Andante 14: Muse

2.7K 489 55
                                    

Wonwoo dan Jeonghan masih berkutat dengan tugas-tugas liburan musim panas yang harus segera dikumpulkan karena hanya dalam hitungan hari musim panas akan berakhir. Ia masih sesekali menerima telepon dari Minghao yang berada di New York. Tapi tidak dengan Jun. Lelaki itu seperti memutus kontak dengan Wonwoo, meski ia tidak ambil pusing tetapi ia sebagai sahabat masih ingin mendengar kabar dari sahabatnya yang lain. Wonwoo sudah memantapkan hatinya untuk tetap sebatas bersahabat dengan Jun. Tidak lebih. Ia benar-benar telah jatuh dalam palung terdalam pesona Kim Mingyu, walaupun ia tahu ia akan tenggelam dan kehabisan napas karena tak akan pernah mampu mencapai dasar palung itu. Lagipula, selama musim panas Wonwoo tidak lagi bertemu dengan Mingyu, pertemuan terakhir mereka adalah bandara Heathrow tempat Wonwoo ditinggalkan oleh orang yang mencintainya dan tempat Mingyu ditinggalkan oleh orang yang dicintainya.

"Kau sudah berani berjalan-jalan sendirian ya?" Jeonghan bertanya untuk memecah keheningan, karena selama ia bersama Wonwoo yang terdengar hanyalah bunyi keyboard laptop yang ditekan oleh jari-jemari mereka.

"Iya. Kemarin aku habis melihat-lihat Buckingham Palace. Hari ini mungkin aku akan ke The British Library." Wonwoo menjawab sambil tersenyum membayangkan surga buku yang akan ia kunjungi sebentar lagi, setelah tugas-tugasnya selesai. Jeonghan hanya mendengus.

"Kita sudah berada di library sejak 2 jam lalu, kalau kau lupa. Ah lebih baik aku pergi ke mall saja membeli cat warna kuku atau cat warna rambut, lebih bermanfaat." Kali ini giliran Wonwoo yang mendengus.

Unknown number is calling ...

"Hello?"
.
"Hai, hmm Wonwoo ..."
.
"Gyu?"
.
"Iya ini aku. Kau ada waktu luang hari ini?"
.
"Ada sepertinya, tetapi aku akan ke The British Library sebentar. Ada apa Gyu?"
.
"Baiklah aku akan menemuimu di sana saja. Jam berapa kau ke sana?"
.
"Tiga puluh menit lagi mungkin aku sampai di sana."
.
"Okay, see you there, sweetie fox! Bye."
.
"B .. bye Gyu."

Jangan tanya bagaimana warna pipi Wonwoo sekarang, musim semi sudah lewat beberapa bulan yang lalu tetapi warna kelopak cherry blossom yang merona merah muda tertinggal pada pipinya. Jeonghan yang melihat pemandangan itu langsung memasang ekspresi bertanya-tanya.

"Siapa yang meneleponmu?" Dengan mata memicing Jeonghan memberi tatapan intimidasi kepada sahabatnya itu.

"Mingyu." Wonwoo mencicit dengan sangat lirih berharap Jeonghan tidak pernah mendengarnya.

"Astaga! Kau bertemulah dengannya lagi. Aku mohon." Jeonghan menutup mulutya lalu memeluk Wonwoo.

"Mengapa aku harus menemuinya?" Wonwoo bertanya dan Jeonghan tidak menjawab sepatah kata pun. Ia hanya membantu Wonwoo merapikan buku dan laptopnya ke dalam tas.

"Pergilah. Aku tahu selama musim panas ini kau selalu memikirkannya." Jeonghan mendorong Wonwoo pergi dari perpustakaan kampus mereka.

~~~

Mingyu telah sampai lebih dulu, entah kenapa setelah meminta nomor ponsel Wonwoo pada Minghao, ia ingin segera berbicara dan bertemu dengan pria manis itu. Setelah keheningan dalam perjalanan kembali dari bandara Heathrow awal musim panas lalu, Wonwoo seperti hilang dari peradaban. Mingyu merasa Wonwoo menghindari dirinya atau sedikit menjaga jarak. Perbedaan kampus mereka juga membuat keduanya tak bisa bertemu secara kebetulan. National Gallery, Trafalgar Square, Serpentine Lake, Hyde Park, hampir semua tempat yang pernah mereka datangi berdua, kembali Mingyu kunjungi hanya untuk bertarung dengan peluang bahwa akan bertemu Wonwoo secara kebetulan. Tetapi semua nihil. Ia juga tidak mengerti mengapa tidak bertemu Wonwoo membuat hari-harinya suram, yang ia tahu Wonwoo adalah orang yang tepat untuk diajak berbagi. Bersama Wonwoo, ia merasa berguna. Wonwoo selalu membutuhkannya, menanyakan pendapatnya untuk tiap-tiap masalah tertentu. Berbeda dengan Minghao yang terlalu mandiri dan terkesan tidak membutuhkan Mingyu.

Andante [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang