Tentang sebuah rasa yang berjalan perlahan-lahan.
Tentang siapa yang selalu ada.
Tentang cinta yang tak pernah salah berlabuh.
~~~
"Kau harus benar-benar belajar agar dapat menyusulku. Jangan terlalu fokus dengan game."
.
.
"Baiklah."
.
.
"Kita harus tinggal bersama jika kau lulus beasiswa. Tidak ada penolakan, Jeon Wonwoo."
.
.
"Kalau sudah seperti ini aku bisa berkata apa, Hao-ya?"
.
.
"Pastikan kau lulus beasiswa, karena aku tidak bisa tinggal sendiri. Aku merindukanmu."
.
.
"Doakan saja."~~~
Sepasang mata rubah yang menatap lekat dan tangannya yang bergerak lincah tak henti menggubah kertas-kertas bertuliskan chord kasar dan lirik lagu yang akan ia sertakan dalam portofolio-nya ketika menyerahkan aplikasi beasiswa ke Royal Academy of Music London. Mimpinya selalu sama, menginjakkan kaki di negeri Ratu Elizabeth entah sebagai apa pun. Pernah dengan bodohnya ia mengucap, tak apa menjadi pesuruh di sana yang penting ia bisa ke London, tetapi Minghaoㅡsahabatnyaㅡlangsung memukul kepala pemuda manis itu dengan sketch book miliknya.
Jeon Wonwoo, pemuda manis yang sejak tadi duduk di kedai kopi langganannya dengan mata rubah dan rambut hitam pekat, tubuh rampingnya terbalut blazer merah muda dan celana denim biru langit baru saja menutup panggilan internasional dari sahabatnya yang jauh di London, Minghao.
~~~
P.S.
Another story of Meanie.
Yay or Nay?
Maybe you'll easily guess the plot, but nevermind I just wanna share what's on my mind. So, this fanfic will be fluffy and minimal conflict.Selamat membuka kotak pandora!
KAMU SEDANG MEMBACA
Andante [Meanie] ✓
FanfictionAndante [ahn-dahn-tey; an-dan-tee; Italian ahn-dahn-te] adv. at a moderately slow tempo °[Wonwoo; Minghao; Junhui; Mingyu at same age]