Chelsea adalah anak perempuan berusia 8 tahun dan terbiasa hidup mandiri dengan Daddy-nya. Ia sudah terbisa hidup disekelilingi dengan kakek, nenek, kedua paman yang sangat menyayanginya dan juga aunty manis dan tak luput dari seorang Daddy yang begitu amat mencintai dirinya
Selama 8 tahun hidupnya ia selalu yakin bahwa seseorang yang sangat mencintai dan menyayangi dirinya hanyalah sang Daddy. Sosok yang selalu berusaha ada disisinya hampir dalam 24 jam kecuali bila ada kepentingan mendesak yaitu perihal urusan kantor dimana sang Daddy tidak bisa menolaknya.
Hidupnya adalah bersama sang Daddy, tanpa ada sosok Mommy dalam hidupnya—ia tahu sang Mommy telah beristirahat dengan tenang semenjak ia dilahirkan.
Mungkin ada rasa iri yang ia miliki dengan teman – temannya yang lain dimana selalu bersama dengan sang Mommy disetiap kesempatan. Tapi Chelsea tidak lagi merasa sedih atau pun iri setelah ia diberi keyakinan bahwa Daddy-nya selalu ada disisinya. Dan seluruh keluarganya pun juga mencintainya.
Chelsea dan Daddy tidak pernah terpisahkan. Mereka selalu tinggal bersama – sama dan Chelsea selalu ikut kemanapun sang Daddy pergi. Korea dan Jepang adalah 2 negara yang sudah menjadi negara dimana mereka sempat tinggali untuk kurun waktu 6 tahun belakangan. Dan kini sang Daddy memindahkan mereka ke New York dengan alasan yang sama seperti yang selalu mereka lakukan selama ini.—urusan pekerjaan Daddy.
Chelsea tidak pernah mempermasalahkan kepindahannya. Yang terpenting ia akan selalu bersama Daddy-nya itu sudah cukup. Lagipula, kakek dan nenek serta paman dan auntynya selalu berkomunikasi dengannya melalui ponsel yang ia miliki dan akan selalu ada untuk dirinya kapan pun dan dimana pun. Itu sudah cukup membuatnya bahagia.
Hari ini adalah hari pertamanya terbangun di apartemen dan suasana baru baginya.
Ia berada di New York dan menurut sang aunty, kota ini cukup menarik. –semoga saja.
Chelsea terbangun dan menyingkap selimut berwarna pink dari atas badannya, melihat sekilas kearah jendela kamar miliknya untuk mendapati sinar matahari yang sudah begitu terang dan menyinari kamarnya yang masih sedikit berantakkan dan belum terbentuk seperti yang ia inginkan.
Melupakan mengenai bentuk kamar impiannya, Chelsea mencari ponsel miliknya dan membawanya menuju area dapur—sebelum itu ia sempat melihat kearah ranjang sang Daddy dan mendapati sosok daddynya masih tertidur lelap disana. Ia sempat mencium pipi sang Daddy setelah berhasil naik keatas ranjang dengan susah payah karena ia tidak ingin membangunkan sang daddy begitu cepat. Kecupan singkat ia hadiahkan dan gumaman sapaan good morning ia lantunkan dengan begitu lembut.
Setelahnya ia berlari kecil menuju tempat tujuan utama sebelumnya—area dapur. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat seluruh isi ruangan dimana akan menjadi tempat tinggalnya ini masih dipenuhi dengan kardus –kardus cokelat berukuran besar disekelilinginya sementara area dapur yang ia harapkan belum juga berbentuk seperti dapur – dapur di tempat tinggal sebelumnya atau pun tempa tinggal nenek dan kakeknya.
Wajahnya cemberut dengan hentakkan kaki kesal.
Namun tak lama, tangannya bergerak cepat membuka layar ponsel dan mulai menekan tombol – tombol disana dan menunggu suara sahutan dari arah ponselnya.
"Halo sayang!"
"Aunty!"
"Hey.. jam berapa disana? Kenapa kau belum tidur—
"Disini sudah pagi aunty. Chelsea sudah bangun lebih dulu dibandingkan Daddy." Chelsea berucap lucu dengan suara khas anak kecilnya dan kini ia berlari kecil menuju satu dus cokelat yang tengah terbuka dimana boneka berbulu cokelat yang menjadi mainan kesayangannya terlihat disana—Teddy bear.
YOU ARE READING
LOVELESS (END)
RomanceKau tidak mempercayai apa arti cinta dalam hidupmu. Hatimu bahkan cukup keras untuk bisa diluluhkan, tapi Tuhan mempertemukanmu dengan pria yang bisa mengenalkan arti cinta yang sesungguhnya. Bisakah hatimu luluh? Atau kau tetap berusaha menyangkaln...