Lilian duduk di atas ranjang sambil meremas-remas jari tangannya. Suara dari aula membuatnya sedikit pening, ia sudah resmi menikah dengan Alan Maclawry. Laki-laki itu bersikap kaku dan tampak mengintimidasi, dan Lilian tidak tahu bagaimana tampilan Alan pada kesehariannya. Karena yang jelas sepupu Alan terus berada di sisi laki-laki itu, seolah Alan adalah anak berusia tiga tahun yang perlu dijaga.
Semua orang di kastel tersebut bersikap baik saat berinteraksi dengannya, kecuali beberapa pelayan yang melemparkan tatapan sinis secara terbuka. Dapat Lilian pastikan; mereka tentunya tidak senang atas pernikahan tersebut. Atau bisa saja Laird mereka yang tampan dan memesona itu sering mengajak mereka untuk bergabung di ranjangnya. Setelah memikirkan hal tersebut, Lilian merasa semakin pusing. Ia sengaja pamit undur diri dari pesta, dan beruntung salah seorang sepupu Alan yang bernama Arnold mempunyai istri yang baik.
Wanita cantik itu bernama Livya, dia adalah sosok yang ramah. Namun tinggi badan wanita itu cukup untuk membuat Lilian mendongak setiap kali mereka bicara. Livya adalah sosok tinggi ramping dengan lekukan pas di beberapa bagian, bahkan tempat yang seharusnya terlihat penuh terisi dengan baik. Wanita itu cocok bersanding dengan Arnold yang memiliki tinggi 193 centimeter, Alan bahkan 13 centi lebih pendek dari laki-laki. Jika Lilian tidak salah menebak, Livya sepertinya memiliki tinggi 170 centi, dan hal tersebut semakin memperlihatkan jika dirinya adalah seorang gadis yang tidak tinggi.
Tinggi badan Lilian hanya 155 centimeter, bahkan menatap Alan saja ia sudah cukup merasa kesulitan. Dan Lilian bertekad; sebisa mungkin ia akan menghindari Arnold agar tidak perlu bicara dengan laki-laki itu. Lilian sudah cukup merasa tidak percaya diri, padahal Marcus juga memiliki tinggi badan seperti Alan, tapi Tuhan menganugrahkan dirinya untuk mengikuti jejak sang Ibu, mengingat Ivory Campbell sama mungil seperti dirinya.
"Lilian?" Seseorang mengetuk pintu dan membukanya perlahan. "Apa aku boleh masuk?" Tanya Ivory Campbell.
"Ya, Ibu. Masuklah," jawab Lilian sambil tersenyum kecut. Sepertinya ia sudah tahu maksud kedatangan Ibunya tersebut. "Bicaralah, Bu," bujuk Lilian saat melihat Ivory hanya meremas buku jari sampai berubah pucat. Tapi wanita itu sepertinya tidak mampu berkata-kata. "Apa kau datang untuk membicarakan perihal malam pengantinku?" Dirinyalah yang pertama kali mengangkat topik tersebut.
Kelegaan langsung membanjiri wajah Ivory yang terlihat sedikit lelah. Kantung mata tampak jelas menghiasi wajah wanita yang dicintai Ayahnya itu. "Terima kasih, Tuhan." Ivory langsung menjatuhkan tubuh di samping putrinya. Ia duduk dengan tubuh kaku, dan secara perlahan menyentuh lengan Lilian yang saling bertaut. "Maafkan aku karena tidak bisa bicara cukup lantang," kata Ivory sebagai permulaan. "Sekarang aku mengerti bagaimana perasaan Nenekmu dulu saat aku menikah. Demi Tuhan ini adalah salah satu hal tersulit yang harus aku katakan padamu—"
"Sebaiknya kau langsung ke intinya saja, Bu," Lilian tidak ingin mendengar cerita panjang lebar mengenai ibu dan neneknya. "Aku senang akhirnya kau datang, mengingat aku menunggu momen ini sejak beberapa hari terakhir."
"Benarkah?" Ivory sangat terkejut. "Oh sayangku," ia meremas jari putrinya dengan sayang. "Aku harap kau mengerti, ini sungguh berat bagiku. Aku tidak tahu harus memulainya darimana, mengingat yang akan kita bicarakan adalah hal yang sangat pribadi dan intim."
"Bagaimana jika kau mulai memberitahu tentang bagaimana tata cara dan prosesnya?" Usul Lilian. Dan ajuan tersebut membuat wajah ibunya merah padam karena malu.
"Oh itu," Ivory berusaha mencari kata yang tepat. Dan ia bergerak-gerak gelisah sambil terus tergagap.
"Fokuslah, Bu. Apa kau ingin memiliki anak perempuan yang mengacau di malam pertamanya?" Lilian bertanya sambil merengut. Dan ia menyumpahi semua peraturan konyol; yang tidak membiarkan para gadis muda untuk mengetahui banyak hal mengenai pernikahan. Para gadis dijaga hingga sedemikian rupa, dan para bujangan dibiarkan menyebarkan mencari pengalaman dimana-mana. Lilian pernah melihat beberapa Laird dan para kesatria memiliki anak haram. Setidaknya itu sudah membuktikan bahwa pihak laki-laki dituntut untuk berpengalaman, sementara pihak perempuan dibiarkan tidak tahu apa-apa, tapi mereka dituntut untuk bisa memuaskan para lelaki yang penuh nafsu itu. "Aku rasa kita harus membuat perubahan, mungkin sebaiknya kita mulai memberi tahu para gadis mengenai proses malam pertama, supaya mereka—"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stranger's Bride [Stranger's Series #2]
Historical FictionSinopsis : Alan Maclawry sedang dalam sebuah misi saat dirinya terlibat dalam sebuah kecelakaan pesawat di Pulau Coll. Calgary Bay di Skotlandia. Kecelakaan tragis yang membuat tubuhnya terlempar ke masa lalu, dan di hadir di sana sebagai mempelai p...