Epilogue

4.8K 518 49
                                        

"Akhirnya kita kembali lagi ke Seoul." Minghao menggamit lengan Jun. "Jam berapa acaranya Jun?" Pria manis itu bertanya kepada pria tampan yang sedang kerepotan menarik dua kopernya.

"Jam tujuh malam. Hao-hao, kau tega lelaki tampan sepertiku harus menarik dua koper sekaligus?" Jun merajuk ketika dengan santainya Minghao menyerahkan koper miliknya untuk ditarik oleh Jun.

"Hey! Jadi suami itu tidak boleh protes. Turuti saja kemauan istri." Minghao terkekeh sambil menusuk-nusuk pipi Jun yang digembungkan karena sedang dalam mode kesal. "Ayo cepat Tuan Wen! Ini sudah jam empat, aku tidak mau terlambat. Kau sama sekali tidak pantas berpose sok imut seperti itu." Minghao mengecup pipi Jun sekilas menimbulkan senyum yang terkembang di bibir Jun, suaminya.

Musim gugur di Seoul selalu menjadi salah satu yang dirindukan Minghao. Banyak kenangan musim gugur yang ia lewati di sini. Pertama kalinya sang Ayah mengajaknya mengunjungi rumah panti Bibi Lee untuk memberikan bantuan, rumah panti tempat Wonwoo dibesarkan, ia bertemu dengan teman sekolahnya itu, si penerima beasiswa abadi. Wonwoo yang dingin, irit bicara, dan selalu membantunya ketika di sekolah sangat berbeda dengan Wonwoo ketika berada di rumah panti. Temannya itu akan berubah menjadi hangat, mudah tertawa, dan membuat lelucon untuk adik-adiknya di rumah panti. Mengenal Wonwoo menjadi berkah tersendiri bagi Minghao. Dan menjadi sahabatnya adalah hadiah terindah dari Tuhan. Mereka bahagia dengan kehidupannya masing-masing, Minghao menikah dengan Jun satu tahun setelah mereka menggelar pesta pertunangan di London. Kini Minghao dan Jun tinggal di Shanghai sementara untuk mengurus perusahaan keluarga.

~~~

Pria cantik itu masih berdiam diri di depan walk in closet miliknya. Jemari tangannya yang lentik terulur untuk memilah-milih setelan apa yang akan ia pakai ke acara istimewa ini. Di jari manis tangan kirinya telah tersemat cincin emas putih dengan permata biru. Cincin pertunangan dengan pria berani yang sangat dicintainya. Tiba-tiba ekor matanya menangkap pergerakan pria lain yang sedang mengambil jam tangan di laci khusus koleksi jam tangan mewah milik mereka berdua.

Pria tampan itu telah rapi dengan kemeja putih, yang terbalut jas berwarna biru navy, dan celana dengan warna yang sama. Saputangan satin berwarna biru yang agak cerah tersemat di saku kiri jasnya. Sengaja ia tidak memakai dasi agar tak terkesan terlalu formal. Pandangannya tertuju pada pria cantik yang sejak tadi sibuk dengan masalah pilihan baju. Tubuh rampingnya masih terbalut bathrobe sepanjang lutut. Dengan seringai tipis ia menghampiri dan memeluk pria cantiknya dari belakang. Bibirnya sibuk mengecup bahu mulus milik tunangannya itu.

"Astaga Cheol-ah! Jangan ganggu aku bisa tidak? Aku sedang bingung ingin memakai baju apa. Menyingkirlah, aku tidak ingin kita terlambat!" Jeonghan mengedikkan bahunya agar dagu Seungcheol yang menempati bahu sempitnya segera terangkat.

Tangan Seungcheol menggapai sebuah jas berwarna biru pastel yang sangat manis, senada dengan dirinya yang juga memakai warna biru hari ini. "Pakai ini saja sayang, kau pasti akan terlihat cantik." Jeonghan tersenyum, memilih Seungcheol dalam hidupnya ada keputusan yang sangat tepat. Ia menoleh ke arah prianya, mendaratkan kecupan terima kasih karena telah ada di hidupnya.

~~~

Ballroom hotel berbintang telah disewa oleh salah satu keluarga pengusaha ternama di Korea. Dekorasi berwarna merah maroon dengan kombinasi abu-abu muda sangat elegan dan terkesan mewah. Tamu-tamu sudah mulai berdatangan, menghadiri perhelatan besar keluarga Kim. Putra bungsunya akan melangsungkan pertunangan.

"Hyung, aku gugup sekali." Mingyu menggosokkan kedua telapak tangannya. Di belakangnya berdiri Kim Jongin, putra sulung keluarga Kim, yang hanya terkekeh ringan melihat adiknya akan bertunangan.

"Kau baru bertunangan, belum menikah. Bagaimana London, sudah mendapatkan apa yang kau cari?" Jongin memegang pundak adiknya yang sedang terduduk di meja rias, tampilannya sudah sempurna. Hanya tinggal memakai jas saja maka Kim Mingyu akan menjadi raja satu hari.

"Sudah! Aku mendapatkan semuanya di sana. Ini buktinya sekarang aku bertunangan. Aku mendapatkannya di London." Mingyu tertawa sambil meninju lengan kekar kakak kesayangannya. Jongin pun ikut tertawa karena kebahagiaan adiknya. Mingyu akhirnya pulang. Kembali ke Korea, menyatu lagi dengan keluarganya.

Jongin membantu Mingyu memakai jasnya yang berwarna kelabu gelap. Aura jantan putra keluarga Kim memang tidak perlu diragukan. "Siap melihat permaisurimu, Kim kecil?" Jongin menggamit lengan adiknya, yang ditanya hanya mengangguk mantap dan tersenyum. Mingyu telah siap.

~~~

Waistcoat berwarna abu-abu muda terbalut pas di tubuhnya yang ramping. Membentuk pinggang dan pinggulnya yang kecil. Menambah kesan manis sekaligus seksi. Wajahnya terpulas make up tipis di bagian manik rubahnya yang tajam.

"Kyungsoo-hyung, apa penampilanku tidak aneh?" Wonwoo bertanya pada Kyungsoo yang sedang merapikan dasi di leher jenjangnya.

"Tidak, kau manis sekali." Kyungsoo tersenyum, bibirnya membentuk hati dengan gigi-giginya yang putih. Tangannya menepuk-nepuk dada Wonwoo, merapikan lagi kemeja dan dasi calon adik iparnya.

"Bagaimana rasanya menjadi bagian keluarga Kim?" Wonwoo bertanya lagi, jujur ia gugup sekali hari ini, selangkah lebih dekat menjadi anggota salah satu keluarga konglomerat Korea.

"Tidak seburuk drama Korea, Sweetie." Kyungsoo terkekeh menenangkan Wonwoo yang tersenyum tipis, hatinya dibuat menghangat oleh sikap ramah calon kakak iparnya.

~~~

Tamu-tamu sudah berdatangan, anak-anak dari rumah panti, Bibi Lee, keluarga Xu yang menjadi perwakilan keluarga Wonwoo termasuk Seungcheol dan Jeonghan serta Jun dan Minghao yang sedang berkumpul menyesap wine yang disediakan. Dua sisi pintu ballroom terbuka Mingyu ditemani oleh Jongin dan Wonwoo yang sedang menggamit lengan Kyungsoo. Mereka berempat berjalan ke tengah-tengah sekumpulan tamu diikuti oleh Tuan Kim dan Tuan Xu, dengan sopan Tuan Kim mewakilkan Mingyu untuk meminta putra Tuan Xu agar menjadi bagian dari keluarga Kim. Tuan Xu tersenyum dan mengusap lembut lengan Wonwoo yang sedang menunduk karena malu.

"Wonwoo sudah seperti putraku sendiri, rubah kecilku yang manis sebentar lagi akan memiliki kehidupan sendiri. Aku serahkan dia untuk menjadi bagian dari keluarga Kim dan Mingyu, paman mohon jaga Wonwoo dan cintai Wonwoo dalam keadaan apapun." Tuan Xu tersenyum menunggu jawaban dari putra bungsu keluarga Kim.

"Ya paman, aku bersedia. Menjaganya dan mencintainya dalam keadaan apapun." Mingyu menjawab dengan yakin dan mantap. Jongin memberikan cincin kepada Mingyu untuk disematkan ke jari manis tangan kiri Wonwoo. Sebuah cincin emas putih bertabur permata putih yang berkilau. Begitu pun Wonwoo, ia menerima cincin dari Kyungsoo untuk dipakaikan ke jari manis tangan kiri Mingyu. Cincin dengan model yang senada, namun untuk Mingyu desain cincinnya lebih maskulin hanya dengan satu permata di tengahnya.

Mingyu mengecup kening Wonwoo dengan penuh kasih sayang yang berlimpah diiringi tepuk tangan dan tangis haru di dalam ballroom hotel mewah itu.

"Seperti biasa, bersamamu semuanya terasa lengkap." Mingyu tersenyum disela-sela genggaman tangan mereka yang mengerat.

FIN

P. S

Finally, epilogue nya jadi juga. Hahaha happily ever after ya Meanie ku tersayang.

Terima kasih my dearest readers, sudah mengikuti Andante hingga tamat 💕💕💕

Selamat bertemu di kotak pandora yang lain!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Andante [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang