Leona
Sudah satu minggu penuh aku pindah ke apartemen milik Lucas, dan dia tidak muncul sama sekali. Satu-satunya hal yang membuatku masih percaya kalau ini bukan mimpi hanyalah pesan-pesan singkat darinya. Tidak ada yang manis dari pesan-pesan itu, semuanya berisi tentang apakah aku baik-baik saja dan permintaan maaf karena masih belum menemuiku lagi. Aku mencoba bertanya pada Homer yang tidak pernah meninggalkan pos-nya di pintu depan tentang apa yang dilakukan Lucas. Satu-satunya jawaban yang aku dapat hanyalah senyuman tipis dan kata-kata menjengkelkan 'dia akan memberi tahumu jika dia ingin kamu tahu' yah Luke tidak ingin aku tahu.
Satu minggu ini aku mulai mencari gedung yang disewakan, Aku berencana untuk membuka club dansaku sendiri karena tidak ada club yang mau mempekerjakanku. Aku mendapat pinjaman dari Sylvia untuk memulai ini, gadis itu sedang bahagia, dia akan segera menikah dan aku bahkan tidak memiliki kekasih yang benar. Minggu depan adalah pesta lajangnya dan aku hanya berharap ini benar-benar baik untuknya. David, pacar singkatnya di saat dia baru lulus sekolah menengah kembali ke dalam hidupnya dan itu kembali mengguncang dunianya. Mereka cocok, aku melihat itu dan hanya dapat bahagia untuk mereka. Tidak pernah melihat Sylvia bereaksi seperti itu terhadap pria, hampir seperti meneteskan air liur.
Aku bangkit dari berbaringku di sofa meraih ponsel berharap ada pesan lain yang masuk, Lucas mungkin? Tapi itu kosong, tidak ada pesan, tidak ada panggilan, ini hampir membuatku gila. Aku merasa seperti diabaikan, tidak penting dan aku mulai ingin pergi dari sini. Dia tidak bisa menyimpanku di sini lalu mengabaikanku sama sekali. Jadi aku membuat panggilan, tidak ada menunggu lagi. Aku butuh penjelasan setidaknya sedikit kepastian kalau dia masih mengingatku, menginginkanku.
Aku masuk ke nada sabung dan menunggu, tidak yakin apakah dia akan mengangkatnya. Tiga puluh detik berlalu dan masih belum ada jawaban, aku hampir memutus sambungan itu saat suara pria terdengar dari speaker-ku.
"Hallo?" Suaranya berat tapi itu bukan Lucas. Aku berpikir untuk menutupnya tapi aku putus asa untuk tahu. Jadi aku menjawab.
"Ya? Apakah Lucas ada di sana? Bisakah aku bicara dengannya?" Suara itu tidak langsung menjawabku, dia meninggalkan keheningan yang cukup panjang di antara kami.
"Apa kau salah satu gadis Luke?" Aku mengerutkan dahiku, tidak senang dengan fakta bahwa gadis-gadis sering memanggilnya. Meski aku tahu itu terjadi, hanya saja konfirmasi ini membuat itu lebih sakit. "Luke tidak bisa pergi malam ini."
"Jika yang kamu maksud adalah gadis yang tidur dengannya maka aku bukan salah satu dari mereka. Aku tidak tidur dengan Lucas." Hening yang lain. "Kau masih di sana?"
"Ya, dan aku harus segera menutup panggilan ini," ucapnya lebih sopan saat tahu aku bukan gadis Lucas. "Upacara pertunangannya akan segara dimulai."
"Pertunangan?"
Lucas tidak mengatakan apa pun tentang saudara atau salah satu keluarganya akan bertunangan. Dia bisa memberi tahuku itu dan membuat otakku tidak bekerja dengan liar memikirkan sejuta alasan kenapa dia begitu aneh dan menghilang minggu ini.
"Ya, Lucas akan bertunangan malam ini, sebenarnya beberapa menit lagi. Aku sungguh harus memutus sambungan ini. Kau bisa menelepon lagi nanti."
Sambungan itu terputus bersama dengan napasku yang terputus. Sial!
Aku meletakkan ponselku di meja. Menunggu jeritan kemarahan datang merobekku atau tangisan putus asa menghancurkanku. Tapi aku hanya duduk dalam keheningan yang memekakkan telinga. Aku tidak bereaksi dengan benar, ini terlalu tenang. Harusnya aku histeris, mengamuk dan menghancurkan barang-barang. Tapi yang aku lakukan hanya duduk. Sial!
Lucas bertunangan? Itu terdengar seperti tidak masuk akal. Bagaimana dia mungkin melakukan ini padaku? Aku meraih ponsel hampir menghubunginya lagi tapi aku menghentikan jariku di detik terakhir. Dia mungkin sedang menyematkan cincin saat ini, di jari wanita yang aku pikir sangat tidak beruntung. Sebagai gantinya aku menulis pesan. Hanya empat kata.
