Lucas
Menggerutu tidak akan membuat segalanya menjadi lebih baik tapi bukan berarti itu akan menghentikanku dari menggerutu. "Aku mulai berpikir untuk mengayunkan pisauku ke tenggorokannya."
Itu membawa satu dengusan dari Gabriel yang menurutku cukup layak. "Kau hanya bermulut besar. Kau tahu itu, kan?"
"Apakah kau sedang mengajakku bertaruh, Gab? Karena jika ya, kau tahu siapa yang akan menang," balasku. Aku memamerkan seringai sombong tapi itu berlalu dengan cepat saat aku mencapai pintu kayu berukir yang dipoles dengan halus. Satu-satunya ruangan yang akan membuatku merasa buruk.
Gabriel jelas menyadari itu juga dan itu memberinya kepuasan untuk menertawakanku. "Kau tidak bisa mengayunkan pisaumu ke tenggorokannya. Aku tahu itu begitu pula dirimu."
"Kau tidak pernah tahu apa yang bisa mendorongku. Dan aku sangat dekat dengan ingin melihatnya mati."
Bahkan mungkin itu satu-satunya hal yang kuinginkan saat ini.
Sekarang Gabriel memberiku tatapan tentatif yang mungkin harus aku khawatirkan. "Kau harus tidak serius dengan itu!"
Aku memutar bola mataku. "Seakan kau tidak menginginkannya juga."
Sekali lagi dia memberiku tatapan tajam memperingatkan, dan meski pun aku tahu dia membenci pak tua itu sama buruknya denganku. Dia tidak akan pernah mempertimbangkan untuk membunuhnya. Terlalu banyak resiko meski menurutku itu sepadan dan layak.
"Hati-hati Lucas, ini pembicaraan yang berbahaya," ucapnya dan aku tertawa.
"Aku tahu. Mari berharap dia tidak akan mendorongku terlalu jauh kali ini dan membiarkanku lolos dari pernikahan konyol itu," ucapku. Meski Tuhan juga tahu ayahku tidak akan berhenti menjepitku dengan pernikahan demi perdamaian ini. Dan aku calon Capo, aku harus segera memiliki istri.
Sial! Seakan aku peduli saja!
"Itu mustahil Lucas, kau tahu itu," ucap Gabriel dan dia meninggalkanku.
Dia benar. Aku tahu itu tidak mungkin.
Jadi aku hanya menghela napas singkat sebelum mendorong pintu di depanku terbuka. Selamat datang neraka!
"Duduk!" ucap ayahku. Dia bahkan tidak melihat ke arahku, masih sibuk dengan iPad-nya.
Aku benar-benar tergoda untuk mengayunkan belati yang terselip di saku belakangku ke tenggorokannya. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menguras habis darah dari tubuhnya. Melihatnya sekarat.
"Katakan saja!" balasku, aku masih tetap berdiri sedekat mungkin dengan pintu. Jika dia berpikir aku akan duduk patuh seperti anjingnya. Maka itu hanya akan terjadi di dalam mimpinya.
Akhirnya. Akhirnya mata abu-abu itu menatapku. Otorisasi memenuhi tatapan itu, memaksaku untuk tunduk. Sial! Tidak! Tidak akan lagi!
"Luke, aku berharap lebih darimu," ucapnya dingin.
Aku benci suara itu. Aku membencinya setengah mati. Aku membencinya sejak dia menyegel nasib Gabriella ke tangan orang-orang New York itu. Dan sekarang aku dengan gadis dari Chicago. Persetan, aku ingin melihatnya mati.
"Kau kehilangan diriku saat kau memberikan Gabriella ke tangan New York!"
Memberikannya pada pria yang bahkan dua puluh enam tahun lebih tua. Itu kutukan, sialan!
"Itu untuk membangun kerja sama dan adikmu bersama pria yang tepat. Dia akan aman di sana. Marco Capo yang kuat, dia bisa menjaga Gabriella."
Aku tertawa. Marco menjaga Gabriella dari orang-orang tapi siapa yang akan menjaga Gabriella dari Marco! Dasar bajingan terkutuk!
"Kau menghukumnya seumur hidup," balasku. Aku masih mendidih dalam amarahku.
"Kita tidak berada di sini untuk membicarakan Gabriella. Tapi kau dan putri Consigliere dari Chicago, pertunangan kalian," ucapnya. Tangannya terlipat di perutnya dan dia bersandar ke punggung kursinya. Seolah menantangku untuk menentangnya lagi dan aku bersumpah itulah yang akan aku lakukan.
"Aku tidak menginginkan pertunangan ini," balasku datar. Memainkan permainan yang sama dengannya.
"Benar tapi kau membutuhkannya jika kau akan menggantikanku sebagai Capo. Kau putra tertuaku Lucas, jangan mengecewakanku." Matanya melesat ke mataku. Tajam dan menusuk, ancaman itu tempat berada di sana. "Itu satu minggu dari sekarang."
Aku menggertakkan gigiku, tapi aku tidak mengatakan apapun lagi. Berbalik dan aku keluar dari ruangan itu. Aku perlu keluar dari kegilaan ini.
Menarik ponsel keluar dari saku jeans-ku dan aku mulai melakukan panggilan. "Javier, aku ingin gadis yang sama. Aku dalam perjalanan," ucapku.
Persetan dengan ayahku! Dia bisa pergi ke neraka!
***TBC***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Terminating Past (Past Series)
RomanceWARNING KONTEN DEWASA 21+ MOHON BIJAK DALAM MEMBACA!!! Leona tidak ingin adiknya kecewa atau membencinya tapi dia juga tidak dapat berbohong kalau dia benar-benar mencintai Lucas Sylvester, orang paling berharga dalam hidupnya setelah adiknya sendi...