Rendang, bakso, soto babat, gulai kambing, sate daging, opor ayam. Deretan menu kuning-cokelat yang menggiurkan, menjadi alarm bagi ibu-ibu untuk mengingatkan sang suami.
"Ingat ..., kolesterol!"
"Pilih yang ayam aja, kambing pantang lho, Pa!"
"Abis makan langsung minum obat ya!"
"Jangan ambil kuahnya, santan kan tinggi kolesterol. Tapi daging juga ada lemaknya tuh, jangan deh." Akhirnya, bapak ini cuma ambil lauk bawang goreng. "Eh bawangnya kan digoreng, pake minyak, ih." Tersisalah nasi putih di piring.
Sebetulnya bener nggak sih kak, kolesterol itu buruk bagi kesehatan?
Ya, tetapi tidak sesimpel itu.
Sebelum ke kolesterol dalam tubuh, kita bahas dulu mengenai lemak dalam makanan. Satu kasta dengan karbohidrat, lemak adalah molekul besar, yang mana tubuh harus memecahnya menjadi gugus rantai yang lebih kecil. Satuan paling kecil dari lemak adalah asam lemak (kalau karbohidrat kemarin kan glukosa). Asam lemak ini yang bisa masuk ke jalur glukoneogenesis bersama kawan-kawannya, membentuk ATP dan energi.
Ketika asam lemak tidak terpakai untuk membentuk energi, berkat ketersediaan karbohidrat yang melimpah dalam makanan manusia, dari masa ke masa, tubuh akan lebih memilih jalur karbohidrat, karena dirasa lebih gampang dan aman.
Kalau begitu, bagusan mana, karbo sama lemak buat jadi sumber energi?
Di atas adalah tumpeng gizi seimbang yang saya ambil dari website Pergizi (Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia). Kontennya sama, yang kemarin itu saya ambil dari antah-berantah karena alasan ada penjelasannya, hehehehe. Kalau menurut para ahli gizi, makanan yang baik, komposisinya adalah lebih banyak karbohidrat dan serat daripada lemak. Bahkan lemak tambahan seperti minyak sangat dikurangi. Sehingga lemak paling banyak kita dapatkan dari lauk-pauk. Permenkes no. 41 Tahun 2014 tentang pedoman gizi seimbang, membagi lauk-pauk menjadi tiga berdasarkan tinggi rendahnya kandungan lemak. Kalau penasaran silakan langsung cek ke website dan download pdfnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Et Medicina | Seputar Medis yang Perlu Kamu Tahu
SachbücherSakit dan mati memang nggak akan bisa lepas dari kehidupan manusia. Terkadang di tengah sebuah jalan cerita, mau nggak mau penulis kudu bikin seorang tokoh sakit, cacat, atau bahkan meninggal dunia. Tergantung pakai sebab apa, tentu bukan yang menga...