Temui aku malam ini!
Tidak ada emosi di dalamnya, seperti gadis yang acuh tak acuh. Aku mungkin akan menangis nanti tapi dia tidak akan mendapatkan kepuasan karena tahu dia telah menghancurkanku. Tidak, aku belum cukup lama mengenalnya untuk menangisinya. Aku bahkan tidak menangis saat Rob pergi. Ini sama seperti yang lain. Aku akan baik-baik saja. Tapi saat aku mengatakan akan baik-baik saja. Rasa sakit pertama menikamku. Dia menipuku habis-habisan. Aku adalah gadis yang dia coba untuk dapatkan di ranjangnya, sementara gadis yang sekarang bersamanya adalah masa depannya. Aku hanya game, aku tahu itu sejak awal, aku harusnya tidak membiarkan hatiku jatuh. Ini harusnya hanya menjadi tiga kali kencan yang menyenangkan, yang akan diakhiri dengan seks luar biasa kemudian selesai. Kami akan menjadi orang asing untuk satu sama lain. Well, kami baru pergi dua kencan, tidak masalah kami bisa melupakan hitungan, malam ini aku akan menyelesaikannya. Dia ingin seks, aku akan memberikannya.
Aku pergi mandi, menggosok kulitku hingga terasa terlalu lembut, bahkan sedikit menerah. Jika dia pikir akan mendapatkan gadis yang berakhir menyedihkan maka itu hanya akan ada di mimpinya. Aku akan tunjukkan padanya gadis tidak selalu merengek. Keluar dari bak mandi dengan aroma mawar yang kuat aku mengeringkan kulitku. Menggosok minyak ke seluruh tubuhku untuk membuatnya terlihat lembab dan lebih harum lagi. Ini mungkin berlebihan tapi aku tidak peduli. Selesai dengan kulitku, aku berjingkat ke lemari pakaianku.
Aku punya banyak lingerie yang seksi dan lucu tapi malam ini aku ingin terlihat mengagumkan. Tidak terlupakan. Aku ingin dia memujaku saat aku pada akhirnya menendang patat sialannya pergi. Jadi aku menarik kotak yang membungkus lingerie Victoria Secret milikku. Itu berwarna hitam berenda yang serasi, yang akan membuat kulitku terlihat bagus. Aku baru menakainya sekali dan menyimpannya selama ini untuk momen spesial. Aku rasa ini salah satunya meski jelas ini bukan momen yang aku harapkan.
Memandang diriku di cermin, aku mengangguk. Puas dengan apa yang aku lihat. Aku persis seperti setan penggoda! Sialan! Aku akan membuat dia memohon dan tetap menendang patatnya. Aku menarik gaun malam silver yang cantik dari lemariku. Memakainya menutupi lingerie hitam yang aku harap akan membuat permainan sepadan. Saat aku selesai dengan rambutku, aku telah menyulapnya menjadi ikal lembut yang nakal, dan terlihat sedikit berantakan, berteriak untuk seks panas. Aku menggunakan banyak eyeliner untuk mataku karena aku ingin membuat kesan yang kuat. Kemudian membuat bayangan merah di kelopak mataku dan pipiku. Bibir, jelas merah yang menggoda. Ini adalah penampilan untuk perang.
Sial! Aku tidak percaya aku tertipu oleh pria yang bertunangan! Akan menikah!
Mengambil napas, aku mulai mengontrol emosiku lagi. Dia tidak akan tahu kalau aku berantakan. Lakukan seks, tersenyum, kemudian tendang pantatnya, Leona! Tidak akan menangis di depannya!
"Kamu yang memegang kontrol hidupmu!" ucapku pada bayanganku di cermin. Aku berjalan kembali ke sofa dan melihat ponselku. Hebatnya aku sudah menerima balasan di sana.
Oke, aku akan ke sana Leo.
Aku merasa sakit membacanya. Sebagian diriku berharap dia akan membuat alasan untuk tidak datang. Lagi pula seminggu ini dia juga sudah tidak menemuiku sama sekali. Tapi ini dia, Lucas datang setelah dia menyelipkan cincin di jari tunangannya. Hebat sekali! Beberapa jam yang lalu dia bertunangan dan kemudian dia ingin seks dari gadis lain.
Aku tertawa terbahak karena pilihan yang lain terlalu menyedihkan, aku harus menangis untuk ini jika tidak bisa menertawakannya. Aku menolak menangis.
***TBC***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Terminating Past (Past Series)
RomanceWARNING KONTEN DEWASA 21+ MOHON BIJAK DALAM MEMBACA!!! Leona tidak ingin adiknya kecewa atau membencinya tapi dia juga tidak dapat berbohong kalau dia benar-benar mencintai Lucas Sylvester, orang paling berharga dalam hidupnya setelah adiknya sendi...