BAB [9]

9.6K 536 19
                                    

Setelah lomba berenang itu dilaksanakan, Alan harus menelan kekesalan karena ternyata dirinya harus mengakui kekalahan. Sebetulnya ia bisa saja menjadi pemenang, tapi siapa sangka kalau Simon—si kura-kura—terus saja menghalangi dan mengganggunya. Ia berhasil meyakinkan Marcus dan berjanji akan menjaga Lilian dengan sepenuh hati. Meskipun dengan enggan, setidaknya Marcus masih bersikap sopan dengan pergi meninggalkan klan Maclawry tanpa harus membuat keributan. Tidak ada yang lebih membuat kakak iparnya itu tenang; selain janji Alan.

Alan mengantar kepulang Marcus dengan tenang. Kakak iparnya itu bahkan sempat membujuk Lilian agar tidak menangis. Memberi nasehat agar Lilian bisa menjadi istri yang baik. Dan setelah kepulangan Marcus ke rumahnya, selama beberapa hari terakhir Alan berusaha melakukan pendekatan pada istrinya itu. Ia memulai dari hal yang paling dasar, setiap malam Alan berusaha untuk memeluk Lilian. Meskipun pada malam pertama ia melakukannya, mereka berdua tidak bisa tidur. Tubuh Lilian berubah kaku, sementara kondisi Alan jauh memprihatinkan. Kejantanannya menegang sepanjang malam, dan itu sungguh melelahkan.

Istri polosnya itu mengira mereka sudah benar-benar melakukan penyatuan pernikahan. Definisi Lilian mengenai malam pertama adalah tidur bersama—secara harfiah—dengan tubuh saling bersentuhan, terlebih Alan terus memeluknya sepanjang malam dengan bantalan atau sesuatu untuk menghalangi kejantanannya yang ikut terjag. Dan Alan tidak ingin mengambil resko Lilian menjauhinya karena ketakutan. Lalu malam-malam berikutnya tubuh mereka mulai terbiasa, dan setelah seminggu berlalu. Alan merasa sudah saatnya untuk menunjukan pada Lilian penyempurnaan yang sesungguhnya.

"Apa kau melihat istriku?" Alan bertanya pada pelayan wanita yang ditemuinya. Ini adalah hari ke tujuh mereka menikah, dan saat dirinya terbangun. Ia tidak mendapati Lilian di tempat tidurnya.

Pelayan tersebut terlihat sedikit takut-takut. Seolah sedang menyembunyikan sesuatu yang terlarang. Dan hal tersebut membuat perasaan Alan menjadi tidak menentu.

"Aku tidak akan marah jika Kau memberitahu dimana Istriku," bujuk Alan lembut. "Dan sebaliknya aku akan menghukum semua orang yang terlibat jika Kau tidak memberitahu dimana Lilian sekarang." Ancaman tersebut sukses membuat pelayan wanita di hadapannya buka mulut.

"Istri Anda sedang mandi, Laird." Jawab pelayan tersebut dengan suara gemetar. "Kami diberi perintah untuk tidak memberitahu siapapun oleh Milady."

"Ah, begitu," Alan berpura-pura mengerti. Meskipun jujur saja ia bingung kenapa perihal Lilian mandi harus dirahasiakan dari semua orang. "Dan dimanakah aku bisa menemukan istriku yang sedang mandi itu?"

"Anda bisa menemukan Milady di sungai, Laird."

Jawaban pelayan tersebut membuat Alan menampilkan senyum kaku. Ia menahan diri untuk tidak menakut-nakuti pelayan malang tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih, Alan langsung melesat keluar dari pintu belakang kastel. Setengah berlari saat berjalan menuju jalan yang sedikit menurun dan mengarah ke sungai yang biasa digunakan untuk mandi.

Alan sudah berada cukup dekat ke sungai. Ia bisa melihat aliran air di kejauhan. Namun seketika langkahnya terhenti. Ia sudah melihat Lilian di sana, di tengah sungai dan sedang membersihkan diri. Tiba-tiba saja Alan merasa tenggorokan kering. Lalu napasnya berubah pelan, sementara detak jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.

Alan sebetulnya tidak ingin berdiri di sana, dan bersikap menggelikan seperti seorang remaja yang baru pertama kali melihat wanita. Tapi naluri lelakinya tidak berniat untuk meninggalkan Lilian sendirian. Terlebih Alan tidak ingin mengambil resiko, jika salah satu petarung melihat istrinya yang sedang mandi. Jadi Alan memutuskan untuk mengendap mendekat, membuat posisinya tidak terlihat oleh istrinya, namun terlihat cukup jelas jika ada petarung yang akan mendekat di kejauhan.

My Stranger's Bride [Stranger's Series #2] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang