Oh ...
My ...
God!Aku sangat berharap itu tadi adalah cuplikan film parody.
Speechless waktu dulu pertama lihat.
Bahkan bocah, belum akil baligh nih, entah pernah atau kagak main game PUBG, tahu kalau scene itu jelas irasional.
Hffff, sudah, sudah. Nanti dibalas rant sama aktrisnya, kaya PewDiePie (klip yang lain).
Hokke, sesuai pesanan terbanyak ya, trauma tembak.
Kalau di forensik (atau 4 n 6, biar kek anak gaol), trauma tembak ada di bawah payung besar bernama traumatologi. Istilah trauma ini merujuk pada kekerasan dalam bentuk fisik, bukan trauma psikologis semacam paranoid atau fobia. Misal kecelakaan, patah tulang, dsb. Kalau di psikiatri, satu-satunya yang mengandung kata trauma adalah PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Nanti kita bahas lain kali.
FYI, selain trauma tembak, traumatologi juga mencakup: trauma tumpul, tajam, termis / suhu (panas, dingin), kimia (asam, basa), elektrik, barometris (hipobarik, hiperbarik), dan radiasi. Kalau ada yang request sih, ayo aja.
Nah, kedokteran forensik selalu berangkat dari tanda, ya mirip detektif, dari mengumpulkan bukti kemudian diproses sampai membentuk kesimpulan. Bukti forensik untuk trauma adalah luka. Jadi jelas, fokus yang dianalisis adalah luka tembaknya. Dari situ kita sudah bisa tahu informasi mengenai perkiraan: jarak, sudut, dan jenis senjata api.
1 | PELURU
Walaupun kedengarannya simpel ya, polisi menembakkan peluru, mengenai kaki tersangka yang kabur. Padahal peluru sendiri punya anatomi.
Saya lansir dari ensiklopedia sejuta umat. Well, sebenarnya ada sedikit masalah penamaan di sini. Wikipedia menyebut satu bagian utuh peluru sebagai amunisi, sedangkan dosen saya menyebutnya sebagai peluru (saja). Wikipedia menyamakan istilah peluru dengan anak peluru, sedangkan dosen saya menyebut anak peluru sebagai proyektil yang ditembakkan. So, lebih aman saya menggunakan istilah dosen, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Et Medicina | Seputar Medis yang Perlu Kamu Tahu
Não FicçãoSakit dan mati memang nggak akan bisa lepas dari kehidupan manusia. Terkadang di tengah sebuah jalan cerita, mau nggak mau penulis kudu bikin seorang tokoh sakit, cacat, atau bahkan meninggal dunia. Tergantung pakai sebab apa, tentu bukan yang menga...