KENAPA HARUS BINTANG?

9.6K 343 23
                                    

Setelah memutus panggilan dari Lintang, Rendi langsung menancap gas mobilnya menuju bandara. Pikirannya kini di penuhi oleh Bintang. Ia berharap kalau ini semua hanyalah candaan, ia berharap kalau Lintang hanya akting, ia berharap saat ia sampai bandara ada Bintang yang berdiri seraya tersenyum manis.

Tapi nyatanya semuanya hanya harapan, disana hanya ada keluarga Bintang dan semua sahabatnya sedang menangis. Tidak ada Bintang, tidak ada tawa, tidak ada senyum, hanya tangis yang ia dapatkan.

"Lin, lo becanda, kan? Bintang jadi pulang, kan? Bintang pasti pulang, kan?" Rendi mengguncangkan bahu Lintang, tapi Lintang hanya mampu menagis.

"Aul, bilang sama gue. Ini semua bohong, kan? Kalian cuman ngerjain gue, kan? Bintang pulang, kan, Aul?" Aulia tak mampu menjawab pertanyaan Rendi, mulutnya seakan kaku untuk menjelas kan.

Justin menepuk bahu Rendi, membuat Rendi membalikkan badan dan menatapnya seakan ia meminta penjelasan.

"Ini semua takdir Allah, Ren. Pesawat yang di naiki Bintang hilang kontak, pihak bandara sedang berusaha keras mencarinya. Handphone Bintang pun gak bisa dihubungi." Jelas Justin.

Rendi yang mendengarnya pun jatuh berlutut, tatapannya kosong kedepan, semua penantiannya sia-sia. Kini tidak ada lagi Bintang yang menghiasi hidupnya, tak ada lagi Bintang yang mengumpat padanya, tak ada lagi Bintang yang keras kepala, tak ada lagi senyum manis Bintang, semua sudah sirna.

Semua menatap Rendi iba, mereka jelas tau bagaimana penantian Rendi selama ini. Tapi mereka bisa apa? Mereka saja tidak tau dimana pesawat Bintang.

"Ren.." Fika mengusap lembut bahu Rendi.

"Sabar sayang, mamah minta maaf karna sudah membuat Bintang pergi ke Amerika. Ini salah mamah, ka-"

"Mamah gak salah, ini semua takdir, bukan salah mamah." Kata Rendi dengan suara serak.

"Mamah hiks.. Juga merasa hiks.. Kehilangan, Ren.. Hiks.. Hiks.."

Rendi menundukkan kepalanya berusaha menahan tangis yang sedari tadi ingin keluar, ia berusaha tegar walau pun hatinya sangat terpukul.

"Kalo mau nangis, nangis aja. Lo gak mungkin jadi lemah cuman karna nangis." Justin memosisi kan dirinya sejajar di hadapan Rendi.

Rendi pun menyenderkan kepalanya di bahu Justin, ia tak mampu lagi menahan tangis. Kabar hilangnya pesawat yang di naiki Bintang, membuat dunia Rendi hancur.

"Kenapa, Jas? Kenapa harus Bintang? Apa salah gue, sampai tuhan misahin gue sama Bintang?" Justin bungkam, ia hanya bisa mengusap punggung Rendi. Ia tau bagaimana hancurnya Rendi saat ini, ia tau bagaimana Rendi menjalani semuanya selama lima bulan belakangan ini.

☆☆☆☆☆

Semilir angin malam membuat Rendi terhanyut dalam lamunan, ia duduk di sofa yang memang sengaja di letakkan di balkon kamarnya seraya menatap bintang-bintang. Kondisinya acak-acakan, matanya pun sembab. Sungguh ini bukanlah Rendi yang biasanya, kini ia tidak lagi peduli dengan siapa pun.

"Ren.." Panggil Rina-Bunda Rendi- lembut. Yup, orang tua Rendi pulang lima hari setelah tragedi hilangnya pesawat Bintang.

"Kenapa harus Bintang, Bun? Rendi sayang sama Bintang, tapi kenapa tuhan ngambil Bintang dari hidup Rendi?" Suara Rendi lemah seraya terus menatap bintang-bintang di langit.

Rina ikut duduk disebelah Rendi lalu memeluk putra semata wayangnya. Ia tak menyangka kalau pertama kalinya Rendi merasakan manis pahitnya cinta, Rendi harus merasakan semua ini.

"Kamu harus sabar sayang, berdo'a saja semoga pesawat Bintang segera ditemukan dan Bintang selamat. Percayakan semuanya pada Allah, sayang."

"Bintang pasti kesakitan bun, pasti disana gelap, bintang takut gelap Rendi tau itu. Siapa pun tolong Bintang, temukan pesawat Bintang. Rendi gak siap kalau harus kehilangan orang yang Rendi sayang, Bun"

Bad Girl vs Cold Ketos[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang