Lima hari telah berlalu, namun Bintang masih belum diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Sikapnya yang keras kepala terus-terusan memohon untuk pulang. Tak jarang Bintang nekat dan memilih kabur, tetapi semua usahanya sia-sia karna luka ditubuhnya membatasi pergerakan Bintang.
"Mah, kapan Bintang pulang?" Rengek Bintang pada Fika
"Kalau kamu sudah sembuh, sayang." Jawab Fika seraya mengaduk-aduk bubur, karena sudah waktunya Bintang makan dan minum obat.
"Bintang udah sehat mamah, bintang mau pulang. Disini gak enak, makanannya juga gak enak. Mamah tau sendiri Bintang gak suka bau rumah sakit, Bintang pulang ya mah, ya? Bintang gak betah."
"Siapa suruh balapan pake jaket tipis? Udah tau bahaya, tapi masih aja keras kepala! Mamah jual motornya baru tau rasa kamu!" Sarkas Fika sesekali menyuapi Bintang.
"Loh? Mah? Jangan jual mogi mah, kalau mamah jual mogi Bintang ke sekolah pake apa? Mogi itu udah kayak pendamping hidup Bintang."
"Lebay! Kamu kan punya mobil, buat apa kalau gak di pake?"
"Maksud mamah Queen? Itu kan mobil sport mah, di modiv khusus buat balapan. Lagian kalo Queen ditilang mamah mau tanggung jawab? Nggak kan? Ya udah, Bintang bawa mogi aja."
Fika menggelengkan kepalanya seraya menyodorkan sesendok bubur kemulut Bintang. "Kendaraan kok dikasih nama."
"Biar nurut mah, terus juga biar simpel nyebutnya, hehe."
"Assalamualaikum." Ucap Rendi seraya masuk kedalam kamar Bintang.
"Waalaikumsalam." Jawab Bintang dan Fika, serempak.
"Rendi udah pulang? Gak bolos lagi kan?" Tanya Fika pada Rendi.
"What? Ketos laknat ini bolos? Wah, wah, wah, masuk dalam sejarah nih." Heboh Bintang.
"Nggak kok mah, gurunya ada rapat mendadak jadi sekolah dipulangin lebih cepat." Jelas Rendi mengacuhkan Bintang.
"Bagus deh, jangan bolos lagi ya? Ketua osis kok bolos, sih?" Kata Fika lembut.
"Jangan mau, kapan-kapan kalau mau bolos bareng gue aja. Gue tunjukin tempat bolos paling nyaman, oke?" Canda Bintang.
"Bintang!" Fika menatap Bintang dengan tatapan horor.
Sedangkan Bintang yang ditatap hanya cengengesan tidak jelas. "Piss mah, piss." Bintang menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.
☆☆☆☆☆
"Aku boleh nanya?" Rendi menatap wajah Bintang dari samping, karna Bintang fokus pada pemandangan kota dihadapannya. Yup, kini mereka berada dirooftop rumah sakit.
"Hmmm." Gumam Bintang, tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kenapa kamu gak marah? Padahal, saat itu kamu marah banget sama aku."
"Simpel, lo gak salah."
"Alasan yang lebih akurat, ada?"
Bintang melirik Rendi lalu kembali menatap kedepan. "Mau yang singkat, apa yang panjang?"
"Kalau yang singkat?"
"Gue denger semuanya."
"Kalau yang panjang?"
"Ternyata lo ngeselin juga, ya?"
"Jawab."
"Saat gue koma. Rasanya gue gak mau bangun lagi, gue gak mau lihat dunia luar lagi, disana gue sendirian dan tenang sedangkan di dunia luar gue punya banyak musuh." Rendi diam mencermati semua yang dikatakan Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl vs Cold Ketos[COMPLETED]
Fiksi Remaja#2 (cold ketos) #9 (cold boy) "Ketos laknat! Manusia es sialan! Nama lo masuk dalam buku hitam 'anak yang harus gue kasih pelajaran!' Awas aja lo nanti!" Geram bintang karna kelakuan rendi yang membuatnya naik pitam Kehidupan bintang berubah semen...