Semilir angin malam yang seakan menusuk kulit, menerpa wajah Bintang dan menerbangkan rambutnya. Bintang menumpukan tubuhnya di pembatas besi balkon kamarnya, pandangannya tak lepas dari bulan dan bintang-bintang di langit.
"Bintang, gue gak mau tau lo harus cerita tentang tadi siang! Lo dimana?" Suara Lintang yang menggema didalam kamar Bintang, membuat sang empunya terkejut.
Bintang mengelus dadanya, berusaha sabar. 'Untung dia sodara, kalau bukan udah gue mutilasi tuh anak satu!' Gerutu Bintang dalam hati.
"Gue disini!" Jawab Bintang, dengan sedikit teriak.
Tak lama kemuadian Lintang pun keluar menghampiri Bintang, lalu menarik tangan Bintang agar duduk di kursi yang memang sudah ada disana.
"Cerita sama gue, lo ada hubungan apa sama tuh manusia es?" Tanya Lintang dengan tatapan mengintimidasi.
"Gak ada sama sekali!"
"Lah? Kok waktu di rooftop, lo sama dia kelihatan akrab banget? Tadi sore juga, lo jalan bareng sama dia?" Lintang mulai bingung.
Bintang memutar bola matanya, malas. "Lo inget gak? Dulu gue pernah cerita, tentang 'pahlawan kecil' yang nyelametin gue." Lintang mengangguk. "Nah, itu jawabannya." Sambung Bintang.
Lintang diam, mencoba mencerna perkataan Bintang. "wait... Kesimpulannya, Rendi itu 'pahlawan kecil' yang selama ini lo cari, gitu?"
"You'r right." Jawab Bintang, seraya mengacak rambut Lintang
"Oh gitu, ya udah gue mau tidur. Bye, my twins." Lintang meninggalkan Bintang sendiri di balkon
"Tuh orang cuma mau nanya soal itu doang tapi sampe heboh, heran gue punya kembaran kok gitu banget sih?" Bintang menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu kakinya ia langkahkan masuk kedalam kamar
Mondar-mandir gak jelas, itu lah yang sedang Lintang lakukan saat ini, dia benar-benar bingung apa yang harus ia lakukan(?)
"Duh kenapa harus si Rendi sih? Gue kan jadi bingung. Bintangi saudara kembar gue, sedangkan Reyna sahabat gue. Gue sayang mereka berdua, gue gak mau ada yang sakit hati diantar mereka berdua." Lintang frustasi karena masalah ini.
"Ah, masa bodo. Liat endingnya aja gue mah." Lintang langsung menjatuhkan dirinya di kasur berukuran queen size, lalu mencoba untuk masuk ke alam mimpi.
☆☆☆☆☆
"SELAMAT PAGI, SEMUA!" Teriak Bintang, seperti biasa.
"Pagi juga, sayang." "Pagi juga, my twins." Kata Fika, Vero, dan Lintang bersamaan.
Bintang duduk di sebelah Lintang, lalu sarapan seperti biasa. Selama sarapan tidak ada obrolan, hanya ada suara dentingan sendok dengan piring yang menggema di ruang makan.
"Mah, pah, Bintang berangkat dulu ya? Assalamualaikum." Bintang menyalami Fika dan Vero, serta mencium pipi kanan keduanya.
"Waalaikumsalam." Jawab Fika dan Vero
"Lin gue duluan ya? Lo lama." Kata Bintang, lalu berlari kecil menuju motornya yang sudah terparkir cantik di depan rumah.
Suara derungan motor menggema di sekitar rumah keluarga Williams. Setelah memanaskan motornya, Bintang pun melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata.
Setelah 5 menit menempuh perjalanan, Bintang akhirnya sampai diparkiran sekolah. Bintang pun melepas helm fullfacenya, lalu melepas jaket kulit warna hitam miliknya. Seperti biasa, sebelum Bintang ke kelas ia akan ke toilet untuk mengganti celana jeans dengan rok seragam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl vs Cold Ketos[COMPLETED]
Ficção Adolescente#2 (cold ketos) #9 (cold boy) "Ketos laknat! Manusia es sialan! Nama lo masuk dalam buku hitam 'anak yang harus gue kasih pelajaran!' Awas aja lo nanti!" Geram bintang karna kelakuan rendi yang membuatnya naik pitam Kehidupan bintang berubah semen...