Hematologi: ilmu yang mempelajari kesehatan dan penyakit darah.
<<<>>>
Beberapa hari yang lalu, muncul berita putri dari kalangan artis didiagnosis menderita leukemia, alias kanker darah--atau lebih tepat lagi kanker sel darah putih. Leukemia memang tidak bisa disepelekan, sebab pengobatannya masih sangat sulit, dan hasilnya tidak selalu menjanjikan. Semoga adek diberi keringanan dan ketegaran dalam menghadapi cobaan, ya.
Kebetulan banget kita sampai pada pembahasan mengenai leukemia. Kanker darah sering muncul di film-film, kan? Untuk menggeret rasa empati pemirsa, tokoh utama memang bisa diberikan flaw yang berat seperti ini. Sah-sah saja, asalkan masih masuk akal.
Oke, sebelum pergi ke penyakit, alangkah baiknya kita ingat dulu pelajaran biologi semasa sekolah. Darah manusia normal terdiri dari 60% bagian plasma (cair) dan 40% sel darah (padat). Sel darah sendiri dibagi lagi menjadi bawang merah, bawang putih, dan bawang ... bombay (?). Nggak, lupakan soal dongeng Cinderella.
40% elemen darah yang padat tadi, ternyata 99%-nya adalah sel darah merah (eritrosit). Jadi bisa dibayangkan tuh betapa minoritasnya sel darah putih (leukosit), belum lagi 1% dikurangi jumlah dari keping darah (trombosit).
Nah, yang namanya keganasan, alias kanker itu adalah kondisi tumbuhnya sel melebihi ambang normal. Jadi, leukosit yang tadinya minoritas tuh, tumbuh semaunya sendiri, nggak ikut aturan, jadilah leukemia.
Sebenarnya apa ngaruhnya sih, kalau banyak sel darah putih bukannya bagus, nggak gampang sakit. Daripada HIV/AIDS, sel darah putihnya diserang habis-habisan sama virus?
No-no, semua hal sudah ada takarannya sendiri-sendiri.
Kita mesti tahu dulu fungsi dari masing-masing sel darah. Eritrosit adalah tukang antar oksigen, nutrisi, serta sisa karbondioksida, dari jaringan satu ke jaringan yang lain. Leukosit tugas utamanya adalah memerangi infeksi dan berperan dalam proses radang. Semacam satuan tentara dan polisi gitu deh. Sementara trombosit adalah tukang bangunan. Tugas mereka untuk memperbaiki jalanan (alias pembuluh darah) yang rusak sewaktu ada luka.
Bayangin kalau tentaranya kebanyakan, otomatis ketika ada preman (a.k.a. virus, bakteri, parasit, jamur) datang dikit aja, mereka akan langsung bereaksi. Namun cara mereka berperang sama sekali tidak efektif. Jelas, karena leukositnya pada nggak normal semua. Akibatnya, perang semakin mudah pecah, tetapi nggak ada solusi. Persis kaya skenario akhir zaman nih.
Perang dalam tubuh disebut inflamasi atau peradangan. Radang sebenarnya cukup unik, karena proses tubuh yang sebenarnya difungsikan untuk melindungi diri, tetapi malah bisa menimbulkan efek yang tidak diinginkan, maka dari itu kadang sampai perlu ditekan pakai obat pasaran seperti Paracetamol. Beberapa proses perjalanan penyakit dapat dijelaskan hanya karena reaksi tubuh yang berlebihan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Et Medicina | Seputar Medis yang Perlu Kamu Tahu
Non-FictionSakit dan mati memang nggak akan bisa lepas dari kehidupan manusia. Terkadang di tengah sebuah jalan cerita, mau nggak mau penulis kudu bikin seorang tokoh sakit, cacat, atau bahkan meninggal dunia. Tergantung pakai sebab apa, tentu bukan yang menga...