Doyoung sedang menyiram tanaman tepat jam 3 sore, ketika 2 anak datang sambil saling berhimpitan bahu dan melempar makian satu sama lain. Tangan mereka menggenggam erat koper warna-warni mereka dan menyeretnya mengikuti langkah kaki mereka.
"Kutil badak jangan kepedean ya, tolong," yang memiliki kulit agak gelap mulai melempar makian setelah terdiam beberapa saat untuk ambil napas, "yang mau satu dorm sama kamu siapa, ya? Mirror tolong mirror."
"Heh, Bambang," satu tangan milik yang berwajah ala tupai menoyor jidat lawannya, "yang mau satu dorm sama kamu juga siapa, heh?! Tukang ribut juga kamu tuh!"
Doyoung mengernyitkan dahinya menahan kesal melihat anak-anak ribut di depannya ini yang bahkan mengabaikan dia yang berdiri di halaman rumah.
Dan bahkan sampai dua anak ribut itu menginjakkan kaki di rumah, seorang Kim Doyoung eksistensinya masih diabaikan oleh keduanya.
"Maaf, hyung," seorang lagi yang menggunakan bantal leher berbentuk Moomin membungkuk minta maaf pada Doyoung, "Haechan sama Han memang suka bertengkar. Tolong maafin, hyung"
Doyoung menolehkan kepalanya dan mengamati si pengguna bantal leher Moomin beserta beberapa temannya yang juga baru saja terlihat menyusul dengan langkah malas.
"LEBIH BAIK KALIAN CEPETAN MASUK, DEH TOLONG! DAN ITU YANG DI BELAKANG LAGI JALAN SAMBIL SELFIE, MENDINGAN CEPETAN MASUK SINI ATAU HP-NYA AKU SITA?!!!"
Maap, Doyoung kalau lagi sensi bawaannya suka pengin makan orang.
Ya, suruh siapa mood baiknya sore hari dirusak oleh dua orang yang adu mulut dan tidak menyadari keberadaannya.
*
*
*Taeyong menatap tidak percaya pada 9 bocah di depannya. Ada yang saling melirik sengit, ada yang asik apdet status di sosmed, ada juga yang sama sekali tidak melakukan apapun dan hanya melihat ke lantai.
"Oke, tunggu sebentar," Taeyong memijat keningnya yang tiba-tiba cenut-cenut ria, "kalian disuruh kemari karena ada masalah dengan pelajaran kalian kan? Kalian tuh sebodoh apa sih sampai didepak dari asrama reguler?"
Lee Taeyong suka tidak berkaca pada diri sendiri. Padahal dulu dia juga selalu dapet nilai pas rata-rata, itupun dengan bantuan Doyoung dan les-tambahan-dadakan-bersama-pak-Taeil.
"Hyung bicaranya jangan gitu dong," ujar yang memiliki visual tidak manusiawi, "Renjun nilainya selalu di atas rata-rata, loh."
Taeyong mengedikkan bahu tidak peduli, "Lalu kamu sendiri bagaimana?"
Yang ditanya begitu cuma bisa haha hehe saja sebagai jawabannya. Lalu pemuda berwajah kecil di sampingnya mendecih pelan, "Dasar Lee Jeno bodoh."
"Lalu alasan kalian dipindah kemari kenapa? Maksudku, iya, aku tahu kalian punya masalah per individu. Tapi, bisa tolong jelaskan?" tanya Jaehyun yang baru saja selesai dari acara masak-memasak. Lihat saja apron renda yang masih melekat pada tubuhnya.
Yang membawa peralatan game menjawab tanpa ragu, "Hyunjin nggak bisa mengendalikan transformasinya, Renjun punya kekuatan yang sering bikin dia luka, transformasi Jeno nggak sempurna, tongkat Jinyoung patah terus, Haechan nggak bisa mengatur suaranya, aku sendiri lebih sering ketawa ngakak daripada senyum, Han nggak bisa ngerapal mantra pelan-pelan dan jatuhnya sering salah pelafalan, kekuatan vampire Felix nggak maksimal, dan Seungmin nggak bisa mengontrol arah larinya."
Percayalah, cara seorang Na Jaemin menjabarkan tadi justru terdengar seperti orang yang sedang mengadu.
Taeyong dan Doyoung refleks mendecak pelan.
"Apa kalian tidak ada masalah dalam pelajaran?" tanya Jaehyun pelan.
Yang berwajah bule mengangkat bahu lalu nyengir tanpa dosa, "Sejujurnya, hyung, selain Renjun dan Seungmin, nilai kami selalu nyerempet rata-rata."
(( NYEREMPET RATA-RATA ))
Ya itu berarti sama sekali belum menyentuh rata-rata, anj --eh, nggak boleh berkata kasar.
"Oke, kalian bisa istirahat dulu sambil beres-beres pakaian. Aku tunjukkan kamar-kamar kalian." Jaehyun memberi gestur pada 9 anak itu agar mengikutinya ke lantai 2.
"WOY LAH, JANGAN EGOIS, DONG! ORANG JOROK KEK KAMU DAPET SATU KAMAR SENDIRI ENAK BANGET SIH."
"GAMAU SAMA HYUNJIN! PEDIH MATAKU LIAT FLASHNYA!"
"EH WOY, LU NGAPAIN MAU SEKAMAR SAMA GUA? NGGAK, OGAH YA SAMA ORANG YANG SUARANYA PETJAH KEK LU!"
"YA NANTI KALO JENO TIBA-TIBA TRANSFORM AKU NTAR DIGIGIT, ANJIR! PENGERTIAN DIKIT LAH SAMA YANG TONGKATNYA SERING PATAH INI!"
"AWAS AJA NYENTUH BONEKA BERHARAGA LIMITED EDITION MOOMIN PUNYAKU. BENERAN AKU BAKAR WAJAHMU, BIAR GA BISA SELFIE LAGI!"
"TONGKATKU BISA PATAH MENDADAK KALO SEKAMAR SAMA NANA YANG PECICILAN!"
"NGACA ANJIR! YANG PECICILAN JUGA GA CUMA AKU DOANG!"
"POKOKNYA JANGAN SAMA RENJUN! NTAR AKU LAGI BOBOK CANTIK DISEMBUR PAKE AIRNYA, KAN OGAH!"
Dan percayalah, di lantai bawah ada Taeyong dan Minho, yang baru saja pulang, mati-matian menahan Doyoung agar tidak anarkis lalu menyusul 9 bocah ribut itu dan menghajarnya satu per satu.
Lelah hayati Doyoung membayangkan hari-harinya ke depan mengurus 9 anak itu.
Omong-omong, Taeyong, Doyoung, dan Jaehyun sepertinya sama sekali tidak menyadari kalau bocah-bocah itu sedari tadi langsung menyebut mereka 'hyung' ketimbang 'sunbae'.
KAMU SEDANG MEMBACA
M A G I C ! - NCT x W1 x SK (00L)
Fiksi PenggemarTaeyong, Doyoung, Minho dan Jaehyun yang terpaksa menampung 9 anak pemilik darah keturunan primer bermasalah di rumah dua lantai milik mereka --milik Jaehyun, sebenarnya. . Jinyoung, Jaemin, Renjun, Hyunjin, Jisung, Haechan, Jeno, Felix dan Seungmin...