투주 🍂 dn;sj

146 36 1
                                    

sj

"Kamu mau ke mana, Jeong?" tanya Taehyung ketika aku baru keluar dari kamarku.

Aku mengambil dua lembar roti bakar terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Taehyung, "Belum tahu mau jalan ke mana."

"Sama Daniel?" tanya Bunda sambil memberikanku susu.

"Makasih, Bun," ucapku. "Iya, sama Daniel," sambungku menjawab pertanyaan Bunda.

Dari sudut mataku, dapat aku lihat tatapan Taehyung.

"Boleh kan, Bun?" tanyaku.

"Boleh." Bunda mengangguk.

"Boleh kan, Yah?" tanyaku pada ayah yang sejak tadi tidak ikut bicara.

"Ayah ikut bundamu aja," jawab beliau.

"Boleh kan, Bang?" Aku menoleh pada Taehyung yang berada di sampingku.

"Memangnya kalau abang nggak izinin kamu bakalan nurut?" tanya Taehyung tanpa menoleh padaku.

"Hehehe. Kan udah dibolehin sama bunda dan ayah," jawabku.

"Ya udah, pergi aja sana," ucap Taehyung. Aku tersenyum lebar.

Setelah menyelesaikan sarapanku hari ini, aku langsung pamit.

Tidak sampai lima menit, aku sudah berdiri di depan rumah Daniel.

Setelah memencet bel, aku menunggu seseorang membukakan pintu.

"Sejeong?"

Aku yang sejak tadi memperhatikan kakiku yang tidak bisa diam langsung mendongak.

"Eh, ibu," ucapku.

Ibu tersenyum. "Cari Daniel?"

"Iya. Ada nggak, Bu?" tanyaku.

"Udah setengah jam dia keluar. Katanya mau lari pagi," jawab ibu. "Mau ibu telpon?"

"Enggak usah. Biasanya kan juga ditinggal, Bu," ucapku.

"Begitu ya? Kok ibu malah enggak sadar ya." Ibu terkekeh.

"Ya udah, Bu. Aku susul aja. Emang niatnya mau ajak jalan kok," ucapku.

"Iya udah, hati-hati ya, Sejeong. Kalau nanti Daniel udah nyampe rumah, ibu langsung kabarin kamu," pesan ibu.

Aku mengangguk, lalu pamit dan menyalami tangannya.

Aku sudah punya tujuan untuk mencari Daniel. Dan semoga aku benar.

dn

"Danyel!"

Aku langsung menoleh, walaupun itu tidak perlu sebenarnya.

"Ada apa?" tanyaku pada Sejeong.

"Tadi aku ke rumahmu," cerita Sejeong lalu duduk di sampingku. Ia melemparkan batu kerikil ke dalam air mancur di hadapan kami.

"Lalu?"

"Ibu bilang kamu udah keluar setengah jam yang lalu, padahal aku baru mau ajak kamu jalan," sambung Sejeong.

"Aku belum mandi," ucapku.

"Memangnya kenapa?" Sejeong menoleh padaku, lalu ia kembali membiarkan air mengeluarkan bunyi kecil ketika batu kerikil yang ia lempar lolos melewati permukaannya.

"Bau?"

Sejeong terkekeh. "Memangnya aku akan menciummu?"

Reflek aku menoleh pada Sejeong, dahiku berkerut.

Menyadari ucapannya yang ambigu, Sejeong langsung cepat-cepat meralatnya. "Mencium, menghirup. Apa sih. Pokoknya aku kan belum tentu akan mencium baumu, gitu."

"Maksudmu?"

"Memangnya sebau apa kamu sampai aku bisa menciumnya? Atau, memangnya sedekat apa jarak kita sampai aku bisa menciumnya?" tutur Sejeong.

Aku baru menyadari ucapannya ketika melihat jarak yang Sejeong buat antara kami berdua. Satu orang bisa saja duduk di antaranya.

Aku berdeham, lalu menggeser tubuhku mendekatinya.

"Kamu sudah mengizinkan aku duduk tepat di sampingmu?" tanya Sejeong.

"Aku kan sudah bilang, setidaknya aku sudah memperlakukan kamu sebagai seorang perempuan. Aku tidak lagi sejahat dulu, Sejeong. Setidaknya aku berusaha," jawabku.

Sejeong tersenyum.

"Bagaimana kamu bisa tahu aku ada di sini?"

"Bukankah ini memang tempatmu untuk bersembunyi? Maksudku, sejak dulu, tiap kamu hilang artinya kamu ada di sini," jawab Sejeong. "Awalnya aku memang sempat terpikirkan untuk mengajakmu jalan ke sini."

"Kenapa?"

"Mengenang memori baik dulu, mungkin? Aku tidak tahu. Aku hanya ingin ke sini, bersamamu," jelas Sejeong. "Kamu?"

"Dimohon untuk tidak terlalu berharap atau justru kecewa ketika mendengar jawabanku," ucapku. Sejeong mengangguk. "Aku sedang mencari alasan kenapa aku bisa menaruh hati padamu."

Mimik wajah Sejeong berubah.

"Tunggu, Sejeong. Aku memang bingung kenapa aku bisa menyukai gadis sepertimu dulu. Namun bukan dalam artian negatif," bantahku. "Melainkan aku ingin mencari, dan ketika menemukannya, bisa kujadikan alasan untuk mencintaimu lagi."












this is our end - 7 - end

halooo, bagaimana puasa hari keempat?

[1.2] this is our endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang