HOLA, I'M FINALLY BACK!!!
Akhirnya, bisa menulis lagi dengan tenang ya, tanpa rasa bersalah karena belum belajar ini itu buat ujian. Uwaahahah, dan tema spesial kali ini, di hari sebelum bulan Ramadhan datang, adalah ... LGBTQ+. Yap, mungkin isu ini juga sudah nggak terlalu hangat lagi semenjak disahkannya same sex marriage di USA pada tahun 2015 lalu. Tetapi percayalah, di dunia ini yang namanya hal abu-abu begini pasti selalu menuai pro dan kontra, entah sampai kapan akan bermasalah. Mohon diingat ya, ketika menulis ini, saya tidak bermaksud mengubah cara pandang kalian terhadap kaum minoritas ini. Jika kamu mendukung orang-orang LGBTQ+, ataupun sebaliknya, itu bukan menjadi kepentingan saya untuk diluruskan. Namun, karena saya lihat banyak juga ya ternyata cerita mengenai LGBTQ+ di pasaran, baik di wattpad, novel yang sudah terbit, apalagi film-film hollywood yang trennya semakin lebih lumrah, bahkan di cerita yang remake saja ditambahkan unsur tersebut. Jadinya saya terusik deh buat bikin tulisan tentang LGBTQ+, dari segi medis tentunya. Mari kita anggap ini sebuah topik yang tidak tabu lagi, karena memang sudah bukan zamannya.
So, are you ready?
Saya mulai dengan perbedaan sexual identity (gender expression) dengan gender identity. Sexual identity merupakan apa yang sebenar-benarnya diberikan Tuhan kepada tiap-tiap manusia atas seksualitasnya. Identitas ini tidak dapat dimungkiri dan mungkin belum ada teknologi yang bisa mengubahnya sampai sekarang. Karena sudah jelas tertulis dalam cip yang tersemat dalam tiap sel tubuh kita yang disebut DNA. Semua ditentukan oleh kromosom seks (gonosom) di dalamnya, baik X atau Y. Walaupun sebenarnya terdapat banyak anomali di dalam kombinasinya, kaya kalau kamu dapat paket ayam lengkap atau a la carte. Seperti halnya jika, XX adalah kode untuk cewek tulen, dan XY untuk cowok tulen, maka seorang cewek penderita Turner's Syndrome hanya akan punya satu kromosom X, dan cowok penderita Klinefelter's Syndrome memiliki paket XXY. Maka kalau sudah begini, biasanya diagnosis akan menjadi lebih hitam dan putih, karena masing-masing anomali biasanya mengalami kelainan tertentu baik dalam pertumbuhan maupun perkembangan, termasuk tanda seksual sekunder dan IQ. Sehingga akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya gangguan mental karena dicap sebagai seseorang yang berbeda.
Di sisi lain, gender identity adalah persepsi tiap individu dalam menghayati kualitas jenis kelaminnya sendiri. Bisa berbeda ataupun sama dengan identitas seksual. Jadi misalnya, kamu cewek dengan kromosom lengkap 46, XX, dan kamu masih suka berdandan kalau mau hangout, masih suka nggebet cowok-cowok cakep yang nongkrong di kafe, masih suka masak walaupun cuma mi instan, dan kamu menganggap menjadi wanita dengan segala ketidaknyamanannya--kita sebut saja agenda bulanan yang menyakitkan, dan mengandung hasil pembuahan selama 9 bulan--itu "nyaman", maka selamat dan bersyukurlah, karena identitas seksual dan gendermu kemungkinan besar sesuai.
Sehingga, bisa dikatakan, identitas gender yang berbeda dengan identitas seksual bisa menimbulkan stress psikologis dalam bentuk gender dysphoria. Distress inilah yang kemungkinan besar melatarbelakangi seseorang bisa menjadi transgender. Ada yang menyebutkan bahwa klasifikasi transgender sendiri adalah payung yang membawahi anomali seksual lain seperti lesbian, gay, biseksual, dsb. Jadi sebutan transgender sendiri tidaklah spesifik, tidak seperti istilah orang awam.
Sementara orientasi seksual bisa berdiri sendiri. Jadi tiga unsur ini: identitas seksual, identitas gender, dan orientasi seksual bisa saja bervariasi di tiap individu. Misalnya, cewek nih, 46, XX, tetapi tomboy abis, penampilannya bahkan lebih ganteng dari cowok jomblo yang sedang nongkrong di kafe. Tetapi dia masih suka dengan cowok dan bisa menikah seperti orang heteroseksual lain. Sebaliknya, cowok badannya gede, rajin nge-gym 5 kali sehari, ngondek kagak, badboy iya, eh tapi serong--alias suka terong. See? Jadi stereotipe hanya akan membatasi karakter seseorang, membatasi tokoh di ceritamu jadi flat dan mudah ketebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Et Medicina | Seputar Medis yang Perlu Kamu Tahu
Non-FictionSakit dan mati memang nggak akan bisa lepas dari kehidupan manusia. Terkadang di tengah sebuah jalan cerita, mau nggak mau penulis kudu bikin seorang tokoh sakit, cacat, atau bahkan meninggal dunia. Tergantung pakai sebab apa, tentu bukan yang menga...