Pernah dengar tokoh anime atau dorama memanggil gurunya dengan sebutan sensei?
Udah umum lah ya. Kalau dokter, bagaimana? Cek cuplikan berikut (agak di akhir-akhir ya).
Betewe, itu adalah cuplikan dari serial Good Doctor. DRAKOR PERTAMAKU!!! HEBAT NGGAK?!
Lantas nggak pernah lihat drakor lain lagi abis itu (((sad)))
Bukan karena nggak bisa move on sih (((alesan))) cuma karena lebih suka film Jepang atau Holywood aja, wokwok.Good Doctor emang good sih, masa sampe dibuat versi US sama Jepangnya. Kaya nggak rela amat gitu drakornya udahan.
Kembali ke topik. Si anak itu memanggil dokter dengan sebutan sensei? Nggak salah denger nih? Atau mungkin dia typo (((ada nggak sih istilah speecho atau talko?)))?
Nggak ya, kalau kalian lihat lagi di kamus Jepang, sensei itu berarti guru dan dokter. Korea ternyata juga lho. 선생(님) berarti guru dan dokter. Jangan tanya itu huruf bacanya apa ya.
Ternyata, dari bahasa Latin sendiri, istilah dokter itu berasal dari kata docere yang artinya mengajar, menunjukkan, menginstruksi, dsb. Cuma beberapa bahasa saja yang mempertahankan filosofi ini. Contohnya ya Korea sama Jepang.
Saya terkesima sama penjelasan dosen saya waktu itu. Jadi dokter jangan cuma bisa ngasih obat. Dikit-dikit obat, dikit-dikit periksa lab. Lu kira duit keluar dari (maaf) lubang bokong? Yang terpenting dari seorang dokter adalah justru memberi tata laksana non-farmakologis. Dekati pasienmu. Jangan ngelihat mukanya kalo lagi syantik aja. Mereka butuh lebih dari sekadar pil. Yakni mulai dari memberi tahu sakitnya apa, kenapa bisa begini begitu, apa yang perlu pasien lakukan agar bisa memantau kondisi, merawat diri, bahkan bisa merehabilitasi secara mandiri. Intinya sama seperti guru. Memberikan ilmu kepada murid adalah wajib! Menyembuhkan mereka justru bukan suatu keharusan. Mantra sembuh hanya ada di mulut Allah. Kalau Dia sudah bilang Kun, maka bubar sudah.
Jadi, inti sari dari proyek ini sebetulnya adalah semata-mata karena merealisasikan tugas saya. Saya terkesan menggurui? Ya, memang itu alasan saya bikin ini. Karena saya sekarang sudah jadi guru.
Agak ironi (ironi yang positif barangkali), saya dulu waktu ditanyain kayak Arvin di depan kelas, jawabannya selalu pengin jadi guru. Sama seperti Kendrick. Fisika jadi menu favorit saya tiap sekolah. Entah mungkin ada banjir Nuh yang melempar saya ya, tiba-tiba di borang pendaftaran SNMPTN saya memilih jurusan yang berbeda. Namun, siapa sangka saya terdampar di pulau yang sama. Ujung-ujungnya jadi guru juga.
<<<>>>
Ahihi, let's keep it simple and brief aja, biar maknanya meresap sampai ke tulang.
Dari pembaca yang budiman dan budiwoman sekalian, apakah ada yang kepikiran pengin jadi dokter? Tulis di kolong komen ya!
See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Et Medicina | Seputar Medis yang Perlu Kamu Tahu
Phi Hư CấuSakit dan mati memang nggak akan bisa lepas dari kehidupan manusia. Terkadang di tengah sebuah jalan cerita, mau nggak mau penulis kudu bikin seorang tokoh sakit, cacat, atau bahkan meninggal dunia. Tergantung pakai sebab apa, tentu bukan yang menga...