan—setelah mengikuti Arnold ke tempat yang lebih tinggi—sambil menatap iring-iringan di bukti yang mengarah ke kastel Maclawry.

"Mereka klan Macdonald," Arnold yang berdiri di sampingnya berkata muram. Sementara petarung tadi sudah disuruh pergi, dan diminta mengabarkan pada para petarung lain agar pergi ke bukti untuk mengamankan kastel.

"Dan kenapa mereka datang kesini? Apa mereka ingin mengucapkan selamat atau meminta maaf karena telat menghadiri pesta?"

Arnold menatap Alan dengan murung. "Sayangnya," jawab Arnold dengan muram. "Tidak dari keduanya. Aku rasa mereka datang untuk membahas pernikahanmu dengan Lilian."

"Apa?" Alan bertanya bingung.

"Klan Macdonald pasti berusaha untuk mencari kesalahan dalam pernikahan ini. Mereka sempat mengajukan kandidat untuk meminang Lilian, tapi Ayah Lilian malah memilih kau dari klan Maclawry untuk dijadikan menantunya."

"Dan mereka tidak senang?" Sayangnya tebakan Alan benar. Karena Arnold menjawabnya dengan sebuah anggukan prihatin sambil menjawab.

"Aku rasa begitu, mengingat mereka datang dengan satu pasukan lengkap." Arnold melirik Alan sekilas, tapi ia tidak menemukan tanda-tanda khawatir di wajah sepupunya itu. Dan hal tersebut malah semakin membuatnya khawatir. "Aku akan tetap tinggal," putus Arnold.

"Kenapa?" Tanya Alan bingung. Tapi Arnold sudah berbalik untuk menghampiri Livia dan Lilian.

"Sayang," Arnold meraih pinggang istrinya. "Bisakah Kau dan istri baru Laird Maclawry pergi ke kamar yang ada di menara?" Katanya dengan penuh sayang.

Sekilas Alan melihat kilat iri di mata Lilian. Tapi istrinya itu sangat bisa diandalkan, setidaknya Lilian masih bersikap biasa. Meskipun sebuah senyum miris tercetak di bibirnya saat ia memalingkan wajah. Dan mereka sempat bertatapan sekilas, hanya pandangan samar. Tapi itu sudah cukup untuk membuat hati keduanya bergetar. Mereka menyadari jika pernikahan Arnold dan Livya didasari oleh cinta. Dan itu adalah kebalikan dari pernikahan mereka.

"Apa terjadi sesuatu?" Livya menatap Arnold dengan penuh cinta. Dan pemandangan tersebut membuat Alan diam-diam meringis dalam hati.

Cinta bukan untuk dirinya dan Lilian.

"Mungkin kita tidak bisa pulang hari ini, aku harus membantu Laird Maclawry. Apa Kau tidak keberatan, manis?"

Sebuah senyum cerah terbit di wajah cantik Livya. "Tentu saja tidak. Kau tidak perlu menanyakan persetujuanku, selama aku bisa tetap bersamamu. Dimanapun itu, tentunya akan tetap tinggal."

"Terima kasih, cintaku," Arnold mencium bibir Livya sekilas. Dan Alan diserbu sengatan iri yang memusingkan. Ia menatap kepergian istrinya bersama Livya dengan tatapan cemas.

"Apa kau bertengkar dengan Lilian?" Tanya Arnold penuh selidik. Mengingat Alan dan istri yang baru dinikahinya nyaris tidak saling memandang.

"Tidak," jawab Alan sambil menggeleng. "Kami hanya belum terbiasa dengan kehadiran satu sama lain," katanya. "Dan ngomong-ngomong apa yang harus aku lakukan dengan para tamu tidak diundang itu?" Pengalihan pembicaraan tersebut berhasil menyelamatkannya dari tatapan penuh selidik Arnold.

"Tunggu di sini sebentar," raut wajah Arnold terlihat muram. Lalu ia berbalik dan memanggil petarung kepercayaan miliknya. Memberi perintah untuk pergi kembali ke Klan dan meminta bantuan, berikutnya ia menyuruh laki-laki itu mengirim dua petarung Maclawry untuk menghubungi Peter agar berjaga-jaga supaya menyiapkan petarung jika mereka butuh bantuan.

My Stranger's Bride [Stranger's Series #2] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang