"Hari ini kita akan berjalan-jalan seharian, aku janji akan menemanimu." Minghao membuka pintu kamar Wonwoo dan membuat si pemilik kamar berjengit karena terkejut.
"Astaga! Kebiasaan burukmu. Ketuk pintu dulu kalau ingin masuk ke mana pun. Kalau aku sedang ganti baju bagaimana?" Wonwoo berdecak, memasang tatapan kesal yang menurut Minghao lebih seperti anak rubah yang sedang memohon.
"Tidak masalah. Bahkan dulu kita sering mandi bersama." Minghao mengibaskan tangannya sambil berjalan menuju ranjang Wonwoo, matanya menyisir sekeliling dan tertuju pada buku katalog salah satu galeri seni di London. Ia tidak mengacuhkannya dan melanjutkan pengamatannya pada majalah fashion yang sejak tadi di genggamannya.
"Aish! Itu 'kan dulu. Jangan ingat-ingat lagi." Wonwoo kembali membereskan buku-bukunya yang berserakan karena ia baru saja menyelesaikan tugas.
"Hari ini kau libur 'kan? Ayo kita ke London Eye." Ajak Minghao bersemangat. Selama Wonwoo berada di London, ia malah merasa semakin jauh dari sahabatnya itu. Perusahaan ayahnya meminta perhatian lebih dan sahabatnya terlalu pengertian. Minghao tahu bahwa Wonwoo ingin sekali berkeliling kota London, tapi ia juga tidak percaya melepas Wonwoo sendirian, karena Wonwoo akan gemetar dan berkeringat dingin jika di berada di tengah keramaian. Minghao terlalu menyayangi Wonwoo.
"Tapi aku ingin ke Trafal ..."
Ting...Tong...
"Sepertinya aku tidak membuat janji pertemuan hari ini. Siapa yang datang?" Minghao beranjak membukakan pintu apartemen dan Wonwoo masih terpaku di tempatnya.
"Selamat pagi ... Kediaman Jeon Wonwoo?" Pria dengan hidung bangir dan mata sedikit besar khas Asia berdiri di hadapan Minghao.
"Junhui ..." Wonwoo tiba-tiba berada di belakang Minghao dan memekik kegirangan ketika melihat Junhui di depannya.
"Silakan masuk." Minghao mempersilakan pria bernama Junhui itu masuk ke kediamannya, ia sempat kebingungan namun dengan cepat ia memasang ekspresi manis paling bersahabat yang ia punya.
Wonwoo yang sedikit menyadari perubahan ekspresi Minghao langsung mengambil tindakan untuk mengenalkan sahabatnya kepada teman baru yang selalu menemaninya di kampus.
"Hao-ya, ini Junhui. Panggil saja Jun. Ia yang selalu menemaniku di kampus. Ah iya, dia berasal dari negara yang sama denganmu." Wonwoo mengerling ke arah Minghao. "Jun, ini Minghao. Sahabatku di Korea, tetapi ia berasal dari China sama sepertimu." Kemudian ia menggamit tangan Jun untuk dipertemukan dengan tangan Minghao. Bagi Wonwoo seseorang yang ia anggap spesial harus saling mengenal satu sama lain.
~~~
"Kau akan pergi dengan Wonwoo?" Minghao bertanya dan dibalas anggukan oleh Jun.
"Wonu-ya, kau akan pergi dengan Jun?" Minghao bertanya lagi dengan sedikit berteriak karena Wonwoo sedang membuat minuman di dapur.
Wonwoo sedikit tidak enak dengan Minghao, ketika sahabatnya itu memiliki waktu luang ia malah terlanjur membuat janji pergi dengan Jun. Lagipula Wonwoo sangat ingin ke National Gallery yang berada di Trafalgar Square. Tetapi Minghao bersikeras mengajaknya melihat kota London dari ketinggian. Bagi Wonwoo kebahagiaan Minghao adalah segalanya.
"Iya. Bagaimana jika kita pergi bertiga. Kau berjanji mengajakku naik London Eye bukan?" Wonwoo membalas pertanyaan Minghao. "Jun, tidak apa 'kan jika kita pergi bertiga?" Kali ini Wonwoo beralih dan meminta persetujuan Jun.
"Tentu! Pergi pakai mobilku saja ya." Jun tersenyum mengiyakan.
"Tapi aku ingin mencoba London Tube." Wonwoo kembali mencicit pelan, kecewa karena program jalan-jalan untuk pertama kali ini tidak sesuai rencananya.
"Kau akan mendapatkannya nanti, sekarang kita pergi dengan mobil dulu. Aku takut kau hilang kalau kita pergi menggunakan London Tube." Minghao menggamit lengan Wonwoo dan mengisyaratkan kepada Jun untuk segera berangkat.
~~~
Wonwoo berdecak kagum ketika pandangannya yang terhalang kacamata bulat disuguhkan aliran tenang Sungai Thames dan menara jam Big Ben yang legendaris. Ia berencana mengambil foto ketika mereka berada di puncak ketinggian 135 meter di atas permukaan laut. Sesaat ia sadar bahwa kamera yang seharusnya berada di kalungan lehernya ternyata tertinggal di mobil Jun. Beruntungnya Jun membawa kamera miliknya sendiri.
Minghao memperhatikan dengan lekat bagaimana Jun selalu membidik Wonwoo secara sembunyi-sembunyi. Ketika ekspresi Wonwoo terkagum melihat pemandangan, ketika Wonwoo mengerucutkan bibirnya karena sebal, dan ketika Wonwoo tersenyum begitu lebar.
"Jun, tolong ambil fotoku saat mencapai puncak. Nah sekarang Jun, sekarang!" Wonwoo memekik kegirangan seperti anak kecil yang diberi popsicle pada musim panas.
Minghao dan Jun hanya tertawa melihat tingkah laku Wonwoo yang terlampau menggemaskan. "Berikan aku kameranya, kalian ingin berfoto tidak? Ayo aku akan mengambil gambar kalian berdua." Wonwoo tiba-tiba menghampiri Jun dan Minghao yang sedang berdiri bersebelahan serta mengambil paksa kamera yang berada di kalungan leher Junhui.
"Baiklah, satu... dua... tiga..." Wonwoo mengambil foto Jun dan Minghao beberapa kali.
Pemuda manis bermata rubah itu segera mengembalikan kamera milik teman barunya itu. "Jun, segera kirimkan foto-foto itu ke email-ku ya. Aku ingin mengunggahnya ke SNS hehehehe." Wonwoo tertawa hingga ujung hidung bangirnya berkerut, yang mengundang jemari Junhui untuk menyentuhnya.
"Baiklah, Tuan Putri." Jun tertawa sambil mengusak puncak kepala Wonwoo setelah menjawil ujung hidungnya tadi. Berdiri dengan jarak beberapa langkah dari kedua orang itu, Minghao tersenyum.
~~~
"Terima kasih Jun." Minghao berkata sambil menutup pintu mobil, sedangkan si anak rubah itu telah melenggang lebih dulu masuk ke lobby apartemen. Saat pulang dari London Eye, Wonwoo meminta duduk di kursi belakang karena ingin tidur maka berakhir lah Minghao yang menemani Jun menyetir sambil sesekali mengobrol dengan bahasa yang tak dimengerti Wonwoo.
Beberapa waktu, ketika Wonwoo selesai mandi sebuah notifikasi pada laptopnya berbunyi menandakan email masuk yang ternyata dari Jun dan berisi foto-foto mereka ketika di London Eye siang tadi.
"Hao-ya, kau mau melihat foto-foto tadi siang? Jun telah mengirimnya padaku." Teriak Wonwoo dari dalam kamar yang diikuti oleh suara langkah kaki cepat dari Minghao. Sahabatnya itu segera menghambur ke ranjang milik Wonwoo sambil melihat foto-foto mereka. Tak lama, ponsel Wonwoo yang terletak di sebelah laptopnya berbunyi. Menandakan panggilan masuk dari Junhui.
Wonwoo segera mengangkatnya dan menyingkir dari posisinya yang tadi menelungkup di samping Minghao. Tangan Minghao masih menggulirkan tetikus, melihat foto-foto mereka, foto Wonwoo ketika kapsul London Eye yang mereka naiki tepat berada di puncak, foto Wonwoo berdua dengan dirinya, hingga akhirnya ia menemukan fotonya bersama dengan Jun. Mata Minghao yang menatap fokus ke arah lensa kamera, sedangkan mata Jun terlihat menatap ke arahnya dan mengabaikan lensa kamera. Entah mengapa ia ingin menyimpan foto itu untuk dirinya sendiri. Minghao memindahkan foto itu ke ponselnya, sedangkan Wonwoo masih terhanyut dalam pembicaraan bersama Jun di telepon.
To be continued
P.S.
Double up ya hari ini, sebelum aku rest beberapa hari. Tbh, I'm not in a good condition :(
Selamat membuka kotak pandora!
KAMU SEDANG MEMBACA
Andante [Meanie] ✓
FanfictionAndante [ahn-dahn-tey; an-dan-tee; Italian ahn-dahn-te] adv. at a moderately slow tempo °[Wonwoo; Minghao; Junhui; Mingyu at same age]